Bagaimana Reverse Mentoring Dapat Menghilangkan Ageisme di Tempat Kerja


Jakarta, 8 Juni 2021  – Kebanyakan dari kita sudah akrab dengan konsep mentoring. Mentoring biasanya dilakukan oleh karyawan yang lebih senior yang ditugaskan untuk membimbing rekan kerjanya yang lebih junior. Namun, bagaimana jika kami memberi tahu Anda bahwa hal ini dapat terjadi sebaliknya?

Masa di mana senioritas dianggap sebagai superioritas telah berlalu. Saat ini dunia yang serba cepat telah menghasilkan semakin banyak generasi milenial yang menjadi bagian dari sebuah tempat kerja.

Generasi milenial saat ini mendominasi populasi penduduk di Indonesia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diproyeksikan terdapat 179,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan generasi milenial (usia 21-36) menyumbang kurang lebih 63,5 juta jiwa. Milenial yang lahir antara tahun 1981-1996 merupakan 25,87% dari total populasi atau setara dengan 69,38 juta jiwa. Hal ini menjadikan generasi milenial sebagai roda penggerak yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.[i]

Generasi milenial biasanya memiliki karakter yang fleksibel, mudah beradaptasi, dan tech-savvy (melek teknologi), kaum milenial juga menawarkan banyak hal dalam lingkungan kerja, sehingga generasi yang lebih tua harus banyak belajar dari generasi muda.

Maka dari itu, banyak perusahaan seperti 3M, yang menjadikan kaum milenial sebagai pendamping maupun mentor bagi para pemimpin senior. Hal inilah yang kemudian disebut dengan reverse mentoring. Terdapat beberapa manfaat dari program ini, beberapa diantaranya adalah memberikan menanamkan perspektif yang lebih kritis mengenai pemikiran strategis, kepemimpinan, pola pikir, dan nilai-nilai di tempat kerja.

Generasi milenial juga dapat memberikan masukan kepada para pemimpin mengenai pemikiran kaum yang lebih muda, dan memberikan kesempatan kepada para pemimpin untuk lebih memahami nilai, prioritas serta motivasi, bagaimana kaum muda ingin diperlakukan, dan bagaimana mengoptimalkan bakat mereka untuk meningkatkan keterlibatan serta retensi, yang pada akhirnya membangun jembatan antar generasi.

Hal ini dapat mempermudah dalam menghadapi ageisme (diskriminasi usia) di tempat kerja secara langsung, dengan mengajak generasi muda dan tua untuk berbagi perspektif mereka, menumbuhkan pemahaman yang lebih baik, serta menghilangkan mitos.

Bagaimana seorang pemimpin mendapatkan manfaat: Menjembatani kesenjangan generasi

Di tengah pandemi COVID-19 yang memerlukan digitalisasi pekerjaan dengan cepat, berpasangan dengan kolega kerja yang lebih muda tentu akan membantu menyongsong era baru yakni era komunikasi digital, terutama di dunia kerja jarak jauh.

Salah satu hal pertama yang diajarkan oleh mentor saya yang lebih muda, Hetty, adalah bagaimana generasi muda memandang komunikasi digital dan media sosial. Sebelumnya saya tidak mengetahui bahwa media sosial seperti Facebook dan Instagram dipersepsikan sebagai ruang pribadi. Melalui sharing yang diberikan oleh Hetty, saya dapat memahami konsep ini dan melihatnya dari perspektif yang berbeda.

Hal ini kemudian mendorong saya untuk mengembangkan grup Yammer untuk karyawan 3M di Asia, sebuah layanan jejaring sosial profesional yang bertujuan untuk membantu membangun komunitas di 3M. Dengan bimbingan Hetty, saya dapat melalui seluruh proses, sehingga, Yammer dapat menjadi aplikasi yang sangat membantu interaksi karyawan, menjadi sarana membagikan pertanyaan atau berbagi informasi sesama rekan kerja, dan membantu kolaborasi dengan tim yang berbeda, terutama selama masa pandemi COVID-19.

Salah satu prinsip kepemimpinan yang saya pegang teguh adalah betapa pentingnya menyampaikan kata terima kasih dan menghargai rekan kerja saya. Hal yang cukup mengejutkan, Hetty memberitahu saya bahwa generasinya menghargai pengakuan informal dan dibagikan melalui media digital seperti emai.

Sebagai seseorang yang berasal dari generasi dimana sebuah kartu ucapan dengan tulisan tangan pribadi adalah sebuah norma, hal ini sedikit mengejutkan saya. Saya khawatir hal itu cenderung terkesan informal dan bahkan tidak tulus. Namun, Hetty menjelaskan bahwa generasi muda tidak memandangnya seperti itu.

Akhir-akhir ini, saya mengirimkan lebih banyak ucapan 'terima kasih' kepada rekan kerja saya karena melalui digital jauh lebih efisien daripada kartu tulisan tangan. Hal ini juga membantu menciptakan persahabatan yang erat di antara anggota tim dan menghidupkan budaya kita.

Bagaimana mentor muda mendapat manfaat: mentoring dua arah

Di sisi lain, karena pandemi COVID-19 yang mengharuskan pekerjaan dilakukan dari rumah, memiliki mentor menjadi hal yang sangat penting dalam membantu karyawan yang lebih muda, terutama karyawan baru. Pemimpin yang lebih senior dapat memberikan pemahaman mengenai perubahan dan perspektif dalam dunia kerja yang baru.

Di luar pengalaman yang akan diperoleh oleh mentor yang lebih muda dari senior mereka, reverse mentoring merevolusi model mentoring tradisional. Program ini memungkinkan komunikasi dua arah dan pendekatan percakapan yang lebih. Melalui program ini, karyawan yang lebih muda dapat berbagi wawasan mereka, dan didengarkan.

Selain meningkatkan moral dan produktivitas, reverse mentoring bahkan memungkinkan karyawan yang lebih muda memengaruhi keputusan perusahaan di tingkat yang lebih tinggi. Selama pertemuan rutin kami, Hetty berbagi pekerjaannya dalam meluncurkan beberapa jaringan sumber daya karyawan di Filipina. Saya dapat memanfaatkan pembelajaran ini dari awal untuk lebih meningkatkan strategi dan tindakan inklusi yang ditargetkan untuk tahun 2021, yang saat ini sedang saya terapkan.

Bagaimana perusahaan dapat melakukannya dengan benar

Untuk memaksimalkan program ini, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.

Pertama, dari awal, semua mentor muda dan pemimpin harus memiliki motivasi yang cukup jelas. Sebelum bergabung, karyawan yang berpartisipasi harus memikirkan alasan mengapa mereka ingin berpartisipasi.

Selanjutnya, mereka harus menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas untuk memastikan program tersebut bermanfaat bagi mereka.

Ketiga, mereka harus menetapkan batasan yang jelas antara topik pekerjaan dan pribadi yang sejalan dengan komitmen bersama terhadap program.

Terakhir, baik mentor muda maupun para pemimpin harus tetap berpegang pada peran yang ditugaskan. Seorang eksekutif senior harus menahan diri agar tidak kembali ke ‘mode kepemimpinan’, sementara karyawan yang lebih muda harus terus menjadi 'guru' bagi para peserta mereka.

Percakapan dan sharing yang teratur dapat menghilangkan stereotip mengenai usia di tempat kerja. Stereotip pada dasarnya adalah konsep yang salah. Tidak ada junior yang terlalu muda untuk memimpin ataupun mengajar, dan tidak ada senior yang terlalu tua untuk mempelajari hal baru.

Saat ini, hampir 300 karyawan 3M di Asia berpartisipasi dalam program Reverse Mentoring, hal inilah yang akan menjadi kontributor penting dan menjadikan 3M tempat kerja yang menjunjung perbedaan, inklusif, serta memberdayakan karyawannya.

Tentang 3M

Di 3M, kami meningkatkan kehidupan sehari-hari dengan menerapkan sains melalui cara yang kolaboratif. Karyawan kami juga terhubung dengan pelanggan di seluruh dunia.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher