Kabupaten Bogor, 4 April 2018. Peralatan EWRG (Electromagnetic Wave Rain Gauge) menggunakan teknologi dual-polarisasi untuk pengamatan hujan. “Teknologi EWRG ini mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan dibandingkan dengan pengamatan secara konvensional,” terang Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Fauzan Ali. Uji peralatan berjalan dengan sukses dan EWRG mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan. “Pengamatan hujan secara spasial diperlukan untuk pendugaan resiko erosi dan banjir yang lebih akurat,” ungkapnya. Menurut Fauzan, metode pengukuran curah hujan secara konvensional memiliki kelemahan terutama dalam mengukur distribusi spasial hujan secara akurat. “Selain itu alat penakar hujan konvesional hanya mampu melakukan observasi curah hujan secara terbatas dikarenakan kuantitas butiran hujan yang masuk dan tercatat dibatasi oleh ukuran alat,” tambahnya. Pengamatan dengan EWRG sendiri dikoordinasi oleh Luki Subehi dan Miratul Maghfiroh dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI.
Indonesia dan Korea Perkenalkan Inovasi Pengamatan Hujan untuk Pengurangan Resiko Erosi dan Banjir
Kabupaten Bogor, 4 April 2018. Peralatan EWRG (Electromagnetic Wave Rain Gauge) menggunakan teknologi dual-polarisasi untuk pengamatan hujan. “Teknologi EWRG ini mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan dibandingkan dengan pengamatan secara konvensional,” terang Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Fauzan Ali. Uji peralatan berjalan dengan sukses dan EWRG mampu merespon air hujan dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi pola yang terdeteksi pada monitor pengamatan. “Pengamatan hujan secara spasial diperlukan untuk pendugaan resiko erosi dan banjir yang lebih akurat,” ungkapnya. Menurut Fauzan, metode pengukuran curah hujan secara konvensional memiliki kelemahan terutama dalam mengukur distribusi spasial hujan secara akurat. “Selain itu alat penakar hujan konvesional hanya mampu melakukan observasi curah hujan secara terbatas dikarenakan kuantitas butiran hujan yang masuk dan tercatat dibatasi oleh ukuran alat,” tambahnya. Pengamatan dengan EWRG sendiri dikoordinasi oleh Luki Subehi dan Miratul Maghfiroh dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI.
Publisher