Perkuat Bisnis Teh, RNI Gandeng PTPN III


Jakarta, 30 April 2018. Lemahnya daya saing teh Indonesia di kancah persaingan dunia perlu disikapi serius dan dirumuskan solusinya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada tahun 2017 ekspor teh Indonesia hanya meningkat sebesar 1,04%, hal tersebut tidak sebanding dengan tren penurunan nilai ekspor sebesar 8,08% selama medio 2012-2016.

Untuk itu, guna mewujudkan peningkatan produktivitas, kualitas dan efektifitas ongkos produksi, Kementerian BUMN mendorong Sinergi BUMN antara PT Mitra Kerinci yang merupakan anak usaha dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII sebagai anak perusahaan PTPN III (Persero) melalui penadatanganan nota kesepahaman tentang Kerjasama Pengelolaan Kebun Pangheotan, Kabupaten Bandung Barat.

Penadatanganan dilakukan oleh Direktur PT Mitra Kerinci Yosdian Adi bersama Direktur Utama PTPN VIII Bagya Mulyanto, Senin, 30 April 2018, di Gedung RNI, Jakarta, dan disaksikan oleh Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro, Direktur Utama PT RNI B. Didik Prasetyo dan Direktur Utama PTPN III Dolly P. Pulungan.

Yosdian Adi mengatakan, dengan dukungan alam dan geografis, Indonesia punya potensi besar sebagai negara utama penghasil teh. Namun, upaya penguatan industri teh tidak bisa dikerjakan sendiri.

“Kerjasama pengelolaan antara PT Mitra Kerinci dan PTPN VIII di Kebun Pangheotan seluas kurang lebih 2.000 ha dan kebun lainnya diharapkan bisa memberikan perbaikan kinerja bagi kedua belah pihak dan perbaikan kesejahteraan ribuan pemetik teh,” ungkapnya.

Kerjasama dengan luang lingkup pendampingan perbaikan pabrik teh hijau dan penjualan teh hitam tersebut menargetkan produksi harian sebesar 5-7 ton, dengan nilai investasi sebesar Rp 5 miliar, dan target penjualan sebesar Rp 300 juta per bulan. “Diharapkan, ini akan menjadi awal dari kerjasama pengembangan the yang lebih luas lagi,” ungkap Yosdian.

Sementara itu, Wahyu Kuncoro mengatakan, Kementerian BUMN sangat mendukung sinergi BUMN yang bertujuan untuk membantu terwujudnya program-program pemerintah. Diharapkan kerjasaama ini dapat menjadi role model sistem pengelolaan industri teh yang produktif dan efisien. Menurutnya, tantangan utama pengelolaan teh adalah masih tingginya harga pokok produksi di angka Rp 20 ribu per kg, sementara PT Mitra Kerinci berhasi menurunkan HPP di angka Rp 15 ribu per kg.

“Keunggulan-keuanggulan dari kedua pihak perlu dikembangkan dalam skema kerjasama ini dan diterapkan dalam skala kecil terlebih dahulu,” ungkap Wahyu.

Sementara itu, Didik mengatakan, peluang industri teh dalam negeri untuk bangkit dan bersaing di pasar global masih sangat besar dan terbuka lebar. “Pasarnya sangat terbuka, baik dalam Negeri maupun internasional. Kontradiksi penurunan areal dan produktivitas teh Indonesia disisi lain memberikan peluang dengan pertumbuhan konsumsi minuman teh dalam kemasan yang bertumbuh hingga mencapai diatas 2,3 juta liter pertahunnya,” ungkapnya.

Sekilas PTPN VIII

Dengan luasan areal 130.000 Hektar, PTPN VIII memiliki bisnis meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan Teh, Karet, Kelapa Sawit, Kina, dan Kakao. Dengan status perkebunan teh terbesar negara, Pusat kegiatan usaha berada di Kantor Direksi Jl. Sindangsirna No. 4 Bandung, Jawa Barat dengan kebun/unit usaha yang dikelola sebanyak 41 kebun yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis) dan 2 Kabupaten di Propinsi Banten (Lebak dan Pandeglang). 

Sekilas PT Mitra Kerinci

PT. Mitra Kerinci merupakan anak perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang mengelola sekitar 2.025 hektar Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Teh di desa Sungai Lambai Kecamatan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat.

Perkebunan Teh Liki (sebutan untuk kebun teh PT Mitra Kerinci) pertama kali dibangun oleh Kolonial Belanda pada tahun 1940 dan yang selanjutnya dikelola menjadi anak perusahaan PT.Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) mulai tahun 1990. Karakter tanahnya yang unik, berada di antara zona kering dan basah pada ketinggian 600 – 1100 m di atas permukaan laut, membuat teh dari perkebunan Liki memiliki kualitas yang tinggi, quick brewing, kadar tannin yang tinggi, seduhan warna yang menarik dan dengan karakter rasa sepet yang kuat.

Kini perkebunan teh Liki berhasil menghasilkan 18 juta Kg daun teh segar setiap tahunnya yang diolah menjadi 5 juta Kg teh untuk kebutuhan dalam dan luar negeri. Dengan kapasitas produksi sebanyak 75 ribu Kg teh hijau per hari, Perkebunan Teh Liki merupakan penghasil teh hijau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara.

Editor: Administrator 3
Publisher