Aksi Beijing mencurigakan di Laut China Selatan, Indonesia akan tingkatkan patroli



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia akan meningkatkan operasi keamanan maritim di dekat beberapa pulau di Laut China Selatan setelah kapal penjaga pantai China terlihat wara-wiri di wilayah tersebut. Hal ini meningkatkan kecurigaan Indonesia tentang tindakan yang dilakukan China.

Reuters memberitakan, Aan Kurnia, Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia(Bakamla) mengatakan, kapal penjaga pantai China memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) 200 mil Indonesia di lepas pulau Natuna utara pada hari Sabtu dan akhirnya meninggalkan wilayah tersebut pada hari Senin setelah mendapat peringatan atas yurisdiksi Indonesia.

Di bawah hukum internasional, melewati jalur ini memang diizinkan melalui ZEE negara lain, tetapi Aan mengatakan kapal itu terlalu lama berada di wilayah tersebut.


"Karena yang ini mengapung, lalu berputar-putar, kami menjadi curiga, kami mendekatinya dan mengetahui bahwa itu adalah kapal penjaga pantai China," katanya.

Baca Juga: Detik-detik menegangkan Bakamla usir kapal coast guard China dari Natuna

Dia menambahkan, angkatan laut dan penjaga pantai akan meningkatkan operasi di sana.

Patroli normal

Sementara itu, Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan kapal itu melakukan "tugas patroli normal di perairan di bawah yurisdiksi China".

"Hak dan kepentingan China di perairan yang relevan di Laut China Selatan sudah jelas," kata Wang dalam konferensi pers seperti yang dilansir Reuters.

Indonesia mengganti nama bagian utara ZEE-nya pada tahun 2017 menjadi Laut Natuna Utara, mendorong kembali ambisi teritorial maritim China.

Baca Juga: Sempat bersitegang di radio, Bakamla usir kapal coast guard China di Natuna

Meskipun China tidak mengklaim pulau-pulau, kehadiran penjaga pantainya yang hampir 2.000 km (1.243 mil) di lepas daratannya telah mengkhawatirkan Indonesia, setelah banyak pertemuan antara kapal-kapal China di ZEE Malaysia, Filipina, dan Vietnam, yang mengganggu kegiatan penangkapan ikan dan energi. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie