Fitch Peringkat Obligasi TBI di 'AA-(idn)'; Afirmasi IDR di 'BB-'


Fitch Ratings-Singapore/Jakarta-17 April 2018: Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Mata Uang Lokal Issuer Default Ratings (IDR) dan peringkat senior unsecured rating dari perusahaan menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI), di ‘BB-’. Secara bersamaan, Fitch Ratings Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang dan Peringkat nasional senior unsecured di ‘AA- (idn)’. Outlook adalah Stabil.

Fitch Ratings Indonesia juga telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘AA-(idn)’ pada program obligasi TBI sebesar IDR7 triliun dan obligasi tahap pertama sejumlah maksimum IDR700 miliar yang menjadi bagian dari program obligasi ini. Perusahaan akan menggunakan hasil dari penerbitan untuk membayar utang.

Daftar lengkap tindakan pemeringkatan terdapat di bagian akhir laporan ini.

Peringkat Nasional 'AA' mencerminkan ekspektasi akan resiko gagal bayar yang relatif rendah terhadap perusahaan atau obligasi yang diterbitkan di negara yang sama. Resiko gagal bayar tersebut pada dasarnya hanya sedikit berbeda dari peringkat perusahaan atau obligasi tertinggi di negara yang bersangkutan.

FAKTOR FAKTOR PENGGERAK PERINGKAT

Deleveraging Lambat: Fitch berekspektasi FFO adjusted net leverage TBI tetap berkisar di 6,0x di 2018-2020 (2017: 6,0x) karena kebijakan shareholder return yang agresif terus membebani arus kas bebas (FCF) yang sudah dibebani oleh tingginya biaya pendanaan dan belanja modal. Perkiraan EBITDA 2018 kami yang berada di sekitar IDR3,7 triliun (2017: IDR3,5 triliun) kemungkinan tidak cukup untuk membiayai dividen tahunan, share buybacks, pembayaran bunga tahunan sebesar IDR1,8 triliun, dan belanja modal sekitar Rp1,6 triliun.

Perusahaan berencana untuk beroperasi dengan leverage di bawah 5,5x, yang diukur dengan gross debt/EBITDA tahunan kuartal terakhir (akhir-2017: 5,1x), yang lebih rendah dari kovenan obligasi sebesar 6,25x. TBI melakukan kembali program share buyback pada 27 April 2018 untuk membeli kembali saham hingga maksimal IDR1,2 triliun selama 18 bulan ke depan.

Jaringan 4G untuk Menggerakkan Pertumbuhan: Pendapatan TBI kemungkinan akan meningkat dengan satu dikit menengah-hingga-tinggi pada 2018 dan 2019, didorong oleh ekspansi jaringan 4G yang cepat setelah melakukan spectrum conclusion di Oktober 2017. Penyewa menara terbesarnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel, AAA (idn)/Stabil), memenangkan 30 MHz blok spektrum dari total 2300 MHz. TBI memiliki eksposur terbesar ke Telkomsel di antara tiga perusahaan menara independen terbesar di Indonesia, dengan 45% pendapatan; PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo, BBB-/AAA(idn)/Stabil) memiliki eksposur 19% dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (STP, BB-/A +(idn)/Stabil) memiliki 17% eksposur.

Visibilitas Pendapatan: Perjanjian sewa jangka panjang TBI memberikan visibilitas dan stabilitas arus kas. Total pendapatan yang terkunci adalah sekitar USD1,7 miliar pada akhir-2017 dan rata-rata sisa masa kontrak adalah sekitar 5,7 tahun. Kami melihat risiko non-renewal cukup rendah, karena menara adalah infrastruktur yang sangat penting bagi perusahaan telekomunikasi, yang menghindari relokasi peralatan untuk meminimalkan gangguan layanan. Namun demikian, sewa menara bulanan rata-rata dapat berada di bawah tekanan karena kontrak sewa berakhir, yang sebagian besar akan berlangsung setelah 2020.

Risiko Counterparty dan Forex Terkelola: Peringkat TBI juga mencerminkan risiko counterparty yang rendah. Kontribusi pendapatan dari operator telekomunikasi Indonesia dengan peringkat internasional tingkat investasi adalah 83% pada tahun 2017; lebih tinggi dari Protelindo sebesar 49% dan STP 65%. Selain itu, TBI mengurangi risiko mata uang dengan sepenuhnya melakukan lindung nilai eksposur dolar AS. Perusahaan juga memiliki pendapatan tahunan dalam denominasi dolar AS sebesar USD40 juta dari PT Indosat Tbk (BBB+/AAA(idn)/Stabil). Piutang dari PT Internux turun menjadi IDR104 miliar pada akhir-2017 (akhir-2016: IDR125 miliar) dan ekposur pendapatan dibatasi hanya 2,5% dari pendapatan TBI.

Struktural Subordinasi Menurun: Obligasi TBI diperingkat pada tingkat yang setara dengan IDR, meskipun terdapat subordinasi struktural terhadap hutang yang dimiliki oleh anak-anak perusahaan operasional - yang menghasilkan semua pendapatan grup. Rasio utang/EBITDA grup sebelum subordinasi sebesar 3,6x pada akhir-2017 terbilang tinggi tinggi, tetapi kami memperkirakan tingkat subordinasi struktural akan turun seiring waktu karena TBI secara bertahap menggantikan utang pada perusahaan operasinya dengan utang di perusahaan induk. Khususnya, dana hasil dari program obligasi yang diterbitkan akan digunakan untuk membayar kembali utang yang ada di anak perusahaan.

TBI memperoleh persetujuan pemegang saham pada Mei 2017 pada perusahaan operasi yang dimiliki 100%, TBG Global Pte Ltd, untuk menerbitkan obligasi hingga USD500 juta; ini adalah persetujuan tahunan yang juga telah diperoleh pada bulan Mei 2016. Selanjutnya, kami percaya akan ada recoveri kredit yang kuat dalam skenario distress; sebagian besar arus kas operasional grup secara kontrak terkunci, yang mendukung keputusan kami untuk tidak menurunkan peringkat obligasi dari peringkat emiten.

KESIMPULAN DERIVASI

Peringkat TBI mencerminkan stabilitas arus kas, didukung oleh kontrak sewa menara jangka panjang dan margin EBITDA yang kuat, sehingga menjustifikasi metrik leverage yang lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan diperingkat lainnya. Peringkat juga didukung oleh pertumbuhan organik TBI yang kuat dan risiko counterparty yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor domestik - operator menara independen terbesar di Indonesia, Protelindo, dan perusahaan menara independen terbesar ketiga, STP. Namun, peringkat dibatasi oleh neraca TBI yang lebih lemah karena kebijakan shareholder return yang agresif. FFO adjusted net leverage yang mendekati 6,0x terbilang tinggi dibandingkan dengan batas downgrade peringkat Protelindo di 3,0x dan STP di 5,5x.

Peringkat Nasional Jangka Panjang TBI adalah satu tingkat di atas STP di 'A+(idn)'. Hal ini didukung skala TBI yang lebih besar, pertumbuhan organik yang lebih kuat, dan komposisi penyewa yang lebih baik, yang kami percaya memberikan justifikasi terhadap leverage bersih yang lebih tinggi. Sementara itu, peringkat AAA(idn) Protelindo didasarkan pada ukuran usaha yang besar dan profil keuangan konservatif, yang mengurangi risiko counterparty dari perusahaan telekomunikasi yang lebih lemah. Perusahaan telekomunikasi dengan peringkat internasional tingkat investasi menyumbang hampir setengah dari pendapatan Protelindo, dibandingkan dengan TBI 83% dan STP 65%.

ASUMSI UTAMA

Asumsi Utama Fitch dalam Rating Case untuk Penerbit- Penjualan tumbuh satu dikit menengah-hingga-tinggi di 2018 dan 2019- Tambahan tenan tahunan sebesar 1,800-2,500 di 2018-2020, yang terdiri dari 1,000 menara dan sisanya adalah kolokasi.- Pemberhentian pembayaran sewa dan tidak adanya recovery piutang usaha dari Internux dan menghapus sekitar 2% dari penjualan TBI- Marjin operating EBITDA berkisar 80% pada 2018-2020.- Rasio belanja modal/penjualan pada 30%-40% di 2017-2019.- Pembayaran dividend an pembelian kembali saham di IDR1,2trilyun per tahun- Gross debt/operating EBITDA di bawah 6.0x.- Tidak ada akuisisi dan divestasi- Rata-rata beban bunga sebesar 9%.

SENSITIVITAS PERINGKAT

Perkembangan di masa depan yang dapat, secara individu maupun kolektif, memicu tindakan pemeringkatan positif:- Fitch tidak mengantisipasi kenaikan peringkat. Namun, tindakan pemeringkan positif dapat dilakukan jika TBI berada di jalur yang solid dalam mengurangi FFO adjusted net leverage, berdasarkan nilai lindung hutang, ke bawah 5,5x secara berkelanjutan.

Perkembangan di masa depan yang dapat, secara individu maupun kolektif, memicu tindakan pemeringkatan negatif:- Akuisisi yang dibiayai oleh hutang, kejadian gagal bayar oleh perusahaan telekomunikasi yang lebih lemah atau pembayaran dividen yang signifikan dan share buyback yang menyebabkan FFO adjusted net leverage, berdasarkan nilai lindung hutang, menjadi di atas 6,5x dalam jangka panjang.

LIKUIDITAS

Ketergantungan pada Refinancing: Fitch melihat TBI akan melakukan refinancing hutangnya ketika jatuh tempo; mayoritas yang akan jatuh tempo setelah 2018, termasuk surat hutang senior unsecured yang diterbitkan oleh TBG Global sebesar USD350 juta dengan suku bunga 5,25% dan jatuh tempo pada Februari 2022 dan pinjaman bank. Pada akhir 2017, TBI memiliki saldo kas tidak dibatasi sebesar IDR407 miliar dan USD127 juta dari fasilitas pinjaman revolving yang belum ditarik. Perusahaan berencana untuk menggunakan hasil penerbitan program obligasi untuk membiayai kembali pinjaman bank yang dipegang oleh anak perusahaan operasinya.

DAFTAR LENGKAP TINDAKAN PEMERINGKATAN

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk- Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing IDR diafirmasi di 'BB-'; Outlook Stabil;- Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Lokal IDR diafirmasi di 'BB-'; Outlook Stabil;- Peringkat Nasional Jangka Panjang diafirmasi di 'AA-(idn)'; Outlook Stabil;- Peringkat nasional senior unsecured diafirmasi di 'AA-(idn)';- Peringkat mata uang asing senior unsecured diafirmasi di 'BB-';- Peringkat obligasi-obligasi yang diterbitkan di bawah program berkelanjutan II diafirmasi di 'AA-(idn)';- Peringkat program obligasi IDR7 triliun dan peringkat obligasi tahap I IDR700 miliar dari program tersebut ditetapkan di ‘AA-(idn)’.

TBG Global Pte Ltd (subsidiary)- USD350 juta notes guaranteed senior unsecured jatuh tempo pada 2022 diafirmasi di ‘BB-‘.

Editor: Administrator 3
Publisher