Laporan Citi Menegaskan Peluang bagi Asia untuk Menjadi Terdepan dalam Membangun Masa Depan yang Lebih Berkelanjutan


Jakarta, 13 Juli 2021–  Sebuah laporan terbaru dari Citi mengungkapkan bahwa semakin banyak klien yang menjajaki berbagai peluang keuangan untuk memenuhi tujuan Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG). Laporan tersebut mencakup pandangan dari Black Rock dan Manulife Investment Management di Asia, dan survei terhadap klien emiten Utama bank di wilayah tersebut.

Pada kuartal pertama tahun ini, Citi melakukan survei terhadap 259 klien institutional di 14 negara di Asia Pasifik untuk lebih memahami bagaimana mereka merangkul agenda ESG. Dari responden ini, mayoritas memegang posisi tingkat senior di perusahaan mereka – 16% adalah Ketua, Presiden Direktur atau CEO, 24% adalah eksekutif C-Suite lainnya, 26% adalah Direktur Pelaksana dan Direktur dan 28% adalah Wakil Presiden dan Presiden Senior.

Hasil survei mengungkapkan bahwa 54% responden telah memiliki kebijakan dan praktik ESG yang terintegrasi dalam strategi korporat organisasi mereka, sementara hampir 90% responden lainnya berniat untuk meluncurkan kebijakan dan praktik ESG dalam waktu 5 tahun.

Pandemi COVID-19 telah menghadirkan berbagai tantangan baru dan menjadi pemicu berbagai perubahan. Isu-isu ESG yang sebelumnya tidak diprioritaskan kini menjadi berada di garda depan. Lebih dari dua pertiga responden mengaitkan COVID-19 sebagai kekuatan pendorong kebijakan dan praktik ESG di perusahaan mereka.

Penggerak utama di balik penerapan standar ESG menurut para responden meliputi: penyelarasan dengan strategi keberlanjutan perusahaan secara keseluruhan (65%); dampak positif terhadap hubngan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan (57%); faktor sosial dan lingkungan (48%); kewajiban peraturan dan mendahului perubahan kebijakan dan peraturan yang lebih luas (42%); akses ke pendanaan yang didedikasikan untuk proyek-proyek ESG (28%); dan permintaan dan harga berdampak pada produk ESG (22%).

“Sebagai perusahaan global yang memiliki prinsip yang kuat, kami berkomitmen untuk mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon. Kami memandang penting pembiayaan berkelanjutan, baik sebagai mandat maupun sebagai peluang. Oleh sebab itu kami siap bermitra dengan klien kami di seluruh wilayah untuk membantu mereka mengurangi jejak karbon dalam operasi mereka dan mencapai keberlanjutan perusahaan mereka,” ungkap Peter Babej, CEO Citi Asia Pasifik. Survei tersebut juga meminta responden untuk membuat peringkat tiga pemangku kepentingan teratas yang paling vokal dal mengadvokasi kebijakan dan praktik ESG di organisasi mereka. Hasilnya 33% menempatkan pemerintah/regulator di posisi teratas, diikuti oleh investor (21%) dan pelanggan (20%).

Ketika diminta untuk menentukan peringkat tiga besar instrumen keuangan berkelanjutan dan keuangan hijau yang paling mereka minati atau eksplorasi, obligasi hijau berada di uratan teratas dengan 22%. Sementara sebagian besar responden (42%) memilih pembiayaan modal kerja terkait ESG sebagai salah satu dari tiga pilihan teratas mereka.

Laporan tersebut menyoroti pertumbuhan keuangan lingkungan di wilayah tersebut. Sebagai bagian dari komitmen keuangan berkelanjutan Citi yang lebih luas, bank telah mengumpulkan lebih dari US$25 miliar untuk klien di Asia Pasifik pada paruh pertama thaun 2021, meningkat sekitar 400% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.

Citi kian meningkatkan dukungan kepada klien penerbit tidak hanya melalui penawaran keuangan hijau namun juga dalam membantu mereka mempercepat transisi ke masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan, dua area yang disorot dalam laporan ini.

Pada saat yang sama, bank juga membantu klien dari sisi pembelian dalam mengidentifikasi peluang untuk bertransisi ke portfolio yang lebih hijau. “Cakupan upaya pembiayaan berkelanjutan kami terus berkembang dan mencakup seluruh segmen klien – mulai dari investor yang memposisikan ulang portfolio mereka menuju industry yang lebih hijau, hingga perusahaan yang menyelaraskan kembali model bisnis mereka melalui akusisi dan divestasi. Komitmen institusional kami untuk membangun masa depan yang lebih hijau mencakup seluruh kegiatan ini,” imbuh Peter.

Dalam banyak kasus, Citi sedang mengembangkan solusi bersama dengan klien di sisi pembelian untuk memastikan bahwa persyaratan utama mereka terpenuhi. Salah satu contohnya adalah peluncuran baru-baru ini dari kelompok benchmark ekuitas, Citi ESG World Indices, yang merupakan indeks kepemilikan pertama Citi yang menawarkan tolak ukur bagi pelaku ESG di seluruh pasar global karena membantu klien sisi pembelian dalam menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Laporan ini juga menggarisbawahi apa yang telah dilakukan Citi di negara dimana kami beroperasi  dalam memenuhi komitmen ESG. Dalam 12 bulan terakhir, Citi telah mencapai sasaran dampak lingkungan dengan menyediakan 100% listrik terbarukan di berbagai kantornya di seluruh kawasan Asia Pasifik.

Catatan :

Pada tahun 2019, kami telah berhasil memenuhi sasaran pendanaan lingkungan senilai US$100 miliar. Target ini kami penuhi empat tahun lebih awal. Tujuan dari target ini adalah untuk membiayai dan memfasilitasi berbagai pembiayaan hijau dalam waktu 10 tahun untuk mendukung solusi lingkungan dan mempercepat transisi global menuju ekonomi rendah karbon.

Pada bulan April 2021, kami meningkatkan komitmen menjadi US$1 triliun hingga 2030. Komitmen ini mencakup perluasan target pembiayaan lingkungan dari US$250 miliar pada tahun 2025 menjadi US$500 miliar pada tahun 2030 dalam rangka mempercepat transisi menuju pembangunan perekonomian yang berkelanjutan dan rendah karbon.

Komitmen kami juga mencakup tambahan US$500 miliar untuk diinvestasikan dalam kegiatan lain yang memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti pendidikan, perumahan yang terjangkau, perawatan kesehatan, inklusi ekonomi, keuangan masyarakat, keuangan pembangunan internasional, keragaman ras dan kesetaraan gender.

Agar suatu transasksi diperhitungkan dalam sasaran pendanaan lingkungan baru senilai US$500 miliar, transaksi tersebut harus memenuhi satu atau lebih kriteria yang ditetapkan: energi terbarukan, teknologi bersih, kualitas dan konservasi air, transportasi berkelanjutan, bangunan hijau, efisiensi energi, ekonomi sirkular, dan pertanian berkelanjutan dan penggunaan lahan.

Ekonomi sirkular dan pertanian berkelanjutan serta penggunaan lahan merupakan kriteria baru untuk tujuan pendanaan lingkungan senilai US$500 miliar. Kami percaya bahan produksi dan pengelolaan produksi pangan dan penggunaan lahan mencerminkan sumber utama emisi dan solusi terkait adalah kunci untuk mitigasi perubahan iklim.

Sejak 2001, kami telah bekerja untuk mengukur, mengelola, dan mengurangi dampak lingkungan langsung dari operasi kami dengan melacak penggunaan energi, emisi gas rumah kaca, penggunaan air, limbah, dan inisiatif pembangunan hijau. Kami tetap berkomitmen untuk mengurangi jejak lingkungan dari 7.000 fasilitas kami di hampir 100 negara. Sebagian besar fokus ini adalah untuk memastikan portfolio properti kami lebih hijau dengan target yang jelas dan bertanggung jawab.

Pada tahun 2020, kami berhasil meningkatkankan 10% dari Kepemimpinan dalam Desain Energi dan Lingkungan (LEED).* Kami juga semakin mengurangi konsumsi energi dan konsumsi limbah di seluruh wilayah. Secara keseluruhan, Citi menempati 9,7 juta kaki persegi kantor di Asia Pasifik.

Kami juga bekerja untuk menumbuhkan budaya keberlanjutan yang lebih luas di antara 200.000 karyawan global kami. Jaringan keberlanjutan global kami, yang teridiri dari lebih dari 150 mitra internal, berfungsi sebagai jaringan berbagai informasi di antara berbagai tim dan individu tentang aspek keberlanjutan.

*Program sertifikasi bangunan hijau.

Editor: Marketing Exabytes
Publisher