KKP dan Komisi IV DPR Terus Dorong Kualitas Hidup dan Produktivitas Masyarakat dengan Gemarikan


JAKARTA (22/6) - Stunting atau kurang gizi masih menjadi momok bagi anak-anak Indonesia. Merujuk Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Terintegrasi Susenas, angka prevalensi stunting nasional pada tahun 2019 sebesar 27,7%.

Meski mengalami penurunan dibanding 2018 yang menyentuh 30,8%, namun angka tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan batas maksimal prevalensi stunting yang telah ditetapkan World Health Organization (WHO) yaitu sebesar 20%.

"Permasalahan gizi ini tentunya berpotensi menurunkan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti di sela kunjungannya ke Purwakarta, Jumat (18/6/2021) minggu lalu.

Artati memastikan, Pemerintah telah menyusun langkah percepatan penanganan stunting. Melalui Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: KEP 42/M.PPN/HK/04/2020, telah ditetapkan 360 Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2020, yang didasarkan pada kriteria jumlah balita stunting hingga prevalensi balita stunting.

Dari total 18 Kabupaten dan 9 Kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, 17 Kabupaten dan 6 Kota termasuk dalam lokasi fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2020, termasuk Kabupaten Purwakarta.

"Jadi bukan tanpa dasar kita pilih gaungkan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) salah satunya di Purwakarta," terang Artati.

Di tanah Sejuta Impian, Artati membagikan 2 ton paket Gemarikan yang terdiri dari ikan mas, ikan bawal dan ikan mujair. Komoditas tersebut diperoleh dari pembudidaya setempat dengan harapan dapat membantu penyerapan produksi dan menjaga keberlanjutan usaha mereka pada situasi pandemi ini.

Menurutnya, pembagian ikan sangat tepat untuk mencegah adanya stunting. Terlebih ikan merupakan bahan pangan yang mengandung protein, Omega-3 serta memiliki kandungan gizi yang lengkap, dan memiliki peran penting bagi ibu hamil, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), perkembangan otak anak-anak dibawah usia dua tahun (Baduta), hingga usia remaja serta lanjut usia.

"Jadi ikan sangat relevan untuk mendukung program prioritas penurunan stunting melalui intervensi spesifik. Dan kita terus gaungkan pentingnya makan ikan," ujarnya.

Artati berharap, kampanye Gemarikan yang dia jalankan bisa mengedukasi masyarakat tentang pentingnya makan dan mengolah ikan yang tepat. Pembagian paket, kata dia hanyalah stimulus sekaligus bentuk kehadiran negara dalam permasalahan stunting.

"Kita akan terus mengajak masyarakat untuk makan ikan. Tak perlu yang mahal-mahal, ikan yang ada disekitar kita juga sangat bergizi selama diolah secara tepat," tutup Artati.

Adapun Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedy Mulyadi, yang ikut membagikan secara langsung bantuan ikan ke masyarakat, menyebutkan bahwa dirinya akan turut aktif menyampaikan pesan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada masyarakat terkait dengan manfaat makan ikan.

Yang menarik pada safari Gemarikan kali ini, guna menghindari terjadinya kerumuman masa, Dedy Mulyadi bersama Artati berboncengan dengan sepeda motor berkeliling membagikan ikaan secara langsung dari rumah ke rumah.

“Gemarikan kali ini kami berkeliling membagikan ikan sekaligus menyampaikan pesan dari KKP buat seluruh masyarakat penerima bantuan ikan. Pesannya adalah ikan itu adalah sumber protein yang paling aman dikonsumsi untuk semua usia, ikan itu mencerdaskan pikiran dan otak anak-anak, ikan itu mudah dipelihara dan mudah pakannya,” ujar Dedy.

“Tak hanya mengonsumsi ikan, dengan membagikan ikan hidup kita juga mengajak masyarakat untuk memelihara ikan sehingga bisa menjadikan kemandirian pangan sekaligus penghasilan ekonomi bagi rumah tangga,” pungkas Dedy.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher