Ada studi baru, apakah rokok elektrik aman?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pro kontra penggunaan vape atau rokok elektrik terus bermunculan. Di Amerika Serikat (AS), kasus gangguan kesehatan atau bahkan kematian akibat penggunaan rokok elektrik belakangan ini santer terdengar.

Meski dalam beberapa kasus pasien sudah memiliki penyakit yang mendasarinya, namun hal ini cukup membuat Presiden AS Donald Trump turun tangan. Dia berencana untuk melarang penjualan rokok elektrik yang memiliki rasa selain rasa tembakau.

Baca Juga: Segudang manfaat tidur siang, meningkatkan memori dan baik untuk jantung


Lain di AS, lain pula di Selandia Baru. Hasil studi di wilayah ini menunjukkan, penggunaan rokok elektrik justru dapat membantu orang berhenti merokok lebih cepat. Ini akan semakin efektif bila digunakan dengan terapi lain seperti permen. Hasil studi ini dipublikasikan para peneliti dari Lancet Respiratory Medicine 10 September lalu.

Profesor dan peneliti utama dari Universitas Auckland, Natalie Walker menjelaskan, penelitian yang dia lakukan menggunakan 1.124 sampel atau peserta. Sebesar 40% diantaranya merupakan penduduk asli Selandia Baru, suku Maori.

Pasalnya, suku Maori memiliki kebiasaan merokok. Perokok wanita suku Maori bahkan lebih banyak dibanding pria.

Para peneliti membagi peserta menjadi tiga kelompok sebelum secara acak menetapkan metode khusus. Mulai dari rokok elektrik mengandung nikotin sampai tanpa nikotin.

Baca Juga: Sulit bangun pagi, simak enam jurus berikut ini

Para peserta survei diminta untuk menggunakan produk rokok elektrik dua minggu sebelum berhenti dan kemudian melanjutkan selama 12 minggu.

Editor: Tendi Mahadi