Lonjakan Produksi Pangan


Jakarta,- Pada era kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman banyak terobosan yang telah dilakukan guna mewujudkan kedaulatan pangan. Yakni merevisi regulasi pengadaan benih dan pupuk dari Lelang menjadi Penunjukan Langsung, bantuan benih diluar lokasi eksisting, refocusing anggaran Rp 12,3 triliun, merehabilitasi irigasi tersier 3,05 juta ha, penyediaan alat mesin pertanian (alsintan) 215 ribu atau naik 2.000%, menyerap gabah petani, mengatur tata niaga pangan serta mengendalikan impor dan mendorong ekspor.

Tercatat, terjadi kenaikan luas tanam padi 2015 mencapai 343 ribu ha dan 2016 naik lagi sekitar 990 ribu ha, biaya produksi menurun, produktivitas meningkat, Bulog menyerap gabah dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, harga relatif stabil dan nilai tukar petani membaik.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Hasil Sembiring mengatakan penerapan berbagai terobosan kebijakan tersebut menyebabkan kinerja produksi pangan 2015-2016 terus meningkat. Produksi padi 2015 naik 6,64% dan 2016 naik lagi 4,96%.

“Produksi padi dua tahun terakhir naik 8,4  juta ton setara Rp 38,5 trlliun. Produksi jagung pun naik 4,2 juta ton senilai Rp 15,9 triliun,” katanya di Jakarta, Selasa (29/11).

Menurutnya, sebagian besar anggaran pemerintah itu digunakan untuk infrastuktur yang dampaknya dirasakan pada beberapa tahun ke depan, namun sebagian berupa bantuan benih, pupuk dan alsintan yang berdampak langsung produksi dan produktivitas pangan yang dihasilkan petani.

APBN Kementerian Pertanian tahun 2016 menurun Rp 10,6 triliun dibandingkan 2015. Sebelumnya anggaran pada 2015 meningkat Rp 17,2 triliun dibandingkan 2014.

“Berkat tambahan anggaran sejak 2014 hingga 2016 sebesar Rp 23,8 triliun dimanfaatkan secara optimal fokus pada komoditas dan tepat sasaran, maka telah menghasilkan tambahan produksi pada 24 komoditas senilai Rp 165,6 triliun yang dinikmati bagi petani,” ujarnya.

Hasil menambahkan pagu anggaran subsidi pupuk adalah relatif konstan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Subsidi pupuk diarahkan untuk meningkatkan produktivitas pangan dan telah berkontribusi nyata terhadap produksi pada setiap tahunnya.

Terobosan lain, lanjut Hasil, pada 2016 ini Kementan mampu menyelesaikan masalah klasik paceklik tahunan dengan cara menanm padi pada saat shortage dengan hasil tanam padi Juli-Oktober 2016 naik dua kali lipat dibandingkan 2015.

“Selain itu, menyelesaikan masalah shortage jagung dengan menanam jagung di lahan kebun dan hutan seluas 1 juta hektar dengan membangun kemitraan antara GPMT dengan petani jagung, sehingga pada 2016 impor jagung turun 63% dibandingkan tahun sebelumnya,” sebutnya.

Demikian juga terkait produksi cabai dan bawang merah juga saat ini digenjot penanaman pada saat off-season, sehingga untuk komoditas cabai dan bawang tidak terjadi shortage. “Impor bawang merah turun 93% dan tidak ada lagi impor cabai segar,” lanjut Hasil.

Lebih lanjut Hasil menekankan Kementan pun mampu meminimalisir musibah pertanian yaitu El-Nino 2015 dan La-Nina 2016. Hal ini dilakukan melalui Upaya Khusus dan antisipasi dini dengan mendistribusikan pompa-pompa air, membangun embung, dam-parit, long-storage, ribuan sumur dangkal, serta menggenjot tanam padi pada lahan rawa dan lebak, sehingga pada 2015/2016 terhindar dari impor pangan. 

“Pada musibah El-Nino tertinggi tahun 1997 hingga 1998 Indonesia impor beras Rp 12,14 juta ton.  Bila El-Nino dan La-Nina 2016 tidak diantisipasi, maka dampak kejadian el-Nino 1997 akan terulang dengan ekstrapolasi semestinya impor 16,6 juta ton,” pintanya.

Perlu diketahui, program strategis yang lain Kementan yakni mewajibkan Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) dengan target Inseminasi Buatan (IB) 2017 sebanyak 4 juta ekor dan melahirkan minimal 3 juta ekor, kemudahan impor sapi indukan, mendorong KUR untuk pembibitan sapi integrasi dengan sawit, dan memperlancar distribusi sapi dengan kapal khusus ternak. 

“Demikian juga untuk mencukupi kebutuhan  protein hewani pun Mentan membuat kebijakan melindungi peternak ayam dan jaminan pasar dan kepastian harga serta meningkatkan produksi kambing, domba, ayam buras dan itik,” tuturnya.

Bahkan arahan Presiden RI membangun dari pinggiran pun diterapkan Menteri Pertanian dengan membangun lumbung pangan di perbatasan.  Pintu perbatasan di Kepulauan Riau, Entikong, Nunukan, Keerom dan lainnya kini dimanfaatkan sebagai pintu ekspor pangan dengan praktis dan cepat.  

“Wilayah perbatasan dikembangkan sentra produksi untuk memenuhi pangan sendiri dan sebagian dieskpor ke negara tetangga,” pungkas Hasil.

Editor: Administrator
Publisher