Akumulasi Bitcoin Masih Berlanjut di Tengah Ketidakpastian Pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) masih tertahan di bawah level harga US$ 27.000 di pekan terakhir September 2023. Sementara, Ethereum (ETH) tengah berjuang untuk kembali naik ke posisinya di atas US$ 1.600.

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengamati, pasar Aset kripto di sepekan terakhir tengah  berada dalam ketidakpastian antara optimisme dan kehati-hatian terhadap keputusan kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve. Pada Rabu (20/9)  Federal Reserve membuat keputusan penting untuk tidak menaikkan suku bunga yang menahan suku bunga acuan di level 5,25% - 5,50% sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan. The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada tahun ini sebelum memangkas dua kali pada 2024 atau sekitar 50 bps.


“Adanya kabar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga biasanya akan membebani kinerja aset berisiko, tidak terkecuali aset kripto,” ungkap Panji dalam siaran pers, Selasa (26/9).

Baca Juga: Indodax Terapkan Teknologi Blockchain di Indodax Short Film Festival 2023

Panji mengatakan, adanya petunjuk kenaikan suku bunga pada tahun 2023 ini akan menjadi salah satu tantangan ke pergerakan harga Aset Kripto dalam jangka pendek. Namun, bisa menjadi peluang untuk akumulasi sebelum menuju Bitcoin Halving tahun 2024.

Meskipun mengalami tekanan dari sisi makro, Panji berujar, adopsi teknologi di balik aset kripto yaitu blockchain masih berlanjut. Pada hari Senin (18/9), lembaga perbankan terbesar ketiga di AS, Citigroup, mengumumkan peluncuran solusi pembayaran lintas batas berbasis blockchain untuk klien institusi yang disebut Citi Token Services.

Selain itu, perusahaan manajer aset global asal Tokyo, Jepang, Nomura Asset Management meluncurkan layanan dana investasi Bitcoin Adoption Fund yang diumumkan pada Selasa (19/9).

Melalui anak perusahaan Laser Digital, Nomura tawarkan dana investasi adopsi Bitcoin kepada para investor institusional yang memudahkan dalam mengakses kelas aset digital.

Aksi akumulasi oleh Microstrategy juga kembali berlanjut di tengah ketidakpastian pasar. MicroStrategy pada hari Senin kemarin (25/9) mengumumkan bahwa mereka membeli 5.445 Bitcoin senilai US$ 147,3 juta.

Dengan aksi pembelian terbaru ini, MicroStrategy kini telah memiliki sekitar 158.245 Bitcoin, yang diperoleh dengan biaya sekitar US$ 4,68 miliar dan sekaligus memperkokoh sebagai perusahaan dengan kepemilikan Bitcoin terbanyak saat ini. 

Menurut Panji, langkah adopsi dari perusahaan traditional finance (TradFi) seperti Citigroup dan Nomura tentunya akan berdampak positif untuk jangka panjang terhadap keberlanjutannya penggunaan dan perkembangannya, baik dari sisi teknologi blockchain serta akses ke aset kripto juga akan semakin mudah di masa depan.

“Aksi akumulasi yang dilakukan oleh Microstrategy juga menunjukkan komitmen dan kepercayaan jangka panjang terhadap Bitcoin,” tambah Panji.

Baca Juga: Transaksi Aset Kripto Melonjak Rp 10,64 Triliun, Begini Komentar CEO Indodax

Dari domestik, sentimen datang dari nilai transaksi aset kripto di Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan mengesankan. Data dari Kementerian Perdagangan mencatat bahwa nilai transaksi Aset Kripto pada bulan Agustus lalu mengalami kenaikan sebesar 13,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya hingga mencapai Rp 10,64 triliun.

Panji melihat, pelaku pasar di pekan ini akan tertuju pada rilis angka Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan Agustus yang akan dirilis Jumat (29/9). Ini adalah indikator utama yang digunakan oleh FOMC untuk mengukur inflasi dan dipertimbangkan secara cermat ketika mempertimbangkan tingkat suku bunga.

Di hari yang sama, Jumat (29/9) Testnet Holesky Ethereum diestimasikan akan diluncurkan kembali setelah mengalami kesalahan teknis yang terjadi pekan lalu. Peluncuran Holesky ditetapkan sebagai perayaan 1 tahun pembaruan The Merge yang terjadi pada September 2022.

Holesky merupakan testnet ketiga di Ethereum yang bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pengujian blockchain Ethereum. Sementara, untuk saat ini pengembang masih bisa menggunakan testnet Goerli. 

Editor: Tendi Mahadi