Akibat corona, harga batubara diprediksi bisa anjlok ke bawah US$ 60 per metrik ton



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara diprediksi akan sulit untuk bergerak naik tahun ini. Bahkan analis memprediksi harga batubara dapat anjlok di bawah level US$ 60 per metrik ton. Melansir Bloomberg, harga batubara ICE New Coal pada Jumat (21/2) berada di level US$ 66,60 per metrik ton anjlok 0,74% dari perdagangan sebelumnya.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan sengatan virus corona terhadap batubara masih akan menjadi sentimen utama pelemahan komoditas ini. Masalahnya, hingga saat ini virus corona terus menyebar ke berbagai negara di dunia.

Baca Juga: Meski perusahaan batubara China mulai beroperasi, harga belum tentu membaik


“Virus corona terus menjalar tidak hanya di China namun juga di Jepang, Filipina, hingga ke negara yang cukup jauh yakni Iran,” terangnya pada Kontan.co.id Senin (24/2).

Ya, virus corona memang telah menjalar secara signifikan ke berbagai negara. Kota Daegu di Korea Selatan bahkan telah diisolasi oleh pemerintah lantaran wilayah tersebut terkonfirmasi positif virus covid-19 terbanyak di Korea Selatan.

Data terbaru menunjukkan, hingga Senin (24/2), terdapat 763 kasus virus corona Covid-19 yang terkonfirmasi dengan 7 kasus kematian. Sehari sebelumnya, kasus yang terkonfirmasi adalah sebanyak 602 kasus. Jadi, ada 161 kasus baru yang dikonfirmasi sehari setelahnya.

Ibrahim menambahkan, parahnya kasus virus corona bahkan memaksa International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,1% menjadi 3,2% dan Moody's memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2020 hanya akan di 5,2% di tahun ini. Hal ini akan berdampak signifikan bagi harga komoditas termasuk batubara.

Baca Juga: Meneropong prospek saham tambang batubara 2020

Di sisi lain, analis Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai sentimen negatif lain di luar virus corona juga masih mengancam pergerakan batubara. Setidaknya ada tiga sentimen lain yang akan membuat harga batubara tertekan terlepas dari isu virus corona.

Editor: Tendi Mahadi