Akibat virus corona, outlook Sri Rejeki Isman (SRIL) menjadi negatif



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kondisi bisnis PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang suram membuat Moody's Investors Service menurunkan outlook menjadi negatif dari sebelumnya positif. Tapi emiten yang kerap disebut Sritex ini masih beruntung karena peringkat perusahaan masih tetap di Ba3. 

Moody's juga menegaskan peringkat Ba3 pada utang senior yang dikeluarkan oleh anak usaha Sritex, Golden Legacy Pte Ltd senilai US$ 150 juta yang jatuh tempo pada tahun 2024. Rating tersebut juga berlaku untuk surat utang senior senilai US$ 225 juta yang jatuh tempo pada tahun 2025. Surat utang ini diterbitkan oleh Sritex dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan oleh semua anak perusahaan yang beroperasi.

Baca Juga: Jualan masker, Sri Rejeki Siman (SRIL) gandeng Halodoc


"Prospek negatif mencerminkan proyeksi kami bahwa konsumsi untuk pakaian dan alas kaki akan berkurang secara global karena terdampak wabah virus corona. Sehingga bisa mengurangi pendapatan Sritex sementara kebutuhan modal kerja meningkat sampai 2020," kata Stephanie Cheong, Analis Moody's dalam rilis. 

Penyebaran virus corona yang cepat dan meluas memperburuk prospek ekonomi global, penurunan harga minyak dan penurunan harga aset. Kondisi ini bisa menciptakan guncangan kredit yang parah dan luas di banyak sektor, kondisi bisnis dan pasar. Efek kredit gabungan dari perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sritex yang memiliki hubungan erat dengan industri ritel dan secara signifikan terpengaruh goncangan karena sensitif pada permintaan. 

Baca Juga: Diversifikasi pasar jadi kunci kinerja mantap Sri Rejeki Isman (SRIL) di 2019

Moody's menganggap wabah virus corona risiko sosial mengingat implikasi substansial kesehatan masyarakat dan keamanan. Tindakan menurunkan outlook SRIL mencerminkan dampak pada Sritex luas dan parah serta dapat memicu prospek kredit. 

"Bagaimana tekanan dari kontraksi tajam terhadap modal diskresioner akan didistribusikan di sepanjang rantai nilai pengecer, distributor dan pemasok seperti Sritex tidak pasti. Namun pandangan kami, produk SRIL seperti benang dan greige yang berkonribusi setengah dari total pendapatannya, sangat rentan karena penjualan mereka tidak di bawah kontrak yang dilakukan dan bisa jatuh dengan cepat jika terjadi penguncian berkepanjangan di dunia," tambah Cheong.

Editor: Avanty Nurdiana