Bisnis keluarga di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, adalah yang paling ambisius


3 November 2016 – Meskipun tingkat ketidakpastian kondisi ekonomi dunia yang ada pada saat ini, hampir dua pertiga (64%) bisnis keluarga mencatat pertumbuhan selama setahun terakhir, menurut survei global baru terhadap 2.800 bisnis keluarga di 50 negara oleh PwC.

Sektor bisnis keluarga tetap memiliki rencana ambisius dan merencanakan pertumbuhan bisnis selama lima tahun ke depan meskipun adanya perlambatan ekonomi global, dimana hanya satu dari lima bisnis keluarga yang melaporkan penurunan penjualan dalam waktu dua tahun terakhir.

Bisnis keluarga di Asia Pasifik adalah yang paling ambisius, karena 21% dari mereka merencanakan pertumbuhan terpesat dan teragresif menurut temuan survei global PwC tentang bisnis keluarga yang diadakan dua tahun sekali: The ‘Missing Middle’: Bridging the strategy gap in family firms.

Michael Goenawan, Entrepreneurial and Private Clients Leader dari PwC Indonesia, mengatakan:

"Bisnis keluarga di Indonesia juga optimis tentang prospek pertumbuhan di tahun-tahun mendatang, dengan rencana mereka yaitu berfokus kepada bisnis utama di pasar yang sudah ada dengan melakukan ekspansi ke area bisnis atau pasar yang baru. Mayoritas dari mereka berpendapat kekuatan bisnis keluarga berada dalam kemampuan kewirausahaan, organisasi yang lebih efektif dan sederhana, dan pengambilan keputusan yang dapat lebih cepat dilakukan. Bisnis keluarga di Indonesia juga mengakui pentingnya peranan digitalisasi dan manfaatnya terhadap bisnis mereka. Kami akan mengeluarkan laporan khusus terkait survei responden dari Indonesia di bulan November ini."

Bisnis keluarga di Eropa Barat dan Amerika Utara memiliki ambisi yang lebih rendah dalam perencanaan pertumbuhan bisnis yang cepat dan agresif (masing-masing 10% dan 12%) karena responden di kawasan ini sebagian besar memprediksi pertumbuhan ekonomi yang stabil. Secara global, 15% responden merencanakan pertumbuhan yang pesat dan agresif dan 70% responden merencanakan pertumbuhan yang stabil selama lima tahun ke depan.

Dalam jangka pendek, responden menyatakan Brexit tidak berpengaruh terhadap rencana pertumbuhan bisnis mereka (hanya 15% dari responden global yang mengatakan Brexit akan berdampak negatif). Tingkat kekhawatiran tentang dampak Brexit dalam waktu 1-2 tahun ke depan berada pada tingkat tertinggi di Inggris (38% - lebih dari dua kali lipat rerata responden global sebesar 15%) dan di antara negara-negara UE (22%). Secara global, 83% mengatakan mereka tidak berencana untuk mengambil tindakan khusus karena Brexit. Meskipun pertumbuhan yang diperkirakan stabil, laporan ini memperingatkan pertumbuhan bisnis keluarga dapat terhalang oleh kurangnya perencanaan strategis dalam perusahaan dibandingkan dengan faktor ekonomi atau faktor eksternal lainnya. Faktanya, banyak permasalahan yang kini dihadapi oleh bisnis keluarga disebabkan oleh kurangnya perencanaan strategis (‘the missing middle’)– yaitu rencana strategis yang menghubungkan antara posisi bisnis saat ini dan aspirasi jangka panjang atau potensi dimana bisnis mereka seharusnya berada. Akibatnya, banyak perusahaan keluarga yang tidak dapat melanjutkan keberhasilan di awal bisnis menjadi sukses yang berkesinambungan.

Sebagian bisnis keluarga sudah dapat mengelola perencanaan strategis dengan baik, namun banyak dari mereka yang terjebak dalam isu-isu operasional dan perbedaan ekspektasi antara generasi awal dengan generasi penerus dari bisnis keluarga. PwC juga menemukan dari beberapa survei yang telah dilakukan aspek-aspek yang terkait suksesi, diversifikasi bisnis, digital, keamanan siber, dan inovasi tidak ditangani dengan baik.

Stephanie Hyde, Global Entrepreneurial & Private Business leader, PwC, mengulas:

“Sangat jelas perusahaan keluarga akan tetap menjadi bagian yang vital dari ekonomi di dunia karena kontribusi terhadap PDB dan penciptaan lapangan pekerjaan yang besar di berbagai negara.”

“Secara keseluruhan dapat disimpulkan kinerja dan prospek pertumbuhan perusahaan keluarga akan tetap kuat karena tahap profesionalisasi bisnis yang telah dilakukan, namun sayangnya perencanaan strategis belum dilakukan dengan baik. Tanpa perencanaan strategis, ambisi pertumbuhan bisnis yang tinggi hanya akan sekedar menjadi aspirasi. Pertumbuhan dan perluasan bisnis menjadi terbatas dan perusahaan terpapar dengan risiko tambahan yang belum diantisipasi.”

Dalam tiga survei berturut-turut, bisnis keluarga rata-rata telah memiliki sekitar seperempat dari penjualan ke luar negeri dengan aspirasi meningkatkannya menjadi sepertiga dari total penjualan. Sayangnya dalam setiap survei, realisasi penjualan internasional tersebut masih berkutat di kisaran 25%. Satu dari tiga bisnis keluarga masih hanya beroperasi di satu sektor saja dan di negara asal mereka dan sekitar 80% bisnis keluarga merencanakan untuk mulai mengekspor produk mereka dalam waktu lima tahun mendatang.Sejumlah tantangan utama yang diidentifikasi oleh responden (lebih dari 2.800 bisnis di 50 negara) yang berkaitan dengan perencanaan strategis mereka:

Pewarisan: Hanya 16% bisnis keluarga memiliki proses suksesi yang mencakup eksekutif senior, 43% tidak memiliki rencana sama sekaliInovasi: 64% memilih inovasi sebagai tantangan utama agar tetap unggul selama lima tahun ke depanDigital: 47% memilih masalah aplikasi digital dan teknologi baru menjadi tantangan utama mereka, namun hanya seperempat yang berpendapat bisnis mereka rentan terhadap digital disruptionProfesionalisasi: tiga dari lima responden mengatakan mereka akan mempekerjakan para profesional yang bukan anggota keluarga untuk membantu menjalankan bisnisKeahlian: 58% mengatakan kemampuan mereka untuk menarik dan mempertahankan karyawan dengan keahlian yang sesuai adalah tantangan utama selama lima tahun ke depan. Nyaris separuh meyakini bahwa mereka harus bekerja lebih keras dibandingkan perusahaan non bisnis keluarga untuk merekrut/mempertahankan SDM yang baik (48%)Keuangan: Sepertiga mengatakan semakin sulit bagi mereka untuk mengakses modal (32%) dibandingkan dengan perusahaan non bisnis keluarga. Tiga perempat (76%) mengatakan mereka akan menggunakan modal mereka sendiri untuk mendanai pertumbuhanKeamanan siber: Kurang dari separuh (45%) meyakini bisnis mereka telah siap menghadapi kebocoran data atau serangan siberKekhawatiran geopolitik: Mayoritas bisnis keluarga mengidentifikasi stabilitas politik dan ekonomi lebih penting dibandingkan potensi pertumbuhan ketika mempertimbangkan pasar ekspor yang baruKehidupan kerja: Anggota keluarga generasi penerus berpandangan mereka harus bekerja lebih keras untuk membuktikan keberhasilan mereka dibandingkan generasi saat ini (88% vs 66%). Dua pertiga responden mengatakan mereka kinerja mereka telah diukur dengan sesuai (65% vs 59%)Peter Bartels, Global Family Business Leader, PwC, mengulas:

“Hasil survei terkait suksesi bisnis masih menunjukkan tema yang berulang. Suksesi adalah isu yang rentan menjadi masalah yang besar dalam bisnis keluarga. Cukup disayangkan jika fokus perusahaan hanya pada kesinambungan bisnis dikala risiko suksesi tidak ditangani padahal dapat berdampak serius. Proses suksesi yang direncanakan dengan baik akan menjadi titik yang mempersatukan keluarga, saat untuk berinovasi dan berubah untuk menghadapi perubahan kondisi bisnis yang ada. Tanpa rencana suksesi, hal ini dapat menjadi faktor kegagalan dari bisnis keluarga.”

“Generasi penerus memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan masa depan bisnis keluarga. Mayoritas bisnis keluarga di seluruh dunia berpendapat mereka tidak rentan terhadap digital disruption dan mereka sudah memiliki strategi digital yang sesuai. Padahal berdasarkan pengalaman kami, dampak digitalisasi tidak bisa dianggap ringan. Akan sangat baik jika generasi sekarang mendengarkan pendapat dari generasi penerus dan mereka bisa ditunjuk untuk melakukan transformasi digital di bisnis keluarga.”

Laporan ini juga menyimpulkan dalam era ketidakpastian kondisi ekonomi seperti saat ini, prioritas untuk memastikan agar bisnis tetap dimiliki oleh keluarga menjadi tidak begitu tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kurang dari separuh bisnis keluarga berencana untuk mengalihkan kepemilikan dan manajemen bisnis kepada generasi penerus (39% akan mengalihkan peran manajemen; 34% akan mengalihkan kepemilikan). Persentase pemilik bisnis generasi pertama yang berencana merencanakan untuk menjual atau menawarkan bisnis mereka naik hampir dua kali lipat (29% dibandingkan dengan 17% pada survey sebelumnya).

Faktor perencanaan strategis, dibandingkan ekonomi, yang akan lebih mempengaruhi pertumbuhan bisnis keluarga – PwC.

Persiapan yang kurang matang atau terlambat terkait perencanaan strategis akan menghambat pertumbuhan bisnis keluargaBisnis keluarga yang berada di Asia Pasifik adalah wilayah yang paling agresif dan fokus kepada pertumbuhanGenerasi penerus dari bisnis keluarga lebih cepat merencanakan penawaran saham ke publik atau penjualan sebagian bisnis mereka dibandingkan dengan generasi sebelumnya

Catatan

Untuk laporan selengkapnya, kunjungi www.pwc.com/fambizsurvey2016 atau hubungi Daniel Rembeth di daniel.rembeth@id.pwc.com. PwC mewawancarai lebih dari 2.800 bisnis keluarga di 50 negara antara bulan Mei dan Agustus 2016, dengan nilai penjualan dari bisnis keluarga berkisar dari US$5 juta hingga lebih dari US$1 miliar. Total seluruh penjualan dari seluruh perusahaan yang diwawancarai adalah lebih dari US$500 miliar. Sepertiga responden berasal dari generasi ketiga/keempat.Faktor pembeda dan yang menjadi keunggulan bisnis keluarga dibandingkan bisnis lain adalah nilai budaya perusahaan yang lebih kuat (74%); pengukuran sukses lebih dari sekedar laba dan pertumbuhan (72%); pengambilan keputusan yang lebih cepat (71%); pendekatan kewirausahaan (61%), dan pendekatan jangka panjang dalam pengambilan keputusan (55%). Peran mereka di dalam komunitas dan masyarakat juga diakui: 77% meyakini bahwa mereka berkontribusi terhadap stabilitas perekonomian dan 74% meyakini mereka mendukung penciptaan lapangan kerja bahkan pada masa-masa sulit.Responden survei yang berasal dari Timur Tengah dan Eropa Barat adalah yang paling terdiversifikasi.Setelah referendum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni di Inggris tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pertanyaan tentang potensi dampak Brexit terhadap bisnis mereka ditambahkan pada kuesioner; 1.145 responden menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Tentang PwC Di PwC, tujuan kami adalah membangun kepercayaan di masyarakat dan memecahkan permasalahan penting. Kami merupakan jaringan firma yang berada di 157 negara dengan lebih dari 208.000 karyawan yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan tax yang berkualitas. Ketahui lebih jauh dan sampaikan kepada kami hal yang penting bagi Anda dengan mengunjungi kami di www.pwc.com

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggota, masing-masing merupakan badan hukum terpisah. Silakan lihat www.pwc.com/structure untuk rincian lebih lanjut.

Editor: Deni Riaddy
Publisher