Aktivis Joshua Wong: Jika kita dalam perang dingin, Hong Kong adalah Berlin yang baru



KONTAN.CO.ID - BERLIN. Membandingkan perjuangan para pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong dengan peran Berlin selama perang dingin, aktivis Joshua Wong mengatakan kepada audiensi di ibu kota Jerman bahwa Hong Kong saat ini menjadi benteng antara dunia bebas dan "kediktatoran Tiongkok".

Melansir South China Morning Post, aktivis berusia 22 tahun ini datang ke Berlin untuk menghadiri undangan acara yang disponsori surat kabar di parlemen Jerman dalam merayakan aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia. Dia berjanji, pengunjuk rasa Hong Kong tidak akan terbuai oleh rasa puas dengan keputusan pemerintah Hong Kong yang baru saja membatalkan RUU Ekstradisi.

Baca Juga: Polisi Hong Kong tangkap 157 demonstran termasuk yang berusia 13 tahun


"Jika kita berada dalam perang dingin baru, Hong Kong adalah Berlin yang baru," katanya.

Hong Kong telah dilanda aksi unjuk rasa disertai kekerasan sejak pemerintahnya mengumumkan upaya untuk mempermudah ekstradisi tersangka ke China. Ini merupakan sebuah langkah yang dipandang sebagai awal untuk membawa kawasan otonom yang pluralistik agar lebih sejalan dengan daratan China.

Wong, pemimpin gerakan pro-demokrasi Demosisto, telah menjadi wajah utama aksi protes di Hong Kong.

"Kami mendesak dunia bebas untuk berdiri bersama dengan kami dalam menentang rezim otokratis Tiongkok," tambahnya seperti yang dikutip South China Morning Post. Wong menggambarkan pemimpin Tiongkok Xi Jinping bukanlah presiden, tetapi seorang kaisar.

Baca Juga: Demo sering ricuh, kunjungan wisatawan ke Hong Kong anjlok hampir 40%

Sebenarnya, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam, sudah mengumumkan konsesi minggu ini untuk mengakhiri aksi unjuk rasa. Termasuk di dalamnya membatalkan RUU Ekstradisi secara resmi.

Akan tetapi Wong menegaskan, para pengunjuk rasa tidak akan terbuai dan berpuas diri. Dia mengatakan, mereka akan berusaha untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah kota atas pelanggaran HAM yang telah dilakukan terhadap para pelaku unjuk rasa. Dia bahkan menilai, melunaknya Lim adalah tipu muslihat agar Hong Kong tenang menjelang hari nasional China yang jatuh pada 1 Oktober mendatang.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie