Industri Mampu Berperan Signifikan Kurangi Kasus TB di Indonesia


Jakarta, 1 Oktober 2017 – Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sampai saat ini, terdapat sekitar 676.000 kasus TB yang belum terdeteksi atau sekitar 60% dari jumlah kasus TB di Indonesia, yang menjadikannya tertinggi kedua di dunia. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat akan gejala TB dan juga relevansi terhadap risiko terkena TB. Industri merupakan salah satu pihak potensial penyumbang epidemi kasus TB, yang sekaligus berpotensi menimbulkan beban ekonomi tinggi akibat hilangnya produktivitas dari pekerja penderita TB.

Perlunya perhatian dan keterlibatan pihak industri dan peran dokter perusahaan untuk manajemen kasus TB – mengingat TB adalah penyakit menular yang mana 1 orang dengan penyakit TB dapat menularkan ke 10 – 15 orang lain di sekitarnya – menjadi pembahasan utama oleh berbagai pakar medis di acara diskusi media hari ini, yang merupakan rangkaian acara simposium tahunan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) ‘The 11th Indonesian Occupational Medicine Update’.

Turut hadir dalam acara tersebut diantaranya adalah:

§ Dr. Asik Surya MPPM., Kepala Sub Direktorat Tuberkulosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung – Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI,

§ Dr. Nusye E Zamsiar, MS, Sp. Ok – Ketua Umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI),

§ Dr. Erlina Burhan MSc. SpP(K) - Ketua Pokja DOTS dan TB MDR RSUP Persahabatan - Staf Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – Wakil Ketua KOMLI TB Nasional - Anggota Regional Advisory Committe on MDR TB WHO, SEARO,

§ Diah Ayu Puspandari Apt, MPh, MBA - Peneliti Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KP-MAK) Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; dan

§ Damaris Triananda Purba – Head of HR, PT Johnson & Johnson Indonesia.

Dalam sambutannya, Dr. Nusye E Zamsiar, MS, Sp. Ok menjelaskan, PERDOKI merupakan organisasi profesi dokter spesialis kedokteran okupasi yang aktif dalam membangun kesehatan para pekerja. Tujuan PERDOKI adalah terwujudnya pelayanan dan perlindungan kesehatan pekerja guna menciptakan pekerja yang sehat dan produktif melalui peningkatan profesionalisme kedokteran okupasi. “Kami memandang TB sebagai salah satu penyakit prioritas yang membutuhkan solusi masif dan strategis. Acara hari ini merupakan salah satu upaya kami dalam meningkatkan pengetahuan dan kapasitas profesi dan praktik kedokteran okupasi, sehingga dapat berperan aktif mencegah dan menangani kasus TB di sektor industri,” jelasnya.

Indonesia memiliki beban TB yang tinggi, dimana setiap tahun ditemukan sekitar 1 juta kasus baru, dengan angka kematian 100.000 per tahun, atau setara dengan 273 orang per hari. Ini berarti dalam 3 menit, setiap satu orang meninggal akibat TB. Kondisi darurat TB ini telah mendorong Kementerian Kesehatan untuk membuat strategi nasional eliminasi TB yang membutuhkan upaya kolaboratif dari berbagai pihak agar target nasional tersebut tercapai sesuai dengan tenggat waktunya. Dr. Asik Surya, MPPM menjelaskan, “Kami sangat menghargai upaya PERDOKI dan inisiatif dari industri untuk memberikan edukasi dan mengimplementasikan manajemen TB secara serius di tempat kerja. Kami harap, hal ini akan memberikan dampak bagi angka penurunan kasus TB di Indonesia secara keseluruhan.”

Sebagian besar pasien TB berada di kelompok usia produktif (15 – 55 tahun), sehingga diperlukan komitmen dan upaya masif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap dampak dan upaya pencegahan penularan TB. Terkait fakta ini, Dr. Erlina Burhan Msc. SpP(K) menegaskan, “TB merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan serius. Pengobatan TB adalah pengobatan jangka panjang yang membutuhkan waktu selama 6 – 9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat. Pasien TB yang sedang menjalani pengobatan dapat bekerja seperti biasa, namun diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar sembuh total. Jika pengobatan TB tidak tuntas, kondisi pasien dapat menjadi resisten pada kuman TB. Oleh karena itu, semua pasien TB harus ditemukan dan diobati sampai sembuh.”

Dari sisi ekonomi, Diah Ayu Puspandari Apt, MPh, MBA memaparkan data-data relevan hasil penelitian Universitas Gajah Mada terkait program TB. “Berinvestasi di program pengendalian TB akan mengurangi beban ekonomi secara signifikan, dimana setiap Rp 1 akan berdampak pengurangan sebanyak Rp 23 terhadap beban kesehatan yang ditimbulkan akibat TB,” jelasnya.

Damaris Triananda Purba dari Johnson & Johnson Indonesia sebagai perwakilan dari pihak industri menekankan bahwa semua industri bisa berkontribusi untuk mengakhiri epidemi TB di Indonesia, dimulai dari lingkungan kerja masing-masing. “Johnson & Johnson Indonesia berkomitmen untuk mencapai tujuan ini secara berkala dari tahun ke tahun. Kami memperlakukan karyawan yang terkena TB secara hati-hati sesuai dengan peraturan perusahaan yang memasukkan kaidah klinis dan etika kemanusiaan yang benar. Peran dokter perusahaan sangatlah penting dalam mendeteksi karyawan yang terkena penyakit TB di lingkungan kerja. Untuk itu, kami mengajak pihak industri, khususnya departemen sumber daya manusia, untuk turut meningkatkan pemahaman mengenai penyakit TB sehingga bersama-sama dapat menanggulangi penyakit ini sampai tuntas,” imbuhnya.

Terkait program penanggulangan TB di Indonesia, Dr. Asik Surya, MPPM kembali menuturkan bahwa pihak industri wajib menerapkan kebijakan dan strategi pengendalian TB di lingkungan kerja, yang diintegrasikan dengan aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai panduan bagi perusahaan dalam menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya. “Penanggulangan TB dapat dilakukan oleh sektor industri dengan cara menemukan kasus, perawatan pasien TB, hingga pengobatan tuntas. Kami menghimbau manajemen bersama dokter perusahaan untuk memperlakukan karyawan yang terkena TB secara layak, dan menjaga mereka agar tetap produktif, serta tidak menulari karyawan lainnya. Dokter perusahaan memiliki peran penting dalam simpul penanggulangan TB untuk mendukung upaya Indonesia menuju bebas TB,” tutupnya.

Tentang Johnson & Johnson

Merawat dunia, setiap orang setiap saat, senantiasa menginspirasi dan menyatukan karyawan Johnson & Johnson di seluruh dunia. Kami merangkul riset dan ilmu pengetahuan – membawa ide-ide inovatif, produk dan jasa untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kami memiliki sekitar 130.000 karyawan di lebih dari 230 perusahaan Johnson & Johnson yang beroperasi di seluruh dunia, bekerja sama dengan para mitra dalam perawatan kesehatan untuk menyentuh kehidupan lebih dari satu miliar orang setiap hari, di seluruh dunia. Untuk keterangan lebih lanjut, kunjungi www.jnj.com.

Editor: Administrator 3
Publisher