Aktivaku siap dukung inklusi keuangan lewat pembiayaan UMKM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivaku, perusahaan startup fintech peer-to-peer lending menawarkan pinjaman dengan berbasis pada properti atau asset tetap. Perusahaan ini didirikan untuk mendukung pemerintah mewujudkan inklusi keuangan melalui penyediaan sarana perantara untuk mempertemukan pendana dan kalangan usaha diluar sistem perbankan secara cepat dan mudah.

Dengan pengalaman para pendirinya, diharapkan Aktivaku bisa menjadi media yang membantu masyarakat dalam hal pembiayaan UMKM melalui platform digital, sekaligus menjadi wadah bagi pendana di seluruh Indonesia untuk menyalurkan dana dengan lebih aman ke dalam fasilitas-fasilitas pinjaman yang dijamin dengan aset.

Startup fintech yang didirikan oleh Ricky Gandawijaya dan teman-teman pada pertengahan tahun 2017 ini telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan sejak Januari 2018 dan sudah memulai menyalurkan pendanaan, khususnya kepada kalangan UMKM di Indonesia dalam bentuk project financing.


Hingga Agustus 2018 ini, tenor pinjaman yang telah diberikan berkisar antara 1-9 bulan dan tingkat bunga antara 14-21% per tahun, tergantung dari credit scoring masing-masing peminjam.

“Kami berharap hingga akhir tahun 2018 nanti Aktivaku bisa menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp 60 Miliar melalui produk-produk yang kami tawarkan. Dengan demikian maka Aktivaku bisa menjadi solusi pembiayaan bagi kalangan yang belum terjangkau oleh pihak perbankan dan juga menjadi instrumen alternatif investasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” kata Ricky Gandawijaya, CEO Aktivaku dalam siaran persnya, Rabu (3/10).

Ada dua produk utama yang dimiliki oleh Aktivaku saat ini. Pertama Property refinancing. Seorang pemilik proyek (dibuktikan dgn SPK/PO) bisa mengajukan pinjaman dana dengan jaminan properti atau aset yang dimilikinya.

Apabila disetujui, maka Aktivaku akan membiaya sejumlah max 60% dari nilai apraisal properti/aset, dengan tenor sesuai usia proyek dimakan tenor maksimal dua tahun dengan plafon maksimal Rp 2 miliar.

Editor: Handoyo .