Analis: Harga CPO bakal ditopang kebijakan politis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga CPO mengalami tren penurunan pada pekan lalu. Penurunan yang terjadi sebanyak 1,54%. Meskipun demikian, harga CPO sempat menempati posisi tertinggi sejak Maret 2019 di angka RM 2.269 per metrik ton, Senin (26/8) lalu.

Penyebab yang mengakibatkan harga CPO memiliki tren penurunan meskipun pergerakannya fluktuatif ialah situasi perang dagang. Hal ini disampaikan oleh direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim.

Baca Juga: Mulai 1 Januari 2020, pemerintah resmi melarang ekspor bijih nikel


Ia bilang sejatinya harga CPO ini masih buruk karena permintaan yang menurun akibat perlambatan ekonomi. “Perang dagang menyebabkan ekonomi global melambat,” ujar Ibrahim.

Walaupun terus terkoreksi sepekan lalu, Ibrahim optimis harga CPO akan kembali ke posisi normal di pekan ini. Ia bilang sentimen-sentimen positifnya datang dari berbagai kebijakan politis yang telah dibuat.

Salah satu kebijakan yang menjadi sentimen positif ialah adanya rencana pemerintah untuk melakukan perlawanan kampanye hitam yang dilakukan oleh Uni Eropa. Sebelumnya, Uni Eropa mengklaim bahwa produk CPO dari Indonesia tidak ramah ramah lingkungan dan selama ini tidak ada perlawanan dari Indonesia sendiri.

Ibrahim bilang saat ini DPR telah mengkaji perlawanan yang akan dilakukan agar CPO bisa bangkit. “Perlawanan dari pemerintah ini artinya Indonesia melakukan perlawanan secara legal,” papar Ibrahim.

Kebijakan lain dari pemerintah ialah penggunaan biodiesel B30. Dalam B30 ini, Ibrahim bilang CPO terserap 30%. Sebelumnya ada B20 yang menyerap CPO sebanyak 20%.

Baca Juga: Kenaikan harga aluminium tertekan Brexit

Menurut Ibrahim, informasi ini menyebabkan pelaku pasar untuk condong mengoleksi minyak CPO. “Saat ini kebijakan tersebut sedang digodok oleh pemerintah,” tambah Ibrahim.

Selain serapan 30% dari biodiesel B30, Ibrahim juga mengatakan ada serapan 60% dari bahan bakar avtur. Ia bilang Presiden Jokowi pernah memberi pernyataan bahwa pemerintah akan menggunakan minyak CPO sebanyak 60% untuk avtur. “Hal ini bisa menyebabkan harga CPO bergairah,” ujar Ibrahim.

Editor: Tendi Mahadi