PT Astra International Tbk (Grup Astra atau Perseroan) Laporan Keuangan Tahun 2017


“Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat.”

Kinerja Keuangan Konsolidasian

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 Rp miliar 2016 Rp miliar Perubahan % Pendapatan bersih 206.057 181.084 14 Laba bersih* 18.881 15.156 25 Rp Rp Laba bersih per saham 466 374 25 31 Desember 2017 Rp miliar 31 Desember 2016 Rp miliar Change % Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk** 123.645 111.951 10 Rp Rp Nilai aset bersih per saham** 3.054 2.765 10

Laporan Presiden Direktur

Tinjauan Kinerja

Kinerja Grup Astra mendapatkan keuntungan signifikan dari kembalinya profitabilitas PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) dan keuntungan yang lebih tinggi dari bisnis alat berat dan pertambangan yang disebabkan naiknya harga komoditas secara berkelanjutan, yang juga berdampak positif terhadap kinerja usaha divisi agribisnis. Namun, kontribusi dari bisnis otomotif menurun akibat meningkatnya persaingan di pasar mobil, yang secara keseluruhan tidak menunjukkan pertumbuhan. Kinerja operasional bisnis sepeda motor cukup stabil di tengah menurunnya pasar motor secara keseluruhan.

Kinerja

Pendapatan bersih konsolidasian Grup meningkat 14% menjadi Rp206,1 triliun dibandingkan dengan tahun 2016, dengan pendapatan yang lebih tinggi diraih sebagian besar segmen bisnis.

Laba bersih konsolidasian Grup meningkat 25% menjadi Rp18,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.054 pada 31 Desember 2017, meningkat 10% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016.

Nilai kas bersih, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp2,7 triliun pada akhir tahun 2017 dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp6,2 triliun. Penurunan ini terutamanya disebabkan oleh investasi baru yang dilakukan sepanjang tahun pada jalan tol, properti serta pembangkit tenaga listrik. Sejalan dengan hal tersebut, utang bersih di perusahaan induk, Astra International mencapai Rp9,2 triliun pada akhir tahun 2017, meningkat dibandingkan pada akhir tahun 2016 sebesar Rp7,1 triliun. Anak perusahaan Grup Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp46,1 triliun pada akhir tahun 2017, dibandingkan dengan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2016.

Dividen final sebesar Rp130 per saham (2016: Rp113 per saham) akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada April 2018. Usulan dividen final tersebut bersama dengan dividen interim Rp55 per saham (2016: Rp55 per saham) akan menjadikan dividen total pada tahun 2017 menjadi Rp185 per saham (2016: Rp168 per saham). Dividen final yang diusulkan tersebut berdasarkan pertimbangan meningkatnya utang pada level perusahaan induk Astra International dan rencana investasi lainnya di masa mendatang.

Kegiatan Bisnis

Laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham Astra International dari masing-masing segmen bisnis adalah sebagai berikut:

Laba bersih yang diatribusikan kepada Astra International Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 Rp miliar 2016 Rp miliar Perubahan % Otomotif 8.868 9.166 (3) Jasa Keuangan 3.752 789 376 Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi 4.469 3.032 47 Agribisnis 1.602 1.599 0 Infrastruktur dan Logistik (231) 263 (188) Teknologi Informasi 198 196 1 Properti 223 111 101 Laba bersih yang diatribusikan 18.881 15.156 25

Otomotif

Laba bersih dari divisi otomotif Grup menurun 3% menjadi Rp8,9 triliun. Kenaikan laba bersih pada bisnis komponen tidak dapat mengimbangi penurunan penjualan mobil dan tekanan diskon yang muncul dari meningkatnya persaingan. Kinerja dari segmen sepeda motor relatif tidak berubah.

Penjualan mobil secara nasional sedikit berubah menjadi 1,1 juta unit. Penjualan mobil Astra menurun sebesar 2% menjadi 579.000 unit, dengan pangsa pasar turun dari 55% menjadi 54%. Grup telah meluncurkan 11 model baru dan 11 model revamped sepanjang tahun 2017.

Penjualan sepeda motor nasional turun 1% menjadi 5,9 juta unit. Penjualan PT Astra Honda Motor (AHM) bertahan pada 4,4 juta unit, sehingga pangsa pasarnya meningkat dari 74% menjadi 75%. Grup telah meluncurkan delapan model baru dan 18 model revamped sepanjang tahun 2017.

PT Astra Otoparts Tbk, bisnis komponen Grup, membukukan kenaikan laba bersih 32% menjadi Rp551 miliar yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari meningkatnya kinerja penjualan replacement market dan meningkatnya kontribusi laba bersih dari perusahaan patungan dan entitas asosiasi.

Jasa Keuangan

Laba bersih Grup Jasa Keuangan meningkat menjadi Rp3,8 triliun dari Rp789 miliar pada tahun sebelumnya sebagai dampak kembalinya profitabilitas dari Bank Permata serta kenaikan kontribusi PT Astra Sedaya Finance (ASF), PT Federal International Finance (FIF) dan PT Asuransi Astra Buana (AAB).

Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 3% termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse menjadi Rp81,7 triliun. ASF yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat kenaikan laba bersih sebesar 2% menjadi Rp957 miliar. Sementara, PT Toyota Astra Financial Services (TAF), mencatat penurunan laba bersih sebesar 95% menjadi Rp18 miliar diakibatkan meningkatnya provisi kerugian pemberian kredit, terutama di segmen low cost car. FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp2,0 triliun, disebabkan meningkatnya pangsa pasar motor Honda serta diversifikasi produk pembiayaan.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat meningkat 25% menjadi Rp5,9 triliun. Namun, terdapat kenaikan provisi kerugian pemberian kredit terkait debitor kecil dan menengah.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp748 miliar pada tahun 2017 dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp6,5 triliun pada tahun 2016. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) membaik menjadi 4,6% pada akhir tahun 2017 dibandingkan 8,8% pada akhir tahun 2016, sementara itu rasio kredit bermasalah bersih (net NPL) membaik menjadi 1,7% dari 2,2%. Kembalinya profitabilitas Bank Permata sebagian besar didorong oleh peningkatan kualitas aset, pertumbuhan kredit yang baik di semester kedua tahun 2017 dan perbaikan kinerja kredit bermasalah. Untuk memperkuat struktur permodalannya, Bank Permata menyelesaikan rights issue sebesar Rp3,0 triliun pada Juni 2017 di mana seluruh pemegang saham telah mengambil hak mereka secara penuh.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp748 miliar pada tahun 2017 dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp6,5 triliun pada tahun 2016. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) membaik menjadi 4,6% pada akhir tahun 2017 dibandingkan 8,8% pada akhir tahun 2016, sementara itu rasio kredit bermasalah bersih (net NPL) membaik menjadi 1,7% dari 2,2%. Kembalinya profitabilitas Bank Permata sebagian besar didorong oleh peningkatan kualitas aset, pertumbuhan kredit yang baik di semester kedua tahun 2017 dan perbaikan kinerja kredit bermasalah. Untuk memperkuat struktur permodalannya, Bank Permata menyelesaikan rights issue sebesar Rp3,0 triliun pada Juni 2017 di mana seluruh pemegang saham telah mengambil hak mereka secara penuh.

Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi

Kontribusi laba bersih Grup alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat 47% menjadi Rp4,5 triliun.

PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 48% menjadi Rp7,4 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan harga batu bara yang menguat secara signifikan sehingga meningkatkan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan juga kegiatan pertambangan.

Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 74% menjadi 3.788 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat. PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 3% menjadi 113 juta ton, sementara peningkatan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 14% menjadi 801 juta bank cubic metres. Namun, anak perusahaan UT dalam bidang pertambangan melaporkan penurunan penjualan batu bara sebesar 8% menjadi 6,3 juta ton disebabkan volume penjualan yang lebih rendah dari bisnis perdagangan batu bara.

PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal di Kalimantan Tengah yang 80,1% sahamnya dimiliki UT, memulai produksi pada akhir tahun 2017.

PT Acset Indonusa Tbk (Acset), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 126% menjadi Rp154 miliar. Penambahan kontrak baru senilai Rp8,4 triliun berhasil dicatatkan selama tahun 2017, dibandingkan Rp3,8 triliun pada tahun sebelumnya.

PT Bhumi Jati Power (BJP), yang 25% sahamnya dimiliki UT, sedang dalam proses pembangunan dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas masingmasing 1.000 mega watt (MW) di Jawa Tengah, yang dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2021.

Agribisinis

Laba bersih dari segmen agribisnis Grup tidak berubah, yaitu sebesar Rp1,6 trilliun.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp2,0 triliun. Meskipun pendapatan meningkat seiring harga minyak kelapa sawit (CPO) yang lebih tinggi dan peningkatan penjualan minyak kelapa sawit, kinerja tersebut tidak berubah banyak dibandingkan tahun 2016, ketika mendapatkan keuntungan selisih kurs. Tanpa menghitung dampak selisih kurs pada kedua tahun tersebut, kenaikan laba bersih mencapai 8%. Harga rata-rata minyak kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 6% menjadi Rp8.271/kg, sementara penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 12% menjadi 1,7 juta ton dibandingkan tahun 2016.

Infrastruktur dan Logistik

Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat kerugian bersih sebesar Rp231 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp263 miliar pada tahun 2016. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol baru CikopoPalimanan sepanjang 116,8km, yang 45% sahamnya diakuisisi Grup awal tahun 2017, serta kerugian atas divestasi PT PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih, yang sebelumnya dimiliki Grup sebesar 49% dan memiliki sisa waktu pengoperasian 5 tahun lagi.

Selama tahun 2017, portofolio Grup di jalan tol telah berkembang dari 236km menjadi 353km, dimana 269km telah beroperasi. Tol Tangerang-Merak sepanjang 72,5km yang dioperasikan PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 4% menjadi 50 juta kendaraan. Jalan tol Jombang-Mojokerto sepanjang 40,5km yang keseluruhannya dimiliki Grup telah selesai dibangun dimana dua seksi terakhir rampung pada kuartal keempat di tahun 2017. Jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8km, dimana Grup memiliki kepemilikan sebesar 45%, mengalami peningkatan volume trafik sebesar 13% menjadi 17 juta kendaraan, sedangkan jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,6km yang 40% sahamnya dimiliki Grup, sepanjang 40,1km telah beroperasi dan volume trafik kendaraan meningkat 3% menjadi 12 juta kendaraan.

PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami kenaikan laba bersih sebesar 101% menjadi Rp201 miliar, disebabkan oleh kenaikan marjin kontrak sewa mobil dan bisnis logistik, meskipun terjadi penurunan sebesar 2% pada kontrak sewa kendaraan dan penurunan 18% untuk penjualan mobil bekas.

Teknologi Informasi

Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup naik 1% mejadi Rp198 miliar.

PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih yang sedikit naik menjadi sebesar Rp257 miliar, terutama disebabkan oleh perolehan pendapatan yang lebih tinggi dari bisnis jasa layanan perkantoran.

Properti

Laba bersih dari divisi properti Grup mengalami peningkatan 101% menjadi Rp223 miliar, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan laba dari proyek Anandamaya Residences. Proyek tersebut dan juga Menara Astra direncanakan selesai pada tahun 2018.

PT Astra Land Indonesia (ALI), yang 50% sahamnya dimiliki Grup, memiliki 67% saham PT Astra Modern Land (AML), sedang mengembangkan lahan seluas 67 hektar di wilayah Jakarta Timur.

Aksi Korporasi Terbaru

Pada bulan Februari 2018, Perseroan mengumumkan investasi sebesar US$150 juta untuk kepemilikan saham minoritas di GO-JEK, perusahaan multi-platform penyedia layanan yang bervariasi dari transportasi dan pembayaran hingga jasa antar makanan, logistic serta berbagai layanan on-demand lainnya. Investasi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah serta mengakselerasi inisiatif digital di lingkup bisnis Grup.

Prospek Bisnis

Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat.

Editor: Administrator 3
Publisher