Inisiasi Wahana Restorasi Bambu Laut, Peneliti KKP Raih Satyalancana Pembangunan


JAKARTA (19/8) - Eksploitasi berlebihan terhadap bambu laut dapat mengancam kelestariannya. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), dengan membangun teknologi Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota (Wakatobi) Sea Bamboo (bambu laut). Salah satu penelitinya dianugerahi Satyalancana Pembangunan dari Presiden Republik Indonesia pada peringatan HUT RI ke-76.

Bambu laut (Isis hippuris) merupakan salah satu jenis karang lunak yang banyak tumbuh di Indonesia khususnya di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Jenis ini termasuk kedalam gorgonian, yaitu kelompok oktokoral yang tumbuh dari kerangka dalam (axial) yang kokoh. Axial species ini memiliki komposisi kolagen dan senyawa protein (Mardianto, 2016, pada Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan).

Bambu laut bermanfaat bagi masyarakat sebagai bahan baku obat-obatan, komestik, enzim dan antioksidan, perhiasan, ornamen dan bahkan bahan bangunan (Nagib dan Suman, 2013, pada Buku Ikan Napoleon, Status Stok dan Pengelolaannya di Indonesia).

Untuk melindungi bambu laut, KKP telah menerbitkan Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 46/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp.). Bahkan, untuk meningkatkan perlindungannya, KKP menerbitkan lagi Kepmen KP Nomor 8/KEPMEN-KP/2020 tentang Perlindungan Penuh Bambu Laut (Isis spp.).

Berdasarkan Kepmen KP tersebut, koloni bambu laut umumnya berbentuk seperti pohon, bercabang dengan percabangan vertikal, lebih menyerupai bidang datar seperti kipas, namun pola percabangan dapat juga tidak beraturan seperti semak. Warna koloni kuning cerah, kuning kehijauan atau coklat muda.

Warna koloni ini dipengaruhi oleh kandungan pigmen dari alga uniseluler (zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan polip. Bambu laut memiliki percabangan yang cenderung ke arah kanan dengan ujung atas koloni yang melengkung seperti busur. Tekstur koloni Isis hippuris agak kaku dan hanya sedikit bergoyang bila datang arus atau kena ombak.

Bambu laut, masih menurut keputusan menteri tersebut, memiliki kerangka internal yang kokoh yang terdiri dari zat gorgonin yang dibalut oleh lapisan koensim sebagai tempat tumbuhnya polip (individu hewan karang). Jika bagian lapisan koensim dibuka, maka terlihat kerangka axis (kerangka dalam zat tanduk) yang mempunyai ciri khas yaitu bersegmen dan berwarna putih (internodus) diselingi warna coklat kehitaman (nodus) yang kelihatan seperti sendi. Bagian nodus ini merupakan titik tumbuh cabang-cabang yang baru.

Dalam rangka upaya perlindungannya sejalan dengan Kepmen KP, Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan BRSDM, telah membangun Teknologi Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota (Wakatobi) Sea Bamboo.

Salah satu penelitinya, Sunarwan Asuhadi, diagunerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan oleh Presiden Joko Widodo, yang diserahkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Selasa (17/8/2021), bersama para pegawai KKP lainnya, termasuk dari BRSDM.

"Kepada Bapak Ibu penerima Satyalancana hari ini, anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," tegas Menteri Trenggono.

Sunarwan dinilai berhasil menginisiasi Wakatobi Sea Bamboo yang memiliki keunggulan struktur yang kuat, terdapat ruang perlindungan biota, aneka formasi substrat, bibit lebih tahan pada perairan berombak dan berarus kencang, sehingga menjaga kelestarian bambu laut, yang memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, riset dan inovasi teknologi yang dilakukan pihaknya adalah untuk mendukung program prioritas yang menjadi terobosan KKP untuk menghasilkan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan.

Menurut Sunarwan, karya jasa tersebut telah memiliki dampak yang baik antara lain dapat diterapkan di perairan tenang dan berombak atau berarus (skala 7 Beaufort) dengan kecepatan angin kategori kuat (10,8-13,9 meter/detik) serta ombak mencapai 3-4 m.

Selain itu, substrat berbentuk puzle, dapat dibentuk berbagai formasi; memiliki efek perlindungan biota; serta diaplikasikan di lokasi ex-situ dan in-situ. Pertumbuhan melalui metode ini mencapai 2,5–3 cm per tahun dengan survival rate lebih dari 90%. Biaya wahana in-situ pun lebih murah. Tak hanya menunjang sektor kelautan dan perikanan, Wakatobi Bamboo Sea juga menunjang sektor lain, seperti pariwisata.

“Gagasan tentang teknologi Wakatobi Sea Bamboo lahir secara orisinil dari internal Tim LPTK dengan mempertimbangkan karakter lokasi Wakatobi sebagai wilayah pulau-pulau kecil yang dipengaruhi oleh dua musim sekaligus, barat dan timur,” tambah Sunarwan.

Secara in-situ karya jasa tersebut dilakukan di Desa Waha dan Desa Koroe Onowa Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, serta Desa Kamama Mekar, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah. Adapun secara ex-situ dilakukan di Aquarium Saltwater, Laboratorium Konservasi LPTK Wakatobi.

Bupati Wakatobi Haliana menyambut baik Wakatobi Sea Bamboo tersebut karena memberikan manfaat yang besar untuk lingkungan dan masyarakat, terlebih hasil riset LPTK tersebut menggunakan akronim Wakatobi sebagai branding.

Tak hanya itu, hasil riset LPTK lainnya juga menggunakan akronim Wakatobi, yaitu Wakatobi AIS (Wahana Keselamatan dan Pemantauan Obyek Berbasis Informasi AIS). Apresiasi tinggi dari Bupati disampaikannya pada saat pertemuan dengan LPTK, Juli lalu. Meskipun meggunakan nama Wakatobi, kedua teknologi tersebut, tetapi implementasinya dilakukan juga di luar Wakatobi.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher