Aksi jual asing melanda saham-saham BUMN, begini penjelasan analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual saham oleh investor asing beriringan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 0,34% hari ini, Jumat (1/11).

Investor asing melakukan lebih banyak penjualan ketimbang pembelian. Net sell asing tercatat Rp 363,77 miliar di pasar reguler dan di pasar keseluruhan Rp 215,87 miliar.

Baca Juga: Wow, jumlah investor baru di pasar modal sudah tumbuh 8 kali lipat dari target awal


Ada beberapa saham BUMN yang dilepas oleh asing misalnya saja Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang mencatat net sell Rp 166,79 miliar. TLKM menutup perdagangan dengan penurunan harga 0,73% menjadi Rp 4080 per saham.

Selanjutnya ada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan net sell Rp 136,27 miliar. Harga saham PGAS melemah 12,32% ke harga Rp 1.850 per saham. Kemudian menyusul Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan jual bersih Rp 51,57 miliar, hari ini saham BBRI juga turun 0,71 ke harga Rp 4.180 per saham.

Adapun BUMN lainnya seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan net sell Rp 22,5 miliar, pada penutupan perdagangan hari ini JSMR melemah 3,67% ke harga Rp 5.250 per saham.

Baca Juga: Bill Gates sempat rebut gelar orang terkaya dunia dari Bos Amazon Jeff Bezos

Bank Tabungan Negara (BBTN) juga mencetak net sell Rp 10,68 miliar, pada penutupan perdagangan Jumat (1/11) harga saham BBTN turun 0,54% ke harga Rp 1.850 per saham.

Kemudian disusul dari perusahaan pertambangan milik negara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mencatat jual bersih Rp 5,37 miliar, dan saham PTBA juga terkoreksi 2,67% ke harga Rp 2.190 per saham.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai ada beberapa kebijakan-kebijakan yang menyebabkan investor asing melepas saham BUMN.

Misalnya saja pembatalan kenaikan harga gas industri oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Padahal rencananya harga gas industri naik hari ini, Jumat (1/11).

Baca Juga: Kongsi Pertamina-Marubeni di PLTGU Jawa 1 retak, ini membahayakan program 35.000 MW

Kemudian ada juga kebijakan percepatan larangan ekspor nikel ore. "Kalau kebijakan ini mungkin dampaknya jangka pendek, karena nanti selanjutnya baik juga buat hilirisasi," katanya.

Editor: Noverius Laoli