5 Komoditas ini permintaannya bakal tinggi di China tahun depan



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pemulihan ekonomi China akan mengerek permintaan beberapa komoditas pada tahun 2021 setelah wabah corona mengguncang pasar global pada tahun 2020.

Seperti dikutip Reuters, berikut lima komoditas yang permintaannya akan meningkat di China seiring pemulihan ekonomi negara tersebut.

Tembaga

Peluncuran vaksin corona akan memacu pemulihan ekonomi global, termasuk ekonomi China.


Tembaga seharusnya naik paling tinggi permintaannya karena penerapannya yang luas di sektor konstruksi, peralatan dan jaringan listrik. Demikian pula permintaan aluminium juga bakal meningkat.

Baca Juga: Siap-siap berganti tahun, cermati rekomendasi saham untuk 2021

“Tahun depan, logam dasar lebih bullish daripada besi. Basisnya adalah tentang ekonomi global," kata Dong Hao, Direktur Chaos Research Institute, anak perusahaan Shanghai Chaos Investment, salah satu manajer aset komoditas terbesar di China.

“Kami mungkin akan melihat pemulihan dalam ekonomi global tahun depan dan logam dasar akan mendapatkan keuntungan lebih dari ini. Permintaan tembaga harusnya naik," imbuhnya.

Kedelai

Tepung kedelai ditetapkan sebagai komoditas pertanian utama China di tahun 2021 dengan permintaan tinggi datang dari kebutuhan pakan ternak babi.

“Ternak babi China terus tumbuh dan pulih. Harga babi hidup masih relatif tinggi yang berarti pembiakan baru akan terus dibangun. Impor kedelai 2020 sudah menjadi rekor,” kata analis senior StoneX, Darin Friedrichs.

"Pergeseran ke pertanian skala besar karena China membangun kembali industri sektor babi akan berarti permintaan kedelai meningkat," ujarnya lagi.

Bijih besi

Bijih besi mengungguli semua komoditas pada tahun 2020, lebih dari dua kali lipat mencapai rekor tertinggi karena permintaan baja China yang kuat.

Di tahun depan, harga mungkin tidak naik setinggi tahun ini. Tetapi kekhawatiran pasokan di Brasil ditambah dengan kekuatan yang bertahan di manufaktur dan konstruksi China menunjukkan pasar masih memiliki kekuatan.

"Permintaan baja untuk pengguna akhir yang kuat dan indikator properti China yang kuat menunjukkan reli harga bijih besi mungkin belum berakhir," kata ekonom OCBC Bank Howie Lee.

Baca Juga: Begini proyeksi harga batubara di tahun depan

Editor: Khomarul Hidayat