KONTAN.CO.ID - – PT Kapuas Prima Coal Tbk (“ZINC”), emiten produsen logam dasar di Indonesia, optimis program hilirisasi akan mendukung penguatan ekonomi nasional, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan bisnis Perseroan. Untuk itu, ZINC terus mengejar pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal miliknya pada akhir tahun ini. Perseroan saat ini telah selesai membangun pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan total biaya investasi sebesar USD15 juta. Adapun pabrik smelter seng dengan kapasitas 83.000 ton konsentrat seng yang juga sedang dibangun Perseroan, diharapkan bisa mulai beroperasi pada kuartal 3 tahun 2023.
Beroperasinya kedua smelter tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak pendapatan Perseroan tahun depan. Adapun tahun ini, untuk menunjang peningkatan kapasitas produksi. Perseroran mengalokasikan belanja modal USD 10-12 juta yang digunakan untuk membangun infrastruktur terowongan, meningkatkan keamanan kerja (safety) dan menambah jumlah alat berat. Namun, kondisi harga komoditas harga logam dasar yang belum stabil sangat mempengaruhi target penjualan Perseroan, dimana pada tahun 2022 ini ZINC menargetkan penjualan Rp650 miliar. “Penjualan kita akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi Indonesia dan ekonomi global, mengingat harga komoditas logam dasar yang terus berfluktuasi sejak tahun 2021,” kata Direktur ZINC, Evelyne Kioe. Pada semester 1 2022 ini, ZINC membukukan laba bersih Rp28,27 miliar, turun 68% dari Rp89,52 miliar pada periode yang sama tahun 2021. Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 18% YoY menjadi Rp411,35 miliar dari Rp499,94 miliar pada periode sebelumnya. Selain itu, peningkatan biaya yang cukup signifikan sejak awal tahun juga terus menggerus laba perseroan hingga kuartal 2. Sekilas mengenai PT Kapuas Prima Coal Tbk (“ZINC”) PT Kapuas Prima Coal (“ZINC”) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dalam di bidang pertambangan bijih besi (Fe) dan Galena yang kemudian diolah menjadi konsentrat timbal (Pb) dan konsentrat seng (Zn). Berdiri sejak tahun 2005 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak Oktober 2017, saat ini Perseroan fokus mengolah Galena (PbS) menjadi konsentrat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) dengan pengetahuan, pengalaman dan teknologi pengolahan yang terbaik untuk mendapatkan hasil atau kadar yang maksimal.
Selain itu, untuk meningkatkan nilai tambah, Perusahaan juga tengah menyelesaikan proyek smelter pemurnian timbal (Pb) dan pembangunan smelter Seng (Zn) yang berada di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Wilayah penambangan yang telah mendapatkan ijin adalah seluas 5.569 Ha dimana potensi deposit Galena (PbS) yang dapat ditambang masih besar. Dalam rangka mencapai keberhasilan Perseroan, ZINC memegang tiga hal penting yaitu melakukan efisiensi terhadap biaya operasional, menambah jumlah cadangan dan bahan baku mineral, serta menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Pada saat yang sama, ZINC juga berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan, serta senantiasa membantu komunitas di sekitar area tambang Perseroan.
Baca Juga: Kapuas Prima Coal (ZINC) Kejar Pengoperasian Dua Smelter Baru Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti