Jakarta, 13 September 2019; Pergi merantau jauh tak membuat Agnes Lali Milla (54 tahun) bisa serta merta melupakan kampung halamannya. Kondisi sosial pendidikan yang begitu memprihatinkan membuatnya terpanggil untuk membuat suatu perubahan. Berbekal dedikasi dan niat tulus, Agnes mendirikan Yayasan Hati Nurani dengan harapan mampu memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di wilayah Desa Watu Kawula, Sumba Barat Daya, NTT. Lima tahun berjalan, Yayasan Hati Nurani kini menampung anak yatim piatu dalam wadah panti asuhan dan mendidik anak-anak usia dini dalam wadah PAUD, tanpa pilih kasih, semua anak dengan berbagai kondisi fisik, mental, dan berbagai latar belakang diterima dan dididik dengan baik. Kondisi ekonomi lingkungan sekitar yang kurang baik membuat Agnes tidak sampai hati untuk menagih iuran bulanan sekolah pada mereka yang benar-benar kesusahan. Tak habis akal, Agnes dan segenap anggota keluarganya bahu membahu, berusaha agar anak-anak panti tetap bisa makan cukup tiap hari dan anak-anak PAUD bisa belajar dengan nyaman. Mulai dari berkebun, berternak, hingga membuat kerajinan tangan, tak ada yang tak dilakoni.
Gedung Sekolah Baru untuk Anak-anak Desa Watu Kawula
Jakarta, 13 September 2019; Pergi merantau jauh tak membuat Agnes Lali Milla (54 tahun) bisa serta merta melupakan kampung halamannya. Kondisi sosial pendidikan yang begitu memprihatinkan membuatnya terpanggil untuk membuat suatu perubahan. Berbekal dedikasi dan niat tulus, Agnes mendirikan Yayasan Hati Nurani dengan harapan mampu memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di wilayah Desa Watu Kawula, Sumba Barat Daya, NTT. Lima tahun berjalan, Yayasan Hati Nurani kini menampung anak yatim piatu dalam wadah panti asuhan dan mendidik anak-anak usia dini dalam wadah PAUD, tanpa pilih kasih, semua anak dengan berbagai kondisi fisik, mental, dan berbagai latar belakang diterima dan dididik dengan baik. Kondisi ekonomi lingkungan sekitar yang kurang baik membuat Agnes tidak sampai hati untuk menagih iuran bulanan sekolah pada mereka yang benar-benar kesusahan. Tak habis akal, Agnes dan segenap anggota keluarganya bahu membahu, berusaha agar anak-anak panti tetap bisa makan cukup tiap hari dan anak-anak PAUD bisa belajar dengan nyaman. Mulai dari berkebun, berternak, hingga membuat kerajinan tangan, tak ada yang tak dilakoni.
Publisher