Ambil Bagian di IDE 2021, Unilever Indonesia Berbagi Strategi Merespons Perubahan Perilaku Konsumen Selama Pandemi


Jakarta, 23 Maret 2021 – Hari ini, PT Unilever Indonesia, Tbk. ambil bagian dalam perhelatan bergengsi Indonesia Data and Economic Forum (IDE) 2021, “Reimagining the Future of Indonesia”. Unilever Indonesia bergabung dengan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan ekonomi, mulai dari pemerintah, korporasi, organisasi dan masyarakat luas untuk berbagi peran dalam menjajaki berbagai tindakan konkret menuju kebangkitan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19.

Di dalam event ini, Unilever Indonesia secara khusus mempersembahkan sebuah sesi berjudul “New Trends in Consumer Behaviour after Covid”.

Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. menyatakan, “Perekonomian yang terkontraksi, ditambah dengan pembatasan mobilitas selama setahun ke belakang, telah berdampak besar pada perubahan perilaku konsumen di Indonesia. Kami memprediksi, setidaknya delapan perubahan perilaku konsumen akan terus bertahan bahkan setelah pandemi berakhir. Hal tersebut menunjukkan urgensi dari pelaku industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Unilever Indonesia untuk terus gesit merespons perubahan perilaku konsumen dan memanfaatkan momentum yang, bukan hanya membawa tantangan tetapi juga, membuka banyak peluang baru.”

“Kehadiran Unilever Indonesia di IDE 2021 adalah salah satu bentuk semangat kami untuk terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna menyongsong era pemulihan pasca pandemi. Ditambah lagi, fakta menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan menyumbang 57,6% dari Produk Domestik Bruto. Dengan skala yang kami miliki, kami siap untuk terus memainkan peran kami dalam mendorong konsumsi masyarakat menuju kebangkitan perekonomian nasional,” sambung Ira.

Hal ini selaras dengan hasil survei terbaru dari Katadata Insight Center mengenai Perilaku Keuangan Konsumen Selama Pandemi COVID-19. Mulya Amri selaku Direktur Riset Katadata Insight Center menjelaskan, “Di dalam survei yang melibatkan 2.491 responden di 34 provinsi ini, terlihat bahwa 76,6% responden merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka sehingga lebih berhati-hati dalam menentukan alokasi pengeluaran. Terungkap bahwa prioritas pengeluaran konsumen kini didominasi oleh barang kebutuhan sehari-hari (95,5%), biaya kesehatan (81,7%), dan untuk pendidikan (74,7%). Sementara barang elektronik (6,1%), kendaraan (4,1%), dan wisata, hiburan atau hobi (3,6%) menempati prioritas terbawah.”

Yuswohady, pakar pemasaran dari Inventure Consulting menanggapi bahwa di tengah pandemi, pergeseran perilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan. COVID-19 telah memaksa terjadinya apa yang ia sebut sebagai Consumer Megashifts 10X10, dimana perubahan perilaku konsumen menjadi 10X lebih besar dan dengan laju 10X lebih cepat. “Dengan demikian, setiap perusahaan, termasuk FMCG, menghadapi a whole new world dengan adanya gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang sama sekali baru; dan akhirnya melahirkan pola baru pula dalam memasarkan produk-produknya,” ujarnya.  

Inovasi adalah bagian penting dari DNA Perusahaan, hal ini sejalan dengan komitmen Unilever Indonesia untuk menjadi bisnis yang berlandaskan pada tujuan mulia (purpose-led), serta relevan dan mampu bertahan di masa depan (future-fit). Misalnya dalam transformasi digital, hal ini telah diterapkan ke seluruh rantai nilai Perusahaan jauh sebelum pandemi berlangsung.

“Kami melipatgandakan kegesitan dalam berinovasi sejak awal pandemi,” tambah Ira. “Di tahun 2020 setidaknya kami melahirkan 40 inovasi produk untuk menjawab kebutuhan pelanggan dan konsumen kami yang terus berubah, terutama dalam hal permintaan dan pola belanja.”

Unilever Indonesia melihat dan menjawab peningkatan permintaan yang signifikan untuk produk-produk yang terkait dengan kebersihan dan kesehatan. Untuk mengantisipasi melemahnya daya beli konsumen, Unilever Indonesia meluncurkan produk-produk dalam ukuran kemasan dan harga yang lebih ekonomis.

Dalam mengantisipasi perubahan pola belanja yang kini serba online, Unilever Indonesia telah melahirkan banyak inovasi di bidang digital seperti: Unilever Home Delivery, eksistensi yang semakin kuat di jalur e-commerce, layanan untuk menjawab kebutuhan konsumen di tingkat profesional melalui Unilever Professional, dan peluncuran aplikasi Sahabat Warung untuk membantu para mitra pedagang warung agar tetap sehat selamat dan dapat tetap berjualan.

Gaya hidup serba digital juga menjadi bagian dari paparan Ira mengenai 8 (delapan) perubahan perilaku konsumen yang diperkirakan akan bertahan dalam jangka waktu panjang dan saling terkait satu sama lain. Kedelapan perilaku tersebut adalah: (i) Gaya hidup bersih dan sehat: Kesehatan akan tetap menjadi perhatian konsumen, tidak hanya di dalam tetapi juga di luar rumah sebagai bentuk proteksi diri.

Brand yang terpercaya dan berkualitas akan semakin dicari. (ii) Semua aspek keseharian menjadi lebih fluid: Oleh karena itu konsumen akan mencari produk yang membantu mereka tetap produktif di dalam rumah, dan produk yang dapat melindungi diri mereka secara efisien dan praktis di luar rumah. (iii) In home romance atau in home experience menjadi semakin penting:

Setelah setahun beraktivitas dari rumah, konsumen mencari cara dan produk agar tidak bosan dan terus menjaga kesehatan mental di rumah. (iv) Komunitas yang lebih kuat: Pandemi telah memperkuat rasa solidaritas kita sebagai bangsa. Dukungan untuk wirausaha lokal semakin banyak, komunitas yang ada di masyarakat juga semakin banyak. 

(v) Fenomena Reverse Maslow: Kebutuhan psikologis dan rasa aman termasuk lingkungan yang sehat dan higienis, dan juga keamanan finansial adalah prioritas utama konsumen. (vi) Konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan: Konsumen mencari value dan bukan harga semata. (vii) Gaya hidup serba digital: Internet tidak hanya membantu konsumen untuk membeli secara online tetapi juga untuk menjual dan berkegiatan.

Hal ini akan terus belanjut di masa depan karena konsumen sudah mulai terbiasa menggunakan platform online dan digital dalam semua jenis kegiatan. (viii) Lahirnya smart opportunist:  Social selling terutama dari media sosial meningkat, mulai dari barang-barang yang berhubungan dengan perlindungan kesehatan, hingga makanan/minuman.

“Tidak kalah penting, kami percaya bahwa keberlanjutan bisnis harus sejalan dengan manfaat yang kami bawa untuk masyarakat dan lingkungan. Di masa pandemi, komitmen untuk selalu bersama Indonesia kami wujudkan melalui kampanye #MariBerbagiPeran yang menaungi berbagai macam inisiatif untuk untuk mendukung masyarakat.

Alhamdulillah kami dapat menyalurkan bantuan senilai lebih dari Rp 200 miliar secara bertahap sejak awal pandemi, baik secara independen maupun melalui kolaborasi dengan berbagai mitra di seluruh Indonesia,” pungkas Ira.

Tentang Unilever Unilever merupakan salah satu pemasok terbesar produk Kecantikan dan Perawatan Tubuh, produk Kebersihan Rumah Tangga, dan produk Makanan dan Minuman yang produknya digunakan oleh 2.5 miliar penduduk setiap harinya di lebih dari 190 negara.

Unilever memiliki total 149,000 karyawan dan secara global pada tahun 2020 berhasil membukukan penjualan sebessar €50.7 juta. Lebih dari separuh bisnis Unilever ada di negara maju dan berkembang. Kami memiliki total 400 brands di dunia termasuk brand seperti Dove, Lifeboy, Knorr, Magnum, Rinso dan brand lain seperti Beauty & Planet, Hourglass, Seventh Generation dan The Vegetarian Butcher. Di Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk telah beroperasi sejak tahun 1933, ‘go public’ pada tahun 1982 dan saham-sahamnya tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Unilever memiliki lebih dari 6,000 karyawan dan sembilan pabrik yang berada di Cikarang dan Rungkut.

Unilever berkomitmen tinggi untuk tetap melaju dan maju bersama Indonesia. Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020, penjualan bersih Unilever Indonesia mencapai Rp43 triliun terdiri dari penjualan HPC dan F&R masing-masing sebesar Rp30 triliun dan Rp13 triliun. Sedangkan laba bersih Perseroan mencapai Rp7,2 triliun.

Visi kami adalah menjadi pemimpin di pasar global dalam hal menciptakan bisis yang berkelanjutan; yang berlandaskan tujuan mulia (purpose-led) dan mampu bersaing dimasa depan (future-fit). Kami memiliki rekam jejak yang panjang sebagai perusahaan yang progesif dan bertanggung jawab. Rekam jejak ini dimulai pada saat pendiri kami, William Lever, 100 tahun yang lalu memperkenallkan sabun pertama yang ditujukan untuk menigkatkan kesehatan masyarakat, yaitu sabun Sunlight. Purpose atau tujuan mulialah yang menjadi jantung dari bisnis kami hingga hari ini.

‘The Unilever Compass’ adalah strategi bisnis kami. Sebuah strategi yang akan membawa kami untuk terus tumbuh, tetapi juga berkelanjutan dan bertanggug jawab, hal ini termasuk: •    Meningkatkan kesehatan planet •    Meningkatkan kesehatan masyarakat, kepercayaan diri dan kesejahteraan, serta •    Membantu menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif

Meskipun masih banyak hal yang hars kami lakukan, kami bangga telah diakui pada tahun 2020 sebagai pemimpin sektor dalam Indeks Keberlanjutan Dow Jones dan - selama sepuluh tahun berturut-turut - sebagai perusahaan dengan peringkat teratas dalam survei Pemimpin Keberlanjutan GlobeScan / SustainAbility 2020 .

Editor: Marketing Exabytes
Publisher