Jakarta, 19 Oktober 2021 - Perusahaan energi terdiversifikasi PT Indika Energy Tbk. menggelar syukuran atas hari jadinya yang ke-21 dengan menggelar INDY Fest 2021 – festival virtual yang membahas tentang isu perubahan iklim dan komitmen bersama untuk mencapai netral karbon. Upaya kolaboratif seluruh pihak untuk berperan aktif dalam mengakselerasi upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi kunci. Mengusung tema net-zero emissions, INDY Fest 2021 yang diadakan pada Selasa, 19 Oktober 2021 membahas topik hangat terkait persiapan akhir Indonesia menuju COP26, pembiayaan hijau untuk wujudkan net-zero emissions Indonesia, serta transisi energi untuk masa depan negeri.
Dengan memperhatikan protokol kesehatan, acara ini disiarkan secara langsung melalui channel sosial media NET., yang baik secara fisik maupun virtual diantaranya dihadiri Luhut B. Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Mewakili Indika Energy, INDY Fest 2021 juga dihadiri oleh Arsjad Rasjid, Direktur Utama Indika Energy; Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy; Purbaja Pantja, Direktur Indika Energy bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya seperti Laksmi Dhewanthi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Tiza Mafira, Associate Director Climate Policy Initiative; Enrico Hariantoro, Kepala Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi OJK; Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri; dan Dannif Danusaputro, Direktur Utama Pertamina New Renewable Energy (NRE). Dalam paparannya sebagai keynote speaker pada sesi pertama INDY Fest 2021, Luhut B. Pandjaitan, menuturkan bahwa pemerintah selalu serius dalam mengendalikan perubahan iklim dan semua pihak memiliki peran untuk mengatasi perubahan iklim. “Bukan hanya memenuhi tren global, namun kita memenuhi mandat di UUD 45, dan sekaligus bertanggung jawab ke generasi mendatang. Oleh karenanya, kita tidak boleh salah dalam membuat kebijakan terkait perubahan iklim,” tutur Luhut. Sementara itu Laksmi Dhewanthi menjelaskan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan mixing policy melalui perangkat yang terintegrasi seperti edukasi dan literasi serta memfasilitasi perangkat-perangkatnya. Hal senada juga dituturkan oleh Tiza Mafira yang melihat bahwa Indonesia perlu serius mengkomunikasikan dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pencapaian komitmen target net-zero emissions agar mendapatkan kepercayaan dan dukungan internasional. “Indonesia perlu jelas dan serius mengatakan bahwa kita siap mengatasi krisis iklim,” tutur Tiza. Arsjad Rasjid menambahkan bahwa untuk mengatasi perubahan iklim ini tidak bisa dilakukan sendiri. Ini yang mendasari transisi Indika Energy dengan mengembangkan portofolio bisnisnya pada sektor non batubara sebagai upaya untuk mencapai net-zero emissions. “Indika Energy memiliki dua aspirasi besar yaitu mencapai net-zero emissions pada tahun 2050 dan meningkatkan pendapatan perusahaan dari sektor non batubara menjadi 50% pada tahun 2025,” tutur Arsjad. Pemerintah memang tengah mendorong upaya percepatan kemajuan pembangunan ekonomi hijau di Tanah Air. Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi transisi ke pembangunan rendah karbon dan net-zero emissions tentu memiliki risiko dan biaya yang besar. Hal ini menjadikan peran industri jasa keuangan semakin kritikal, mengingat semakin banyak investor yang memusatkan investasinya pada produk pembiayaan berkelanjutan. Dalam sesi kedua INDY Fest 2021, Airlangga Hartarto menuturkan bahwa penerapan ekonomi hijau telah didorong melalui Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021-2025) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peta jalan ini menjadi kerangka acuan bagi lembaga keuangan untuk berperan aktif dan berkontribusi positif dalam proses pembangunan ekonomi hijau sehingga dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan dan investasi di sektor terkait. Sementara itu Darmawan Junaidi menuturkan bahwa industri ke depannya perlu memperhatikan pembiayaan hijau. “Kita perlu menyiapkan infrastrukturnya. Insentif juga perlu dikembangkan untuk usaha yang memiliki rencana dan inisiatif untuk bertransisi - seperti Indika Energy yang memiliki target untuk memperbesar pendapatan non batubara pada tahun 2025 dan netral karbon pada tahun 2050. Hal ini merupakan inisiatif yang seharusnya diberikan apresiasi," tutur Darmawan. Enrico Hariantoro menuturkan bahwa OJK telah mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam roadmap keberlanjutan karena kekhawatiran global akan krisis iklim perlu mendapatkan dukungan melalui pengembangan proyek energi yang berkelanjutan. Menanggapi aspek pembiayaan hijau ini, Azis Armand menuturkan bahwa selain struktur permodalan yang kuat, ekosistem yang terintegrasi juga diperlukan, termasuk memperhatikan supply dan demand sehingga sistem pendanaan menjadi ekonomis. “Diperlukan sinergi antara pemerintah dan swasta dalam menanamkan aspek ESG pada pengembangan proyek,” tutur Azis. Selain topik terkait perubahan iklim dan pembiayaan hijau, sesi ketiga INDY Fest 2021 membahas tentang transisi energi menuju masa depan berkelanjutan. Menurut Arifin Tasrif, kebutuhan masyarakat akan energi terus meningkat. "Peran swasta sangat penting. Kita harus mengoptimalkan sumber daya yang ada bersamasama. Untuk mengakselerasi pengembangan energi terbarukan, kita menyiapkan regulasi seperti tarif untuk energi terbarukan. Kita perlu mewarisi generasi penerus kita dengan Indonesia yang sehat,” tutur Arifin. Purbaja Pantja menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan energi bersih ke depannya dan peluang pengembangan energi terbarukan di Indonesia terbuka lebar. “Indika Energy kini turut mengembangkan penggunaan panel surya yang diproyeksi akan meningkat, selaras dengan fokus dunia menuju lingkungan berkelanjutan dan upaya dekarbonisasi,” tutur Purbaja. Sedangkan Dannif Danusaputro menuturkan, “Sama halnya dengan Pertamina yang saat ini terus berupaya menekan emisi dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, kami juga melihat Indika Energy menjadi perusahaan Indonesia yang agresif dalam mencapai netral karbon.” Kontribusi Dua Dekade Membangun Indonesia Indika Energy telah berdiri sejak tahun 2000. Namun sebagai sebuah Grup usaha, Indika Energy telah turut membangun Indonesia hampir 5 dekade tahun melalui pemenuhan kebutuhan energi yang penting untuk mendukung perekonomian dan juga proyek-proyek strategis energi dan infrastruktur di seluruh penjuru Nusantara. Anak perusahaan Indika Energy misalnya Tripatra telah membangun berbagai mahakarya industri energi nasional berskala besar. Pada tahun 1975, Tripatra mengerjakan proyek pasokan gas kepada pabrik pupuk terbesar di Sumatra Selatan, dan pada tahun 1993 mengerjakan proyek fasilitas pemrosesan dan kompresi gas di Arun, Aceh. Selain itu di Timur Indonesia, Petrosea membangun infrastruktur di Papua, termasuk jalan dan jembatan di perkotaan dan hutan, juga rumah sakit dan pelabuhan, serta memperbaiki landasan udara di Timika sehingga dapat dilandasi oleh pesawat komersial. Sementara itu, Kideco memasok batubara bersih ramah lingkungan untuk pembangkit listrik tenaga uap yang menjadi kunci penggerak roda ekonomi masyarakat Indonesia. Batubara yang ditambang Kideco diakui secara global sebagai salah satu golongan batubara terbersih karena kandungan sulfurnya yang sangat rendah yaitu 0,1% serta kadar abu yang rendah sebesar 2,5%. “Indika Energy bangga menjadi perusahaan nasional yang turut melayani masyarakat Indonesia. Kami ingin mewujudkan transisi energi dan berkomitmen untuk mencapai netral karbon pada tahun 2050 dan meningkatkan pendapatan kami dari sektor non batubara menjadi 50% pada tahun 2025,” tutur Arsjad. Menurut Arsjad sebagai bagian dari transisi dan proses diversifikasi, Indika Energy berinvestasi pada sektor energi terbarukan, teknologi digital, kendaraan listrik, nature-based solutions dan bisnis berkelanjutan lainnya. “Bagi Indika Energy, keberlanjutan adalah hal yang terpenting. Kami ingin menyediakan energi untuk negeri melalui spektrum yang lebih luas, dengan integritas yang kuat dan profesionalisme tertinggi dalam mendukung kemajuan masyarakat. Indika Energy juga mengaplikasikan teknologi digital untuk membuat operasi kami lebih efisien dan turut menjaga kelestarian lingkungan,” tutup Arsjad. SEKILAS INDIKA ENERGY PT Indika Energy Tbk. (“Indika Energy”) adalah perusahaan energi nasional yang terdiversifikasi melalui investasi strategis di Sumber Daya Energi - produksi batubara (PT Kideco Jaya Agung, PT Multi Tambangjaya Utama); perdagangan batubara (Indika Capital Investment Pte. Ltd.), Jasa Energi - EPC minyak & gas (PT Tripatra Engineers & Constructors, PT Tripatra Engineering); EPC kontraktor pertambangan (PT Petrosea Tbk.), dan Infrastruktur Energi – transportasi, pelabuhan, dan logistik laut untuk barang curah dan sumber daya alam (PT Sea Bridge Shipping, PT Cotrans Asia, PT Interport Mandiri Utama, PT Indika Logistic & Support Services, PT Kuala Pelabuhan Indonesia); terminal penyimpanan bahan bakar (PT Kariangau Gapura Terminal Energi); pembangkit listrik tenaga uap batubara (PT Cirebon Electric Power, PT Prasarana Energi Cirebon). Portofolio Terdiversifikasi termasuk perusahaan investasi pertambangan emas (Nusantara Resources Limited); perusahaan investasi energi terbarukan (PT Tripatra Multi Energi, PT Indika Tenaga Baru); enterprise IT (PT Xapiens Teknologi Indonesia); dan jasa teknologi digital (PT Zebra Cross Teknologi); energi terbarukan (PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya); solusi berbasis alam (PT Indika Multi Properti); dan kendaraan motor listrik (PT Electra Mobilitas Indonesia).
Editor: Marketing Exabytes