Ada tambahan dari ekspansi fiskal, LPS meramal likuiditas perbankan akan melonggar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan likuiditas perbankan hingga akhir tahun ini akan sedikit melonggar. Pasalnya, dalam indikator likuiditas, LPS memandang laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan menunjukkan tren perbaikan. Sementara itu kredit diperkirakan akan tumbuh secara lebih terukur sejalan dengan strategi bank untuk menjaga kualitas aset dan memperbaiki profitabilitas.

"Ekspansi kredit ke depan potensial dikontribusikan oleh bank besar," ujar Priyantina, Direktur Grup Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS dalam keterangan resminya, Selasa (22/10).

Baca Juga: Ini strategi bisnis BRI dan BNI di periode kedua pemerintahan Jokowi


Lebih lanjut, pihaknya menambahkan untuk bank menengah dan kecil ekspansi kredit diramal masih akan terbatas, namun hal tersebut tergantung pada perbaikan laju pertumbuhan dari sisi DPK hingga penghujung tahun 2019.

Sementara itu, gap pertumbuhan antara kredit dan DPK yang menyempit ini tentunya bakal menjadi angin segar bagi iklim likuiditas perbankan. "Adanya tambahan likuiditas dari ekspansi fiskal juga potensial memperbaiki DPK," lanjutnya.

Dus, sampai akhir 2019 pertumbuhan kredit dan DPK diramal LPS akan mencapai masing-masing sebesar 11,7% secara year on year (yoy) dan 7,4% yoy.

Sebagai tambahan informasi, pertumbuhan kredit secara tahunan perbankan periode Agustus 2019 tumbuh sebesar 8,59% yoy. Sementara DPK masih tumbuh lebih rendah 7,62%.

Baca Juga: Giat perbaiki kredit bermasalah, NPL perbankan masih bisa turun

Adanya perlambatan pertumbuhan DPK dibandingkan kredit pada periode Agustus 2019 tersebut berdampak pada kenaikan loan to deposit ratio (LDR) perbankan dari level 93,81% menjadi 94,04% secara month on month (mom).

Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut dipandang LPS masih bersifat siklikal dan belum berdampak terhadap kondisi likuiditas perbankan. "Bahkan pada sebagian kelompok bank menunjukkan kondisi likuiditas yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya," imbuhnya.

Editor: Herlina Kartika Dewi