Standard Chartered Bank Investment Forum


Indonesia merupakan kekuatan ekonomi yang penting di seluruh wilayah Asia Tenggara, dengan kapasitas populasi negara yang mewakili 40% dari total populasi ASEAN, di samping dukungan sumber daya alam yang melimpah dan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Struktur sosial Indonesia yang besar dalam hal potensi pasar, serta tersedianya potensi tenaga kerja terampil dalam jumlah besar menjadi magnet bagi investor asing untuk menanamkan modalnya.

Baru-baru ini, Indonesia meraih banyak pengakuan dunia, termasuk diantaranya adalah berhasil naik 19 peringkat pada The Ease of Doing Business oleh Bank Dunia; meraih peringkat kredit investment grade oleh Standard & Poor's, Moody's and Fitch; berada di posisi nomor 1 di Galup World Poll; dan naik 5 peringkat di Global Competitiveness Index 2017-2018.

Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, secara umum Indonesia tengah menikmati kemajuan ekonomi, yang tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas industri, tetapi juga proses perubahan kebijakan investasi yang sejauh ini dianggap ramah terhadap penanaman modal asing. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) per kuartal pertama 2017, sebanyak 60% dari keseluruhan investasi di Indonesia merupakan penanaman modal asing yang jumlahnya mencapai US$ 7,3 miliar.

Dari jumlah tersebut, asal modal yang masuk ke Indonesia masih didominasi dari negara-negara Asia, termasuk di antaranya dari Korea Selatan yang jumlahnya terus meningkat secara bertahap. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada kuartal kedua 2017, investasi dari Korea Selatan ke Indonesia menempati urutan kelima terbesar dengan total sebesar US$478,2 juta dan 1.582 proyek yang telah didanai. Angka ini diharapkan akan terus meningkat seiring dengan semakin membaiknya iklim investasi di Indonesia.

Pemerintah terus memacu peningkatan arus investasi dari Korea Selatan ke Indonesia, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Dalam konteks kebijakan investasi, keterbukaan menjadi semangat utama dalam kebijakan ekonomi Indonesia dimana investasi ke Indonesia telah menjadi pola tersendiri bagi investasi Korea Selatan ke luar negeri. Hal ini sejalan dengan kebijakan New Southern Policy yang menjadi garis kebijakan luar negeri utama Pemerintah Korea Selatan saat ini.

New Southern Policy

Korea Selatan menerapkan New Southern Policy yang bertujuan memperluas hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan bukan hanya fokus pada negara-negara yang selama ini menjadi rekanan. Jika sebelumnya hubungan Korea Selatan di Asia lebih fokus pada Jepang, Cina, dan Rusia, Presiden Korea Selatan, Moon Jae In melihat perlunya Korea Selatan memperluas hubungan ekonomi dan perdagangan ke wilayah-wilayah lain, termasuk ASEAN, dan khususnya Indonesia.

Dalam kunjungan perdananya awal November 2017, Presiden Moon menyampaikan rencana investasi sebesar US$2,6 miliar ke negara-negara ASEAN, dan US$1,9 miliar diantaranya akan diinvestasikan ke Indonesia. Dari dana tersebut, Pemerintah Korea Selatan berencana untuk ambil bagian dalam proyek - proyek infrastruktur, energi, dan inisiatif pembangunan lain, termasuk penanaman modal sebesar US$500 juta untuk proyek Light Rail Transit di Jakarta.

Pemerintah Korea Selatan akan mendorong kebijakan New Southern Policy secara signifikan untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan AEAN. Beberapa strategi konkret yang mendasari kebijakan baru ini termasuk memperluas pertukaran teknologi, budaya, seni, dan sumber daya manusia antar Korea dengan ASEAN, serta memperkuat kerjasama di bidang transportasi, energi, sumber daya air dan teknologi informasi (TI).1

Pemerintah Korea Selatan akan mendorong kebijakan New Southern Policy secara signifikan untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan AEAN. Beberapa strategi konkret yang mendasari kebijakan baru ini termasuk memperluas pertukaran teknologi, budaya, seni, dan sumber daya manusia antar Korea dengan ASEAN, serta memperkuat kerjasama di bidang transportasi, energi, sumber daya air dan teknologi informasi (TI).1

Investasi Korea Selatan di Indonesia

Indonesia telah menjadi target pasar yang penting bagi Korea Selatan. Perdagangan antar kedua negara mencapai sekitar US$10 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun 2017, naik hampir seperlima dari tahun 2016 pada periode yang sama. Sementara itu, foreign direct investment Korea Selatan bertumbuh sekitar seperempat menjadi US$1.37 miliar. Korea Selatan menargetkan untuk meningkatkan perdagangan dengan Indonesia menjadi US$30 miliar pada tahun 2022 dan akhirnya mencapai lebih dari US$50 miliar.2 Korea juga menyatakan minat untuk membantu pemerintah Indonesia menjalankan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Investor Korea Selatan semakinn memperkuat perekonomian Indonesia. Hal itu ditandai dengan penandatanganan 14 nota kesepahaman atau (memorandum of understanding/MoU) kerja sama investasi antara perusahaan-perusahaan Indonesia dengan Korea Selatan pada rangkaian kunjungan Presiden Korea Selatan pada awal November 2017. Menurut data BKPM, 14 nota kesepahaman yang ditandatangani tersebut terdiri dari tujuh jenis sektor bisnis, yaitu transportasi, pembangkit listrik, penyediaan air bersih, property, teknologi, e-commerce, dan industri maritim. Terdapat satu bidang industri yang dibahas lebih serius dengan para investor Korea Selatan, yaitu industri pertahanan. Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga menjadi salah satu unggulan yang ditawarkan oleh pemerintah untuk menarik investasi dari Korea Selatan3 .

Sejumlah perusahaan Korea Selatan telah memiliki atau merencanakan investasi besar di Indonesia. Beberapa di antaranya seperti perusahaan pembuat baja terbesar ketiga di dunia POSCO memiliki usaha patungan multi miliar dollar dengan Krakatau Steel Indonesia, Hyundai Motor mendirikan pabrik mobil, dan Samsung Electronics Co merakit smartphone di negara ini.

Dukungan Standard Chartered Bank Indonesia

Standard Chartered Bank (‘Bank’) sangat mengapresiasi keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kualitas iklim bisnis guna menarik investasi asing ke dalam negeri. Untuk itu, Bank berkomitmen membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan membantu program-program pemerintah, termasuk mempromosikan potensi Indonesia di luar negeri. Hal ini sesuai dengan aspirasi Bank untuk menjadi bank internasional terbaik di Indonesia.

Dengan lebih dari 1.000 kantor cabang dan outlet di 70 negara, Bank memiliki jejaring yang luas di berbagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan fokus pada Asia, Afrika, dan Timur Tengah.

Mendorong hubungan perdagangan merupakan salah satu agenda utama segmen bisnis Commercial Banking di SCBI. Sebagai bank dengan pengalaman lebih dari 150 tahun di Indonesia, SCBI memiliki komitmen untuk membantu pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan Bank adalah bekerjasama dengan BKPM dalam secara aktif mempromosikan Indonesia di negara-negara dimana Bank beroperasi untuk mendorong investasi ke dalam negeri. Bentuk upaya yang dilakukan, salah satunya, adalah dengan menyelenggarakan forumforum pertemuan investor dengan menghadirkan lembaga-lembaga pemerintahan terkait. Selain itu, Bank juga membentuk tim ahli untuk membangun jaringan dan kerjasama bisnis internasional. Melalui Korea corridor, Bank mendukung pemerintah dengan menjembatani perusahaan-perusahaan berbasis Korea untuk meningkatkan investasi di Indonesia (baik yang sudah maupun merencanakan untuk melakukan investasi). SCBI yang memiliki footprints di Korea berkomitmen untuk membantu hal tersebut, terutama dari sisi pendanaan.

Tentang Standard Chartered

Kami adalah grup perbankan internasional terdepan, dengan dukungan lebih dari 84,000 orang staf serta rekam sejarah lebih dari 150 tahun di beberapa pasar dinamis di dunia. Kami melakukan kegiatan perbankan bersama masyarakat dan perusahaan untuk giatkan investasi, perdagangan, serta penciptaan kemakmuran di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Warisan dan nilai-nilai budaya kami tercermin melalui janji merek kami, yaitu Here for good.

Standard Chartered PLC tercatat di Bursa Saham London dan Hong Kong, serta di Bursa Saham Nasional di India dan Mumbai.

Sebagai salah satu bank tertua di Indonesia, Standard Chartered Bank rmemiliki pengalaman lebih dari 150 tahun sejak memulai layanan pertama kali pada tahun 1863 lalu. Dengan dukungan 23 kantor cabang yang terletak di 8 kota besar di Indonesia dan jaringan di lebih dari 30,000 ATM Bersama, menjadikan Standard Chartered adalah salah satu bank internasional dengan rekam jejak terluas di Indonesia. Standard Chartered juga memiliki saham di PermataBank.

Untuk informasi lebih lanjut harap kunjungi www.sc.com, atau blog kami, BeyondBorders. Ikuti pula akun media sosial Standard Chartered di Twitter, LinkedIn dan Facebook.

Editor: Administrator 3
Publisher