JAKARTA (15/7) - Laut Indonesia memiliki permasalahan serius terkait pencemaran lingkungan akibat sampah plastik. Sampah yang berasal dari darat ini membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan bisa sampai ratusan tahun, untuk bisa terurai. Hal ini tidak saja menjadi permasalahan Indonesia tapi juga seluruh negara. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) hadir menawarkan alternatif solusinya. Data pada jurnal penelitian (Groh et al., 2019) mengatakan, produksi plastik secara global sudah mencapai 380 juta ton pada tahun 2015, dengan sekitar 40 persennya digunakan untuk pengemasan. Jurnal penelitian lain (Zhang, Show, & Ho, 2019) mengatakan, sisi negatif sampah plastik yang dibuang dapat menimbulkan beberapa masalah lingkungan yang serius, seperti emisi gas rumah kaca, generasi mikroplastik dan efek beracun yang ditimbulkannya.
Karena itu, KKP mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan lingkungan, termasuk laut, dari sampah plastik. Hal ini salah satunya disampaikan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja. Dia mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan laut, karena kesejahteraan manusia bergantung pada laut yang sehat. Hal ini sejalan dengan perhatian dan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang menekankan pentingnya kesehatan laut untuk mendukung ekonomi laut yang berkelanjutan. Laut yang sehat juga menjadi syarat utama konsepsi ekonomi biru yang tengah dikembangkan KKP di Indonesia. Kata kuncinya yaitu berkelanjutan, efisien, tanpa limbah, keadilan inklusif, pertumbuhan ekonomi, dan kesadaran publik. Untuk itu, KKP telah banyak berbuat untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, salah satunya melalui penelitian yang dilakukan BRSDM. Salah satu penelitian dilakukan melalui kerja sama Pusat Riset Kelautan BRSDM dengan mitra Prancis tentang marine debris project. Menteri Kelautan Prancis Annick Girrardin mendatangi langsung Kantor BRSDM terkait kerja sama tersebut, 10 Juni lalu. Penelitian lain dilakukan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM. Penelitian tersebut menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, yaitu dengan bioplastik berbahan rumput laut. “Rumput laut merupakan salah satu bahan yang potensial untuk dijadikan bahan baku bioplastik, dimana karaginan adalah salah satu fikokoloid paling menjanjikan yang menunjukkan kemampuan pembentukan film yang sangat baik,” ujar Peneliti LRMPHP Putri Wullandari, “Metode yang biasa digunakan dalam pembuatan bioplastik yaitu metode casting namun memiliki kelemahan yaitu belum dapat diproduksi secara massal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode ekstrusi untuk membuat bioplastik dengan bahan dasar karagenan. Ekstrusi adalah proses yang berkesinambungan selama bahan baku plastik meleleh dan dibentuk menjadi panjang terus menerus dari produk plastik dengan profil konstan cross-sectional, dan produk kemudian dapat dipotong menjadi panjang yang diinginkan oleh peralatan pasca-die tertentu,” tambahnya. Menurut Putri, rangkaian alat yang dihasilkan dalam penelitian ini meliputi mixer, extruder, conveyor, dan pelletizer Dia mengatakan, mixer dengan spesifikasi kapasitas tanki 5 kg dilengkapi sistem pengaduk berputar (1/2HP) dan pemanas listrik dengan total daya 470 W. Material mesinnya mengunakan stainless steel dan hard chrome. Extruder, lanjutnya, merupakan tipe screw tunggal dengan kapasitas produksi 2,42 kg per jam. Alat ini dilengkapi empat elemen pemanas elektrik dengan thermocontrol, yang memiliki 1 lubang die berdiameter 2–3 mm. Material mesinnya mengunakan stainless steel dan hard chrome dengan total daya 600 W. Sementara itu, konveyor memiliki spesifikasi panjang 1,5 m dengan media pendingin air, yang dilengkapi water chiller. Material alatnya menggunakan stainless steel dengan total daya 125 watt (220 V). Adapun pelletizer menggunakan pisau berputar dengan motor ¼ HP yang dilengkapi pengatur kecepatan. Materialnya menggunakan stainless steel dengan daya 70 W (220 V). Rangkaian alat extruder tersebut menghasilkan film yang seragam dengan kapasitas produksinya mencapai 2,42 kg/jam. Bioplastik dari rumput laut dan rangkaian alat pembuatnya ini telah dibahas pada kegiatan Sharing Session BRSDM, 7 Juli lalu. Kegiatan tersebut disiarkan secara langsung melalui kanal youtube BRSDM dan saat ini masih dapat disaksikan pada link https://www.youtube.com/watch?v=Hm4_vQ4Y2ZE.
Editor: Marketing Exabytes