Ancaman Krisis Pangan Menghantui, Pemerintah Janjikan Peningkatan Produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman krisis pangan menghantui banyak negara, termasuk Indonesia. Faktor perubahan iklim membuat produksi pangan global menurun. Negara produsen pun memilih untuk mengamankan stok demi mencukupi kebutuhan dalam negeri sendiri. Alhasil, harga pangan impor menjadi lebih mahal.

Kondisi ini membuat ketahanan pangan nasional menjadi pertaruhan. Dus, Indonesia dituntut mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri sehingga tak selalu bergantung pada impor.

Saat ini, Kementerian Pertanian (Kemtan) tengah memperkuat produksi untuk tiga komoditas pangan utama; beras, jagung dan kedelai.


Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan Suwandi mengatakan pemerintah optimistis beras dan jagung akan swasembada di tahun 2023. Sedangkan produksi kedelai akan ditingkatkan tahun depan.

Baca Juga: Strategi Kementan Mengantisipasi Ancaman Krisis Pangan Tahun Depan

"Tahun depan kami ditugaskan Presiden untuk swasembada jagung dan mempertahankan swasembada beras," ujar Suwandi ketika, Jumat (14/10).

Sementara untuk kedelai, akan menggunakan benih unggul sebagai bagian dari upaya peningkatan produktivitas, yang saat ini rata-rata 1,5 ton-2 ton per hektare (ha) diupayakan menjadi 3 ton-4 ton per ha.

Ini artinya, produksi kedelai lokal diharapkan bisa naik dua kali lipat dari posisi saat ini yang sekitar 200.000 ton.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut, untuk mengantisipasi krisis pangan pemerintah menyiapkan tiga strategi.

Pertama, meningkatkan produksi, baik dengan memperluas lahan produksi maupun menggenjot produktivitas.

Kedua, diversifikasi pangan lokal serta menyiapkan substitusi pangan impor, seperti sorgum untuk menggantikan gandum.

Baca Juga: Perubahan iklim Pengaruhi ketahanan Pangan, Berikut Mitigasi dari Bapanas

Ketiga, menyiapkan pertanian modern yang tidak bergantung pada iklim dan musim tanam.

Editor: Noverius Laoli