Kelapa sawit, karet alam, kakao, kopi, teh dan gula merupakan komoditas perdagangan dunia. Dalam lima tahun terakhir, kinerja bisnis komoditas tersebut mengalami kontraksi yang kuat. Harga minyak mentah kelapa sawit dan karet alam menurun secara signifikan, dan di sisi lain biaya produksi meningkat. Kondisi ini diperparah oleh iklim El Nino atau La Nina yangterjadi di negara-negara produsen komoditas yang berakibat terhadap turunnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan.
Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Teguh Wahyudi, menyatakan bahwa kondisi inilah yang secara umum juga dirasakan oleh industri perkebunan di Indonesia. "Itulah tantangan berat yang harus dihadapi pelaku industri perkebunan. Sementara itu, persaingan global semakin ketat dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam situasi seperti ini diperlukan kreativitas pelaku usaha perkebunan," kata Teguh lebih lanjut. Menanggapi beragam tantangan tersebut, baik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, Teguh mengatakan kuncinya adalah pada penerapan inovasi. Saat ini, berbagai inovasi telah dikembangkan oleh lembaga penelitian di seluruh dunia, entah itu di bidang bioteknologi dan
bio-engineering, bio-energi, biofarmasi dan kosmetik, dan teknologi yang ramah lingkungan. Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi juga perlu dimanfaatkan untuk mendukung efisiensi usaha perkebunan. Hasil penelitian juga menemukan strategi bagaimana tanaman perkebunan dapat beradaptasi, lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim dan kualitas tanah yang menurun,sertaberbagai teknik perkebunan yang berkelanjutan. Selain itu, banyak negara produsen komoditas perkebunan telah melakukan transformasi bisnis dari industri berbasis hulu ke hilir. Hal ini turut merangsang peningkatan permintaankomoditas di pasar domestik, di samping juga berdampak pada peningkatan nilai tambah komoditas. Sayangnya, industri perkebunan Indonesia masih fokus di hulu.Indonesia adalah
net-exporter komoditas minyak sawit, karet alam, kakao, kopi, dan teh, sementara di sisi lain juga pengimpor utama sepertiga dari produksi gula dunia. Indonesia menjadi
net-importer gula akibat kurangnya produksi gula domestik pada saat ini. Teknologi dan inovasi yang dibutuhkan untuk kemajuan industri hulu dan hilir perkebunan di Indonesia sebetulnya sudah cukup tersedia. PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dengan pusat-pusat penelitian perkebunan di bawahnya, telah cukup lama berkiprah dalam penciptaan dan pengembangan berbagai inovasi yang dibutuhkan industri perkebunan di tanah air. PT RPN yang berkantor pusat di Bogor ini membawahi 6 pusat penelitian, yakni: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan Sumatera Utara; Pusat Penelitian Karet (PPK) di Bogor Jawa Barat; Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) di Bandung Jawa Barat; Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan Jawa Timur; Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) di Jember Jawa Timur; Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) di Bogor, Jawa Barat. "Dengan teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan PT RPN, kinerja industri perkebunan dapat ditingkatkan, utamanya melalui peningkatan produktivitas dengan menerapkan berbagai ivonasi teknologi, perbaikan mutu bahan baku dan diversifikasi produk setengah jadi dan pengembangan berbagai produk atau industri hilir untuk meningkatkan permintaan pasar domestik dan global. Khusus komoditas karet, sawit, kopi, teh, dan gula perlu dilakukan upaya keras untuk meningkatkan efisiensi biaya dan divervisikasi usaha," papar Teguh. Untuk semakin memperkenalkan hasil-hasil penelitian PT RPN dan lembaga riset lainnya di dunia, PT RPN akan menyelenggarakan World Plantation Conferences and Exhibition 2017 (WPLACE-2017)pada 18-20 Oktober 2017 di Bali Nusa Dua Convention Center. Dengan mengangkat tema "Plantation in the Current and Future Challenges," WPLACE2017 akan membahas berbagai aspekpengembangan industri perkebunan, dari aspek kebijakan hingga aspek teknis usaha perkebunan, baik industri hulu maupun hilir. Ada banyak kegiatan yang akan diselenggarakan dalam WPLACE 2017, di antaranya konferensi yang membahas topik yang bersifat umum dan spesifik, Forum Bisnis (
business meeting) dan Pameran (
exhibition).Tema yang diangkat dalam Topik Umum adalah:
Plantation Under Climate Change, Plantation Under Economic Turbulence, Toward Downstream Industries Development, Cutting Edge of Technologies: Biotechnology dan Bioengineering, Information Technology and Communication for Plantation Development Management. Sedangkan tema untuk Topik Khusus: Kelapa Sawit, Karet Alam, Kakao, Kopi, Teh, Gula/ Tebu, dan Bioteknologi. WPLACE 2017 akan dihadiri oleh para pembuat kebijakan, pejabat pemerintah, investor, bankir, petani, pelaku usaha perkebunan, pedagang: importir dan eksportir, akademisi/ peneliti, asosiasi profesi dan komoditas. Mereka yang berpartisipasi dalam eksibisi adalah industri berbasis agroindustri, industri ramah lingkungan, instansi pemerintah pusat dan daerah, organisasi pengembangan sumber daya manusia, perusahaan konsultan, perusahaan peralatan mekanisasi, mesin pertanian, dan perusahaan pupuk agro kimia.
Editor: Administrator 3