ADB Bentuk Panel Penasihat Tingkat Tinggi untuk Dukung Pemulihan Dampak Covid-19 di Asia Tenggara


MANILA, FILIPINA (10 Juni 2020) — Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa meluncurkan panel tingkat tinggi beranggotakan para ahli di bidang ekonomi, keuangan, dan kesehatan guna membantu menteri, gubernur bank sentral, dan pejabat senior dari negara-negara Asia Tenggara untuk mengidentifikasi langkah-langkah pemulihan yang dapat dijalankan sesegera mungkin pasca-pandemi penyakit virus korona baru (COVID-19).

"Kami memberikan ruang bagi para menteri dan ahli terkemuka untuk membahas beragam tantangan akibat COVID-19 dan mengidentifikasi berbagai aspek yang layak dikaji lebih lanjut,” jelas Presiden Asakawa dalam acara perdana yang diadakan secara virtual pada tanggal 9 Juni. “Gelombang kedua dan ketiga penyakit ini bisa saja dan sangat mungkin terjadi, dan kemerosotan ekonomi lebih dalam lagi akan sangat merugikan. Negara-negara dihadapkan pada tantangan lintas-bidang yang berdampak terhadap warganya dan dunia usaha. Pembelajaran penting yang dialami setiap negara ini dapat bermanfaat bagi negara- negara yang lain.”

Acara ini diikuti oleh pejabat senior dari tiga perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yaitu Menteri Keuangan Indonesia dan Gubernur ADB Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Filipina dan Gubernur ADB Carlos G. Dominguez, dan Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob. Selain itu, Gubernur Bank Sentral Filipina dan Gubernur Alternatif ADB Benjamin Diokno, serta Sekretaris Perencanaan Sosioekonomi Filipina Karl Chua juga ikut bergabung.

Para pejabat tersebut bertukar pikiran dengan 8 ahli internasional di bidang ekonomi, keuangan, kesehatan, perlindungan sosial, data, dan pembangunan berkelanjutan:

•                 Jane Halton, ketua Coalition for Epidemics Preparedness Innovation dan mantan sekretaris Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan Australia;

•                 Rema Hanna dari Harvard Kennedy School;

•                 Karen Tay Koh, mantan pejabat Kementerian Keuangan Singapura dan mantan deputi CEO SingHealth;

•                 Ramayya Krishnan dari Carnegie Mellon University;

•                 Anup Malani dari University of Chicago;

•                 Raghuram Rajan dari University of Chicago, yang merupakan mantan gubernur Bank Sentral India dan ekonom kepala International Monetary Fund;

•                 Andrew Sheng dari Asia Global Institute;

•                 Nicholas Stern dari London School of Economics, yang merupakan mantan kepala Government Economic Service di Inggris dan mantan ekonom kepala Bank Dunia.

Panel ini, yang dimoderasi oleh Wakil Presiden ADB Ahmed M. Saeed, mengulas pembelajaran yang didapat dari langkah-langkah cepat yang diambil berbagai negara guna mengatasi dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan akibat pandemi, serta prioritas jangka menengah hingga jangka panjang negara-negara tersebut. Panel ini juga membahas hal-hal terkait reformasi struktural, inovasi dalam mobilisasi sumber daya domestik, dan upaya untuk memastikan agar langkah pemulihan yang diambil dapat berkelanjutan di tengah sejumlah persoalan global lainnya.

Pada 13 April, ADB mengumumkan paket senilai $20 miliar untuk membantu negara-negara berkembang anggotanya dalam merespons COVID-19. Setelah itu, ADB juga telah menyetujui bantuan senilai $7,2 miliar dalam bentuk pinjaman dan bantuan teknis bagi kegiatan tanggap darurat, termasuk 9 intervensi di bawah opsi respons pandemi COVID-19 atau COVID-19 Pandemic Response Option/CPRO yang seluruhnya bernilai $5,52 miliar untuk Bangladesh, Bhutan, Filipina, Georgia, India, Indonesia, Mongolia, Nepal dan Republik Kirgiz.

Indonesia telah menerima $1,5 miliar sebagai respons kontrasiklus dan hibah senilai $3 juta untuk dukungan tanggap darurat pemerintah Indonesia di sektor kesehatan. Filipina telah menerima $1,7 miliar untuk dukungan kontrasiklus dan perlindungan sosial, serta hibah senilai $3 juta untuk membangun laboratorium pengujian COVID-19. ADB kini sedang bekerjasama untuk memperluas bantuan bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Thailand, dan juga di sub-kawasan lain di Asia dan Pasifik.

Dialog tingkat tinggi ini didukung oleh hibah bantuan teknis senilai $5 juta yang telah disetujui ADB pada tanggal 24 April. Hibah tersebut akan membantu negara yang menerima pendanaan CPRO untuk memantau respons COVID-19 di tiap negara tersebut, dan memandu negara-negara tersebut menyiapkan strategi dan rencana aksi pemulihan.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher