JAKARTA – Mempercepat transformasi struktural menjadi salah satu subtema yang dibahas pada gelaran Indonesia Development Forum (IDF) 2019 yang tahun ini mengetengahkan topik utama “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerja Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif.” Topik ini menjadi penting mengingat transformasi struktural erat kaitannya dengan perubahan struktur ekonomi negara; dari berbasis agraris menjadi industri, dan kemudian menjadi berbasis sektor jasa. Regulasi, kualitas institusi rendah, infrastruktur yang kurang memadai, kebijakan fiskal, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum kompetitif menjadi persoalan-persoalan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu, transformasi struktural menjadi kunci, utamanya dengan memanfaatkan bonus demografi, agar dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan pada akhirnya mengubah status ekonomi dari negara berkembang menjadi negara maju. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dikatakan berjalan secara konsisten selama 20 tahun terakhir, perubahan struktur ekonomi justru berjalan lambat dan tidak sesuai rencana. Sektor industri belum mampu menyerap tenaga kerja sebanyak yang dibutuhkan, dan angkatan kerja banyak yang berada di sektor jasa, namun bersifat informal dan tidak memberikan penghasilan yang memadai. Dalam paparannya pada sesi plenary utama “Transformasi Struktural” di hari pertama penyelenggaraan IDF 2019, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro, menyampaikan bahwa visi “Indonesia 2045” mencita-citakan bahwa ketika Indonesia berusia 100 tahun, Indonesia telah berhasil menjadi high-income country. Hal ini hanya bisa diwujudkan jika pertumbuhan ekonomi rata-rata dapat dipertahankan pada kisaran 5,1 hingga 7 persen secara terus menerus. Untuk itu Bappenas telah menyiapkan tiga skenario pembangunan ekonomi, dengan menitikberatkan fokus pada revitalisasi industri agar pertumbuhan sektor manufaktur selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi; transformasi sektor jasa, khususnya di sektor pariwisata; serta meningkatkan produktivitas sektor unggulan seperti pertanian dan perikanan.
Sumber Daya Manusia Kompetitif Menjadi Kunci Transformasi Struktural
JAKARTA – Mempercepat transformasi struktural menjadi salah satu subtema yang dibahas pada gelaran Indonesia Development Forum (IDF) 2019 yang tahun ini mengetengahkan topik utama “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerja Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif.” Topik ini menjadi penting mengingat transformasi struktural erat kaitannya dengan perubahan struktur ekonomi negara; dari berbasis agraris menjadi industri, dan kemudian menjadi berbasis sektor jasa. Regulasi, kualitas institusi rendah, infrastruktur yang kurang memadai, kebijakan fiskal, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum kompetitif menjadi persoalan-persoalan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk itu, transformasi struktural menjadi kunci, utamanya dengan memanfaatkan bonus demografi, agar dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan pada akhirnya mengubah status ekonomi dari negara berkembang menjadi negara maju. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dikatakan berjalan secara konsisten selama 20 tahun terakhir, perubahan struktur ekonomi justru berjalan lambat dan tidak sesuai rencana. Sektor industri belum mampu menyerap tenaga kerja sebanyak yang dibutuhkan, dan angkatan kerja banyak yang berada di sektor jasa, namun bersifat informal dan tidak memberikan penghasilan yang memadai. Dalam paparannya pada sesi plenary utama “Transformasi Struktural” di hari pertama penyelenggaraan IDF 2019, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro, menyampaikan bahwa visi “Indonesia 2045” mencita-citakan bahwa ketika Indonesia berusia 100 tahun, Indonesia telah berhasil menjadi high-income country. Hal ini hanya bisa diwujudkan jika pertumbuhan ekonomi rata-rata dapat dipertahankan pada kisaran 5,1 hingga 7 persen secara terus menerus. Untuk itu Bappenas telah menyiapkan tiga skenario pembangunan ekonomi, dengan menitikberatkan fokus pada revitalisasi industri agar pertumbuhan sektor manufaktur selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi; transformasi sektor jasa, khususnya di sektor pariwisata; serta meningkatkan produktivitas sektor unggulan seperti pertanian dan perikanan.
Publisher