Teknologi mengubah industri perbankan Indonesia. Dibanding bank tradisional, perusahaan financial technology (fintech) lebih cepat dalam penerapan teknologi baru dan lebih baik dalam penyajian layanan konsumen. Di masa depan, fintech akan tersedia di banyak lokasi dan memotong akses langsung bank kepada nasabah. Bank-bank besar kemungkinan masih memiliki kelebihan karena ukurannya yang besar, namun melambat sehingga dapat mengarah pada kepunahan. Pada tahun 2030, produk digital banking akan menjadi prasyarat dasar, bukan sekedar unjuk kebolehan. Indonesia memiliki ramuan yang tepat untuk sukses di era digital banking, yang didorong oleh harga smartphone yang terjangkau, populasi yang terdiri dari anak muda, dan peningkatan pendidikan dasar. Keadaan ini hampir dapat disejajarkan dengan kondisi Tiongkok saat ini. Kami memperkirakan bahwa terdapat potensi pada e-money sebesar Rp3 triliun dan potensi pendapatan sebesar Rp47 triliun dari pendapatan layanan pada 2030. Setiap pengurangan 1ppt terhadap rasio biaya dibanding pendapatan yang diperoleh dari otomasi, maka dapat diartikan peningkatan keuntungan sebelum pajak sejumlah 2,5% bagi industri. Teknologi dapat digunakan untuk menjangkau populasi yang belum menggunakan jasa bank dapat mempercepat inklusi keuangan dan membuka kesempatan bisnis baru kepada bank. Bank memperlambat pertumbuhan jaringan distribusi. Sebaliknyai, bank fokus terhadap alternatif digital dan jaringan online-to-offline (O2O).
Perbankan Indonesia: Bersiap Menghadapi Disrupsi
Teknologi mengubah industri perbankan Indonesia. Dibanding bank tradisional, perusahaan financial technology (fintech) lebih cepat dalam penerapan teknologi baru dan lebih baik dalam penyajian layanan konsumen. Di masa depan, fintech akan tersedia di banyak lokasi dan memotong akses langsung bank kepada nasabah. Bank-bank besar kemungkinan masih memiliki kelebihan karena ukurannya yang besar, namun melambat sehingga dapat mengarah pada kepunahan. Pada tahun 2030, produk digital banking akan menjadi prasyarat dasar, bukan sekedar unjuk kebolehan. Indonesia memiliki ramuan yang tepat untuk sukses di era digital banking, yang didorong oleh harga smartphone yang terjangkau, populasi yang terdiri dari anak muda, dan peningkatan pendidikan dasar. Keadaan ini hampir dapat disejajarkan dengan kondisi Tiongkok saat ini. Kami memperkirakan bahwa terdapat potensi pada e-money sebesar Rp3 triliun dan potensi pendapatan sebesar Rp47 triliun dari pendapatan layanan pada 2030. Setiap pengurangan 1ppt terhadap rasio biaya dibanding pendapatan yang diperoleh dari otomasi, maka dapat diartikan peningkatan keuntungan sebelum pajak sejumlah 2,5% bagi industri. Teknologi dapat digunakan untuk menjangkau populasi yang belum menggunakan jasa bank dapat mempercepat inklusi keuangan dan membuka kesempatan bisnis baru kepada bank. Bank memperlambat pertumbuhan jaringan distribusi. Sebaliknyai, bank fokus terhadap alternatif digital dan jaringan online-to-offline (O2O).
Publisher