Jakarta, 12 November 2020 – Salah satu fenomena menarik yang merupakan dampak dari lebih banyaknya waktu yang dihabiskan oleh masyarakat di rumah sejak awal pandemi adalah akan terjadinya baby boom. BKKBN memprediksi adanya peningkatan angka kehamilan hingga 500.000 orang akibat penggunaan kontrasepsi yang menurun. Dengan meningkatnya angka kehamilan pada masa pandemi ini, perlu juga adanya perhatian yang lebih besar terhadap kondisi ibu di periode kehamilan dan pasca persalinan. Memahami hal tersebut, hari ini (12/11) Combiphar, perusahaan nasional terdepan di bidang Consumer Healthcare, mengupas lebih dalam mengenai bagaimana kesehatan dan kenyamanan ibu saat kehamilan dan pasca persalinan dapat dipertahankan, khususnya dengan memanfaatkan madu dan bahan-bahan herbal dari alam, bersama para narasumber Weitarsa Hendarto - Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar, dr. Carlinda Nekawaty - Medical Expert Combiphar, serta Asri Saraswati Iskandar - Herbalis.
“Kesehatan, hingga saat ini masih menjadi fokus pemerintah dan juga masyarakat. Fenomena baby boom, menambah deretan hal penting yang harus diperhatikan ibu dalam menjaga kondisinya pada masa persalinan dan menyusui. Kualitas kesehatan ibu pada masa kehamilan berpotensi mempengaruhi kualitas perkembangan dan pertumbuhan janin yang akan dilahirkan. Berbagai protokol kesehatan juga pola makan dengan nutrisi yang seimbang perlu diterapkan demi menunjang kesehatan, termasuk memanfaatkan madu dan ramuan yang terbuat dari bahan-bahan herbal dari alam,” ujar Weitarsa Hendarto, Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar. “Data menunjukkan bahwa 40% masyarakat di Indonesia masih mengonsumsi jamu, dan 56% masyarakat mengonsumsi madu. Angka konsumsi madu dan jamu yang cukup tinggi mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih menyukai ramuan tradisional dan terbuat dari berbagai bahan herbal sebagai pendukung kesehatannya,” tambah Weitarsa. Para wanita pada masa kehamilan maupun pasca persalinan kerap mengalami kondisi yang tidak nyaman, seperti mual dan muntah, edema, dan rasa nyeri pada persendian. “Kondisi inilah yang menyebabkan konsumsi bahan herbal umum dilakukan oleh para wanita sebagai alternatif dari obat konvensional yang seringkali digunakan untuk mengatasi kondisi yang tidak nyaman,” jelas herbalis Asri Saraswati Iskandar. Menurut Asri, mengetahui manfaat dari bahan-bahan herbal yang akan dikonsumsi akan menjadikannya berfungsi lebih tepat guna. “Tak hanya mampu membantu mengurangi ketidaknyamanan, bahan-bahan herbal juga dapat memberikan nutrisi seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan selama kehamilan dan pasca persalinan”, ungkapnya. Berikut manfaat madu dan bahan herbal yang dapat membantu mendukung kesehatan ibu saat kehamilan dan pasca persalinan: - Madu memiliki kandungan mineral berupa kalsium, tembaga, mangan, zat besi, fosfor, seng, aluminium. Kandungan zat besi pada madu membantu meningkatkan kadar hemoglobin untuk ibu selama kehamilan dan pasca bedah caesar. - Cengkih kaya akan kandungan beta-karoten, zat besi, magnesium, seng, vitamin B6, C, dan K. Tak hanya itu, perpaduan cengkih, lengkuas, serai dan jahe, dapat meredakan sakit dan nyeri pada persendian dengan cara dioleskan. - Jahe mengandung gingerol yang memberikan efek analgesik yang kuat dan sangat membantu untuk radang sendi, menenangkan saraf, serta mengurangi mual. Jahe juga tinggi kalium, tembaga, magnesium, mangan, vitamin B5 dan B6. - Kunyit dan temulawak mengandung kurkumin yang dapat melindungi dari anemia dan hipertensi. Serat tingginya juga mengontrol kadar "kolesterol jahat". Kunyit dapat membantu meredakan peradangan yang menyebabkan edema, sekaligus risiko mastitis, juga berfungsi untuk mengobati cedera dalam, jahitan luar dan luka infeksi pasca persalinan. Sementara temulawak - meningkatkan produksi ASI pada masa menyusui. - Temu Hitam kandungan ?pinene-nya dapat merelaksasi rahim setelah melahirkan. - Ketumbar memiliki kandungan protein, kalsium dan zat besi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi ASI selama periode menyusui. Asri menambahkan, “Walaupun berasal dari bahan dan tanaman alami, saat mengonsumsinya kita tetap harus memperhatikan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tubuh kita. Dengan demikian kita dapat merasakan apakah bahan yang dikonsumsi memberikan efek yang baik bagi tubuh.” Hal ini juga dipertegas oleh Medical Expert Combiphar, dr. Carlinda Nekawaty, “Menyadari kondisi tubuh setelah mengonsumsi madu maupun herbal, sangatlah penting untuk melihat reaksi baik yang kecil maupun besar. Terutama jika sedang dalam kondisi khusus seperti hamil atau menyusui. Apa yang kita konsumsi bisa saja menimbulkan risiko terhadap kandungan dan juga bayi.” “1.000 hari pertama kehidupan, termasuk 270 hari di dalam kandungan, merupakan masa penting yang akan memengaruhi kondisi kesehatan dan tumbuh kembang bayi di masa depan. Untuk itu, bijak dalam mengutamakan kesehatan selama masa kehamilan dan pasca persalinan harus menjadi prioritas ibu,” kata dr. Carlinda. Untuk kepraktisan, madu dan ramuan herbal yang dikenal masyarakat dengan sebutan jamu ini banyak dijual dalam bentuk kemasan. Sehubungan dengan hal itu, dr. Carlinda menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengonsumsi madu dan herbal agar tetap aman bagi ibu dan bayinya: 1. Perhatikan jenis kandungan dalam bahan yang akan dikonsumsi untuk mengetahui reaksi alergi atau bahkan efek yang dapat membahayakan ibu maupun bayi. Jika mengonsumsi dalam bentuk kemasan, bacalah informasi nutrisi yang tertera pada label untuk mengetahui kandungan, takaran saji dan juga presentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang terdapat di dalam ramuan. 2. Mengetahui waktu yang tepat untuk mengonsumsi ramuan. Biasanya konsentrasi kadar ramuan mencapai puncaknya sekitar 45-90 menit setelah dikonsumsi dan berada di dalam ASI sekitar 15 menit kemudian, hingga berpotensi masuk ke dalam tubuh bayi yang masih menyusui. Untuk itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi ramuan apapun pada periode awal menyusui. Konsumsi ramuan bisa dilakukan jika interval menyusui telah lebih dari 2 jam. 3. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli medis, untuk mengetahui kadar konsumsi ramuan yang tepat dan efek yang ditimbulkan jika dikombinasikan dengan obat konvensional, terutama jika ibu memiliki kondisi kesehatan bawaan tertentu dan memerlukan perhatian khusus. “Bagi Combiphar, ibu memiliki peran kunci dalam menjaga kesehatan keluarga. Menciptakan generasi yang sehat sesuai visi Championing a Healthy Tomorrow, hanya bisa terwujud jika ibu membekali diri dengan pengetahuan tentang kesehatan dan menerapkannya tak hanya untuk keluarga namun juga bagi dirinya sendiri,” tutup Weitarsa. Tentang Combiphar Combiphar didirikan sejak tahun 1971 sebagai perusahaan farmasi yang berfokus pada empat sektor bisnis yang terdiri dari Combi Consumer, Combi Health, Combi Nutrition dan Combi Bio. Kini, Combiphar bertransformasi menjadi perusahaan lokal consumer healthcare terdepan di Indonesia yang bertumbuh cepat dengan memproduksi dan memasarkan lebih dari 80 produk berkualitas dan terjangkau diantaranya OBH Combi (obat batuk sirup), JointFit (gel pereda nyeri sendi), Prive Uricran (suplemen untuk infeksi kantung kemih), insto (obat tetes mata), Apta+ (susu nutrisi untuk dewasa) dan Hezandra (suplemen untuk menjaga fungsi hati). Dengan fasilitas produksi berteknologi mutakhir serta prosedur operasi berstandar modern, pabrik Combiphar yang berlokasi di Padalarang, Jawa Barat, berhasil memperoleh sertifikasi internasional antara lain ISO 14001:2004 untuk pengelolaan lingkungan serta Therapeutic Goods Administration (TGA) dari Australia. Selain memiliki pabrik di Padalarang, aktifitas produksi Combiphar juga didukung oleh pabrik di Depok dan Kawasan Jababeka. Pada awal 2017 Combiphar juga memperluas bisnisnya ke pasar international melalui produk tetes mata unggulannya, Eye Mo di Hongkong dan kawasan Asia Tenggara di antaranya Kamboja, Singapura, Malaysia dan Filipina.
Editor: Marketing Exabytes