JAKARTA. Perusahaan penyedia perangkat telekomunikasi dan solusi jaringan, ZTE Corporation memiliki 110.000 hak paten lokal maupun internasional. Kepemilikan atas hak kekayaan intelektual itu membuat perusahaan menjadi pemilik paten terbanyak di China. Namun begitu, ZTE mengaku tidak akan menggunakan paten tersebut untuk menyerang perusahaan lain atau pun kompetitor. Seperti diketahui, perang paten antar perusahaan teknologi memang sedang ramai akhir-akhir ini, salah satunya perang paten antara Apple dan Samsung. "ZTE tidak akan menggunakan paten untuk menyerang perusahaan lain. Bahkan, kami memiliki sistem transfer teknologi yang memungkinkan teknologi kami digunakan oleh perusahaan lain dengan sistem sewa," jelas ungkap Wang Haibo, Wakil Presiden Senior untuk urusan Hukum dan Legalitas ZTE, dalam teleconference di kantor ZTE Indonesia, Selasa (13/3/2012). Haibo menambahkan, ZTE hanya akan menuntut sebuah perusahaan ke jalur hukum, apabila perusahaan tersebut ingin menguasai teknologi ZTE. Misalnya teknologi yang telah didaftarkan patennya oleh ZTE, kemudian diklaim ulang dan didaftarkan patennya atas nama perusahaan lain, tanpa izin ZTE. Jika masalah paten masih sebatas penggunaan teknologi, ZTE akan menyelesaikan secara internal antarperusahaan yang bersengketa. "Sebuah paten bisa saja berhubungan dengan teknologi lain yang juga telah memiliki patennya sendiri. Persinggungan paten seperti ini masih bisa diselesaikan sebelum dilaporkan ke jalur hukum," ungkap Haibo. Untuk masalah paten, ZTE mengaku serius. ZTE selalu berinvestasi 10% dari pendapatan per tahunnya untuk riset dan pengembangan, termasuk mengurusi pendaftaran paten. Secara internal, ZTE telah meneliti dan memiliki sertifikasi standar sebelum paten didaftarkan secara internasional. Saat ini, ZTE telah mempekerjakan 30.000 peneliti berpengalaman, serta mengoperasikan 15 pusat penelitian yang tersebar di China, Prancis, India, Swedia, dan Amerika Serikat. Selain itu, ZTE juga membangun 10 pusat inovasi di seluruh dunia yang bekerja sama dengan operator di Eropa dan Amerika Utara, sejak tahun 2011. (Tenni Purwanti|Reza Wahyudi/Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ZTE ogah ikut perang paten
JAKARTA. Perusahaan penyedia perangkat telekomunikasi dan solusi jaringan, ZTE Corporation memiliki 110.000 hak paten lokal maupun internasional. Kepemilikan atas hak kekayaan intelektual itu membuat perusahaan menjadi pemilik paten terbanyak di China. Namun begitu, ZTE mengaku tidak akan menggunakan paten tersebut untuk menyerang perusahaan lain atau pun kompetitor. Seperti diketahui, perang paten antar perusahaan teknologi memang sedang ramai akhir-akhir ini, salah satunya perang paten antara Apple dan Samsung. "ZTE tidak akan menggunakan paten untuk menyerang perusahaan lain. Bahkan, kami memiliki sistem transfer teknologi yang memungkinkan teknologi kami digunakan oleh perusahaan lain dengan sistem sewa," jelas ungkap Wang Haibo, Wakil Presiden Senior untuk urusan Hukum dan Legalitas ZTE, dalam teleconference di kantor ZTE Indonesia, Selasa (13/3/2012). Haibo menambahkan, ZTE hanya akan menuntut sebuah perusahaan ke jalur hukum, apabila perusahaan tersebut ingin menguasai teknologi ZTE. Misalnya teknologi yang telah didaftarkan patennya oleh ZTE, kemudian diklaim ulang dan didaftarkan patennya atas nama perusahaan lain, tanpa izin ZTE. Jika masalah paten masih sebatas penggunaan teknologi, ZTE akan menyelesaikan secara internal antarperusahaan yang bersengketa. "Sebuah paten bisa saja berhubungan dengan teknologi lain yang juga telah memiliki patennya sendiri. Persinggungan paten seperti ini masih bisa diselesaikan sebelum dilaporkan ke jalur hukum," ungkap Haibo. Untuk masalah paten, ZTE mengaku serius. ZTE selalu berinvestasi 10% dari pendapatan per tahunnya untuk riset dan pengembangan, termasuk mengurusi pendaftaran paten. Secara internal, ZTE telah meneliti dan memiliki sertifikasi standar sebelum paten didaftarkan secara internasional. Saat ini, ZTE telah mempekerjakan 30.000 peneliti berpengalaman, serta mengoperasikan 15 pusat penelitian yang tersebar di China, Prancis, India, Swedia, dan Amerika Serikat. Selain itu, ZTE juga membangun 10 pusat inovasi di seluruh dunia yang bekerja sama dengan operator di Eropa dan Amerika Utara, sejak tahun 2011. (Tenni Purwanti|Reza Wahyudi/Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News