Analis: Terlepas dari perhitungan PER, IHSG masih menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati price to earning ratio (PER) IHSG lebih tinggi ketimbang PER indeks negara tetangga, analis menyebut IHSG masih menarik. Berdasarkan data, PER IHSG saat ini berada di angka 19,43x dimana angka ini lebih tinggi ketimbang PER index STI dan Malaysia. Namun bukan berarti karena PER yang cukup tinggi ini menyebabkan IHSG kehilangan daya tariknya. 

Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menjelaskan pada prinsipnya PER di bawah 20 masih tergolong normal. Oleh sebab itu, Nafan menilai IHSG masih memiliki daya tarik. Harga IHSG pun menurut Nafan belum dapat dikatakan mahal pasalnya, pergerakan IHSG masih cenderung konsolidasi yang menyebabkan posisi IHSG belum mahal.

Baca Juga: IHSG Hari Ini Melanjutkan Pelemahan Ke Posisi 6.138,25


Jika membandingkan sisi return on equity dan pertumbuhan earning, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksono juga menilai IHSG masih menarik pasalnya, menurut Herditya pertumbuhan IHSG masih lebih tinggi ketimbang pertumbuhan Indeks STI.

“Kami perhatikan prospek IHSG masih menarik, karena kalau kita bandingkan dari sisi return on equity-nya, pertumbuhan IHSG masih lebih tinggi dibanding yang lain," papar Herditya yang akrab disapa Didit ini, Selasa (1/10).

"Juga kita lihat dari pertumbuhan earning-nya, kalau IHSG di tahun 2019 ini pertumbuhannya 3,93%, terbalik dengan STI yang pertumbuhan di 2019 malah minus 8,9%. Dari hal-hal tersebut, kami dari MNC masih melihat prospek yang menarik ke depannya dari IHSG,” jelas dia.

Sementara menurut Nafan, setiap negara pasti memiliki sisi positif dan negatif masing-masing. Tiap-tiap negara juga memiliki ketertarikan yang berbeda untuk investasi maupun trading. Sehingga tingkat PER tidak menjadi jaminan mutlak yang menentukan sebuah negara lebih atau kurang menarik bagi investasi.

Baca Juga: Analis: Sentimen politik dalam negeri masih mewarnai pergerakan IHSG

Hal yang lebih perlu dicermati menurut Nafan adalah stabilitas fundamental ekonomi di negara tersebut karena akan berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. 

Editor: Tendi Mahadi