Kesiapan Indonesia Terapkan Ekonomi Hijau


Jakarta, 20 Juli 2020 -- Sejumlah pakar menilai bahwa upaya mengatasi dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 diantaranya dapat dilakukan melalui pendekatan green economy. Oleh sebab itu, Bank DBS Indonesia melalui Asian Insights Conference 2020 pada 16 Juli lalu turut mengangkat tema ‘Fixing a Fragile World: Anticipating the Next Black Swan?’. Hadir sebagai pembicara di dalam panel diskusi adalah Executive Director Lingkar Temu Kabupaten Lestari Gita Syahrani, Executive Chairman Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Fitrian Ardiansyah serta Chief Executive Officer Landscape Indonesia Agus Sari.

“Isu keberlanjutan (sustainability) merupakan salah satu prioritas dan fokus bisnis Bank DBS Indonesia. Kami terus berupaya menerapkan nilai dan langkah keberlanjutan dalam setiap lini bisnis, budaya kerja dan aktivitas perbankan kami. DBS Asian Insights Conference merupakan salah satu bentuk komitmen Bank DBS Indonesia sebagai lembaga perbankan yang digerakkan oleh tujuan dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan lingkungan,” ujar Presiden Direktur PT Bank DBS indonesia, Paulus Sutisna.

Selain kebijakan dan paket stimulus yang digagas pemerintah, pakar ekonomi menilai bahwa green economy dapat mendorong laju perekonomian Indonesia. Green economy adalah suatu gagasan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sekaligus mencegah meningkatnya emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan iklim.

Chief Executive Officer Landscape Indonesia, Agus Sari, mengatakan stimulus yang diberikan pemerintah akan memberikan kekuatan untuk pengembangan green economy. Prinsip dasar sustainability adalah ketika faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan harus dipetakan secara komprehensif.  Mengorbankan salah satunya akan mengorbankan ketiga-tiganya. Lebih lanjut lagi, semua harus dipetakan untuk melihat sektor mana yang tahan banting terhadap segala kondisi, termasuk pandemi saat ini. Jangan sampai stimulus ini diberikan kepada sektor yang rentan atau bahkan merusak.

"Pandemi ini jarang terjadi tapi semua orang tahu itu pasti terjadi. One way or another, apakah ini black swan? Belum tentu, karena ini pasti terjadi, hanya waktunya saja yang belum kita tahu. Jadi, kita harus bisa antisipasi hal ini sejarang apa pun dia terjadi," ungkapnya.

Agus menambahkan, salah satu sektor yang harus menjadi perhatian pengembangan green economy adalah sektor energi. Energi terbarukan yang ada di dalam negeri masih sangat bisa untuk dikembangkan. Tidak hanya itu, pandemi juga mengajarkan bahwa sektor kesehatan dan obat-obatan yang ada di Indonesia masih sangat rentan. Hal ini membuat kedua sektor tersebut menjadi sangat penting untuk dikembangkan.

Provinsi Jawa Barat telah memulai penerapan langkah-langkah sustainability dalam pembangunan dan industri manufaktur. “Kami melihat tujuh peluang yang tengah menjadi fokus Provinsi Jawa Barat dalam memajukan ekonomi di tengah pandemi. Salah satunya adalah bisnis dan industri kami telah mengarah pada sustainable. Kami sedang melakukan transformasi terhadap lima pabrik plastik untuk menjadi pabrik solar, menggunakan sampah kota menjadi bahan pembakaran pengganti batu bara yang sedang dibangun di kawasan Bogor dan beberapa daerah di Jawa Barat,” jelas Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Selain itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah mengidentifikasi pembangunan rendah karbon dapat menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari enam persen dalam setahun, dari sekarang hingga 2045. Pemerintah memiliki peranan penting untuk menciptakan strategi investasi hijau yang berkelanjutan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke rencana semula.

Implementasi green economy kini tengah dipersiapkan dan mulai dilirik oleh para investor dan pelaku bisnis. Executive Director Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani memaparkan bahwa investasi hijau merupakan salah satu stimulus efektif dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19. Pemerintah daerah telah menerapkan kebijakan inovatif untuk pembangunan lestari yang menjaga lingkungan tapi mensejahterakan rakyat seperti Perda Sigi Hijau dan Peraturan Bupati Siak Hijau. Hal ini dilakukan agar setiap pembangunan bisa menjaga fungsi ekologis seperti ketersediaan air, kualitas  tanah dan udara yang baik serta akses terhadap sumber energi terbarukan. Apabila ini terjadi, maka ketahanan terhadap bencana, termasuk Covid-19, akan meningkat,"

Kendatipun demikian, besarnya potensi yang akan dihasilkan dari ekonomi hijau ini tidak serta-merta langsung menarik minat investor. Risiko yang tinggi dan proses yang panjang menjadi salah satu faktor pemberat bagi investor untuk masuk ke sana. Ditambah lagi, proyeksi keuntungan yang masih belum bisa dipastikan.

Executive Chairman Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah memaparkan daya tahan dalam sebuah ekonomi hijau menjadi sangat penting terutama dari sisi investasi. “Pasalnya, tidak akan ada investor jika usaha tersebut tidak bertahan lama atau bahkan tidak memberikan keuntungan ataupun menyebabkan masalah baru. Profit berkaitan dengan produktivitas, berkaitan dengan kesehatan dan keberlanjutan. Model bisnis yang dicari investor adalah model bisnis yang selalu bisa mendorong produktivitas sekaligus menjamin keberlangsungan dan memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ungkapnya.

Gita Syahrani menanggapi dengan menyatakan bahwa pemerataan pembangunan selalu menjadi target nasional. “Akan tetapi, kalau dilihat dari flow of investment, belum cukup sama sekali. Ini adalah saat yang tepat untuk menarik investasi yang memperkuat infrastruktur, UMKM dan SDM pendukung untuk pengembangan domestic supply chain, terutama untuk produk turunan lestari sesuai potensi daerah seperti madu, kelor (moringa) atau potensi rempah alam lainnya. Data menunjukkan kalau konsumen Indonesia saat ini memang mendukung produk lokal, jadi saya yakin penetrasi produk lokal lestari ke platform e-commerce misalnya, bisa meningkat, kalau kebijakan nasional memang berpihak,"

Dengan kondisi tersebut, green economy menjadi sebuah keniscayaan dan bisa dipertimbangkan untuk skenario pembangunan yang valid. Setiap daerah akan memiliki nilai tambahnya masing-masing. Tidak hanya itu, ekonomi juga akan semakin berpihak kepada masyarakat, bukan karena mereka berhak, melainkan karena masyarakat tersebut mampu mengelola ekonomi di daerahnya.

Kerja sama yang apik antara pemerintah pusat dengan lembaga keuangan, serta perusahaan swasta kini tengah dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang seimbang antara ekonomi dan bisnis. “Sebagai bank, kami terus berupaya menerapkan nilai keberlanjutan atas kesadaran peran kami sebagai lembaga keuangan, yang menjalankan bisnis yang berkelanjutan bagi generasi masa depan dan lingkungan hidup. Bank DBS Indonesia mengimplementasikan nilai tersebut melalui layanan perbankan yang terdepan dan terpercaya, serta dikurasi sesuai dengan kebutuhan nasabah. Kami juga turut aktif terlibat dalam pengembangan wirausaha sosial di Indonesia melalui DBS Foundation,” tutup Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna.

Tentang DBS

DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan kehadiran di 18 pasar, berkantor pusat dan terdaftar di Singapura, DBS berada dalam tiga sumbu pertumbuhan utama Asia: Cina, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Peringkat kredit "AA-" dan "Aa1" bank DBS termasuk yang tertinggi di dunia.

DBS dikenal dengan kepemimpinan globalnya, dan telah dinobatkan sebagai “World’s Best Bank” oleh Euromoney, “Global Bank of the Year” oleh The Banker dan “Best Bank in the World” oleh Global Finance. Bank DBS berada di garis terdepan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan, yang diberi nama “World’s Best Digital Bank” oleh Euromoney. Selain itu, DBS telah mendapatkan penghargaan “Safest Bank in Asia” dari Global Finance selama sebelas tahun berturut-turut sejak 2009 hingga 2019.

DBS menyediakan berbagai layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perbankan perusahaan. Sebagai bank yang lahir dan dibesarkan di Asia, DBS memahami seluk-beluk berbisnis di pasar paling dinamis di kawasan. DBS bertekad membangun hubungan langgeng dengan nasabah, dan berdampak positif terhadap masyarakat melalui dukungan perusahaan sosial dengan cara bank-bank Asia. DBS juga telah mendirikan yayasan dengan total dana senilai SGD 50 juta untuk memperkuat upaya tanggung jawab sosial perusahaan di Singapura dan di seluruh Asia.

Dengan jaringan operasional ekstensif di Asia dan menitikberatkan pada keterlibatan dan pemberdayaan stafnya, DBS menyajikan peluang karir yang menarik. Bank DBS mengakui gairah, tekad, dan semangat 28.000 karyawannya, yang mewakili lebih dari 40 kebangsaan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.dbs.com.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher