Yupi Serius Garap Pasar Domestik



JAKARTA. Ratusan juta penduduk Indonesia adalah pasar menggiurkan. Itulah yang terpikir oleh Yupi Indo Jelly Gum, produsen permen Yupi. Sejak berdiri tahun 1996, perusahaan ini selalu berorientasi ekspor. “Sekitar 65% produk kami adalah untuk ekspor,” kata Juliwati Husman, Direktor Pemasaran Yupi Indo Jelly. Pasar terbesar Yupi adalah Amerika Serikat dan Timur Tengah. Tapi mulai tahun ini, Yupi serius menggarap pasar domestik. Caranya dengan memperluas target pasarnya dari anak-anak ke remaja dan dewasa. Maklum, konsumsi permen gummy di Indonesia masih sangat kecil. “Konsumsi per kapita sekitar 20 gram - 30 gram setahun,” kata Juliwati. Bandingkan dengan konsumsi warga Amerika yang sekitar 3 kg per kapita setahun. Juliwati mengatakan, pertengahan tahun ini pihaknya melepas Yupi premium ke pasar lokal. Kalau sebelumnya Yupi dikemas single pack, maka produk Yupi premium ditempatkan dalam stoples 226 gram. “Harganya Rp 16.500,” kata dia. Addyono H. Koloway, Manajer Pemasaran Yupi, mengatakan pasar permen lunak di Indonesia tidak besar. “Mungkin 40% dari total pasar permen,” ujarnya. Untungnya, pasar permen selalu bertumbuh saban tahun. Pada tahun 2006, pasar permen nasional baru Rp 1,6 triliun. Tahun ini, nilainya berkembang jadi Rp 2 triliun. Di pasar permen gummy, Yupi nyaris tidak punya pesaing dari produsen lokal. Menurut Juliwati, Yupi memimpin pasar permen gummy dengan penguasaan hingga 90%. Hal tersebut diamini Thomas Dharmawan, Ketua Umum GAPMMI. "Persaingan permen lunak belum seketat pasar hard candy," ujarnya.Sekjen GAPMMI Franky Sibarani sepakat. Selama ini, pasar dalam negeri mengandalkan pasokan impor untuk kategori permen lunak kelas menengah ke atas. "Biasanya kebutuhan segmen tersebut dikuasai produk dari China, Malaysia, Hongkong, dan Thailand," ujar Franky. Berkat pembatasan impor yang diterapkan pemerintah, peluang Yupi semakin terbuka. Meski demikian, Franky mengingatkan para produsen permen yang berniat meningkatkan produksinya harus waspada terhadap pasokan gula dalam negeri. "Soalnya pasokan dan harga gula dalam negeri seringkali bergejolak," cetus Franky. Dari 2 juta ton kebutuhan gula bagi industri dalam negeri, 40%-75% diserap industri permen. "Ini memang titik krusial bagi sektor industri permen yang ingin melebarkan sayap," tandas Franky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan