Akhirnya Warren Buffett Bicara Soal Dukungan Pemilu AS, Jawabannya di Luar Dugaan



KONTAN.CO.ID - Miliarder Warren Buffett akhirnya mengungkapkan keputusan terkait dukungannya untuk pemilihan bulan November 2024. Akan tetapi, hal itu bukan seperti yang diduga banyak orang.

Melansir The Independent, dalam upaya untuk menepis rumor palsu, miliarder berusia 94 tahun itu, yang sebelumnya mendukung Demokrat Barack Obama dan Hillary Clinton, merilis pernyataan di situs web perusahaan Berkshire Hathaway miliknya. 

Pernyataan tersebut sempat menyinggung "banyak klaim palsu" atas dukungannya terhadap "produk investasi" tertentu dan dukungan untuk "kandidat politik" tertentu.


Tetapi, siapa yang dia dukung saat Kamala Harris dan Donald Trump saling berhadapan pada tanggal 5 November dalam salah satu kampanye pemilihan yang paling ketat – dan paling sengit – dalam sejarah ini?

"Buffett saat ini tidak dan tidak akan secara prospektif mendukung produk investasi atau mendukung kandidat politik tertentu," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Pengumumannya menyusul serentetan upaya pemalsuan identitas di media sosial yang disebutnya sangat memprihatinkan.

Baca Juga: 4 Cara Mengelola Keuangan dengan Baik dari Warren Buffett yang Bisa Anda Tiru

Buffett sempat mengungkapkan kecemasannya dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada hari Selasa (29/10/2024). 

“Saya khawatir orang-orang meniru saya dan itulah mengapa kami mencantumkannya di situs web Berkshire. Tidak seorang pun boleh percaya siapa pun yang mengatakan saya memberi tahu mereka cara berinvestasi atau cara memilih," paparnya.

Pesan miliarder itu memperjelas bahwa dia tidak memihak dalam pemilihan meskipun ada spekulasi daring, deepfake AI, atau kebohongan yang telah atau mungkin muncul.

Buffet tidak seperti biasanya diam menjelang 5 November meskipun sebelumnya menjadi pendukung vokal Demokrat seperti Clinton pada 2016 dan Obama pada 2008 dan 2012.

Pada 2016, Buffet memberikan dakwaan pedas terhadap Donald Trump terkait penolakan kandidat Republik itu untuk merilis pengembalian pajaknya, yang menunjukkan bahwa dia sengaja merahasiakannya, tulis The New York Times.

Dia juga mengutuk Trump karena diduga menyesatkan pemilihnya dengan kebohongan tentang kesuksesan bisnisnya dan bagaimana dia bisa mendorong ekonomi Amerika.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Membuat Kelas Menengah Jatuh Miskin dalam 5 Tahun ke Depan

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie