Jakarta, 25 Maret 2021 – Bertepatan dengan Hari Tuberkulosis Sedunia (World Tuberculosis Day) yang jatuh setiap tanggal 24 Maret setiap tahunnya, PT Johnson & Johnson Indonesia (Johnson & Johnson Indonesia) kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya memberantas Tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Hingga saat ini, TBC menjadi salah satu isu kesehatan yang masih dihadapi oleh banyak negara di dunia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2020, prevalensi TBC di dunia sebesar 10 juta dan angka kematian yang diakibatkan oleh TBC adalah sebesar 1,2 juta. Secara global, saat ini Indonesia bahkan menempati posisi kedua setelah India dengan kasus TBC terbanyak. Melihat data tersebut, tentunya dibutuhkan kerjasama lintas sektor untuk menyelesaikan permasalahan TBC di Indonesia serta keterlibatan semua pemangku kepentingan tidak terkecuali masyarakat umum.
Sebagai bukti dari komitmen perusahaan, tahun ini bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Aceh, Johnson & Johnson Indonesia menginisiasi berbagai rangkaian kegiatan bertemakan “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Aceh dari Tuberkulosis” yang dimulai pada tanggal 25 Maret 2021. Adapun tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mengedukasi kembali masyarakat Indonesia, terutama warga Aceh mengenai Tuberkulosis dan mengajak masyarakat untuk mengambil peran dalam mendukung pemerintah menurunkan angka TBC di Indonesia. Devy Yheanne, Country Leader of Communications and Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia mengatakan, “Sebagai perusahaan perawatan kesehatan yang telah berdiri sejak ratusan tahun, kesehatan masyarakat (public health) merupakan salah satu pilar komitmen perusahaan. Secara spesifik, Tuberkulosis merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang menjadi fokus utama perusahaan. Maka dari itu, kami telah dan akan terus berperan aktif dan bekerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan di lintas sektor dan lintas industri untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengakhiri TBC di Indonesia. Pada kesempatan ini, kami bangga dapat bermitra dengan Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Aceh dan berharap upaya edukasi ini mampu menjangkau lebih banyak lagi masyarakat untuk lebih mengenal tentang TBC, khususnya Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO).” TB RO merupakan TB/TBC yang resisten terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB lini pertama, yaitu isoniazid dan rifampisin atau obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin, dan pirazinamid. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum memahami mengenai TB RO serta menolak untuk melakukan pengobatan, terutama di berbagai daerah terpencil. Dengan kondisi seperti ini maka masih banyak temuan kasus MDR-TB yang tidak menjalani perawatan. Maka dari itu, inisiatif edukasi terhadap masyarakat yang dilakukan ini diharapkan dapat menjangkau serta mengedukasi masyarakat di penjuru Indonesia, termasuk di Aceh. Sebagai rangkaian pertama dari kegiatan edukasi ini adalah Seminar Awam mengenai TBC yang diadakan secara daring (virtual) melalui aplikasi Zoom Meeting, dan dihadiri oleh lebih dari 185 orang dengan latar belakang yang berbeda – beda dari berbagai penjuru daerah di Aceh. Sebagai kelanjutannya, Johnson & Johnson Indonesia bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Aceh juga akan mengadakan radio talk-show untuk menjangkau lebih banyak lagi masyarakat Aceh yang belum mendapatkan kesempatan untuk menghadiri rangkaian pertama dari kegiatan edukasi tersebut. Selain masyarakat umum, inisiatif ini juga dihadiri oleh beberapa ahli yang menjelaskan mengenai TBC, termasuk diantaranya adalah: dr. Hanif, Kepala Dinas Kesehatan Aceh; Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, M.T, Ketua Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Aceh; dr.Iman Murahman, selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Aceh; dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.P (K), FISR, dan dr. T.Zulfikar, Sp.P (K) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Aceh. ”Dengan adanya kerjasama lintas sektor ini, kami berharap kegiatan edukasi TBC seperti ini dapat terus dilakukan secara merata, bukan hanya di Aceh saja, tetapi di provinsi lainnya. Selain itu, kegiatan edukasi seperti ini diharapkan bukan hanya dapat meningkatkan kesadaran serta kewaspadaan masyarakat mengenai penularan TBC; tetapi juga meningkatkan kepedulian masyarakat serta mengajak masyarakat untuk turut serta dan mengambil peran penting yang dapat mendukung upaya pemerintah dalam program pencegahan dan pengendalian TBC; sehingga seluruh masyarakat Aceh khususnya dan warga negara Indonesia pada umumnya dapat bebas dari TBC dalam beberapa tahun mendatang,” tutup dr.Hanif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Aceh.
Editor: Marketing Exabytes