Akibat pagebluk corona, pebisnis harus bisa beradaptasi dengan era new normal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pagebluk corona (Covid-19) mengubah lanskap bisnis global, termasuk di Indonesia. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memunculkan konsekuensi bekerja dari rumah atau work form home (WFH).

Hingga kini, otoritas dunia belum menemukan obat maupun vaksin yang mampu meredam virus corona. Oleh karena itu, masyarakat harus menjalani kehidupan baru (new normal) di tengah ancaman virus corona.

Baca Juga: Ini warning Mochtar Riady terkait krisis ekonomi akibat wabah Covid-19


Menghadapi situasi ini, pengusaha harus mengatur strategi agar bisnisnya tetap bertahan tanpa mengorbankan kesehatan karyawan.

Pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady mengungkapkan, pandemi corona memaksa masyarakat membiasakan diri hidup dengan teknologi baru.

"Seperti sekarang kita melakukan video seminar. Ini adalah tindakan yang sangat digitalize," ungkap Mochtar saat menjadi pembicara dalam seminar virtual Jakarta Chief Marketing Officer Club bertema Business Wisdom During COVID-19 Era, Kamis (14/5).

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya, konsumen sudah harus membiasakan diri membeli barang melalui pasar online atau e-commerce di tengah kebijakan PSBB. Demikian pula dengan sistem pembayaran yang turut mendukung transaksi jual beli online, seperti Gopay, Ovo dan seterusnya.

"Kita juga sudah bertransaksi melalui e-banking. Sebenarnya kita sudah siap. Ini sesuatu hal yang positif bagi bangsa kita," ungkap Mochtar, yang pada 12 Mei lalu merayakan ulang tahun ke-91.

Sementara Auto2000 juga siap menyongsong perubahan pola perilaku konsumen pasca pandemi korona. Diler mobil Toyota tersebut telah memiliki showroom digital bernama Digiroom yang diyakini mampu menjawab kebutuhan otomotif masyarakat di masa mendatang.

Baca Juga: Mochtar Riady: Wabah Covid-19 memaksa kita hidup dalam teknologi baru

CSD & Marcomm Department Head Auto2000, Cahaya Fitri Tantriyani mengatakan, minat masyarakat untuk melakukan transaksi otomotif secara digital sebenarnya sudah muncul dalam tiga tahun terakhir, seiring maraknya penggunaan media sosial dan digitalisasi.

Minat ini kemudian meningkat di masa pandemi seiring adanya kebutuhan untuk menjaga jarak fisik dan sosial demi meminimalkan risiko penularan. Perempuan yang akrab disapa Tantri ini menduga, tren demikian berpotensi berlanjut di masa setelah pandemi berakhir nanti.

“Tentu dengan tidak diketahui pasti kapan pandemi akan berakhir, maka penggunaan digital untuk mempermudah urusan sehari-hari akan berlanjut secara terus menerus dan akhirnya menjadi new normal,” kata dia, kemarin.

Editor: Sandy Baskoro