KONTAN.CO.ID - PT Kapuas Prima Coal Tbk (“ZINC”), emiten produsen logam dasar di Indonesia, menggenjot produksi dengan target galena berkadar tinggi pada semester 2 tahun ini guna mengangkat kembali kinerja perusahaan yang tengah mengalami penurunan laba bersih pada semester 1. ZINC bergerak di bidang pertambangan bijih besi (Fe) dan Galena yang kemudian diolah menjadi konsentrat timbal (Pb) dan konsentrat seng (Zn). Menurut Direktur ZINC, Evelyne Kioe, awal tahun 2022 menjadi tahun yang cukup menantang, karena ekonomi global yang menyusut terkait perang Rusia-Ukraina yang tengah berlangsung. Walaupun harga komoditas untuk timbal (Pb) dan Seng (Zn) sempat meningkat pada kuartal 1, koreksi terhadap harga komoditas kembali terjadi pada kuartal 2. Seiring dengan meningkatnya harga komoditas di kuartal 1, mayoritas harga bahan baku minyak, angkutan dan lain-lain juga meningkat berkali lipat yang disebabkan oleh tingginya inflasi dan kelangkaan akan ketersediaan persediaan. “Hal ini tentunya memberikan dampak negative terhadap kinerja perseroan di kedua sisi,” kata Evelyne Kioe.
ZINC Genjot Produksi Galena Berkadar Tinggi
KONTAN.CO.ID - PT Kapuas Prima Coal Tbk (“ZINC”), emiten produsen logam dasar di Indonesia, menggenjot produksi dengan target galena berkadar tinggi pada semester 2 tahun ini guna mengangkat kembali kinerja perusahaan yang tengah mengalami penurunan laba bersih pada semester 1. ZINC bergerak di bidang pertambangan bijih besi (Fe) dan Galena yang kemudian diolah menjadi konsentrat timbal (Pb) dan konsentrat seng (Zn). Menurut Direktur ZINC, Evelyne Kioe, awal tahun 2022 menjadi tahun yang cukup menantang, karena ekonomi global yang menyusut terkait perang Rusia-Ukraina yang tengah berlangsung. Walaupun harga komoditas untuk timbal (Pb) dan Seng (Zn) sempat meningkat pada kuartal 1, koreksi terhadap harga komoditas kembali terjadi pada kuartal 2. Seiring dengan meningkatnya harga komoditas di kuartal 1, mayoritas harga bahan baku minyak, angkutan dan lain-lain juga meningkat berkali lipat yang disebabkan oleh tingginya inflasi dan kelangkaan akan ketersediaan persediaan. “Hal ini tentunya memberikan dampak negative terhadap kinerja perseroan di kedua sisi,” kata Evelyne Kioe.