KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengungkapkan, keseriusan pemerintah untuk melakukan hilirisasi diperlihatkan dengan pelarangan ekspor nikel dan yang terbaru bauksit. Hanya saja untuk mencapai hilirisasi dan membangun industri pengolahan di dalam negeri, dibutuhkan ekosistem yang lengkap. "Indonesia memiliki sumber daya dan juga pangsa pasar, namun kita tidak memiliki teknologi dan modal yang kuat. Namun saat ekosistem ini terbangun, sebagai BUMN bukan tidak mungkin PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) atau Antam menjadi pemimpin pasar di Indonesia dan juga ASEAN," jelas Fahmy dalam keterangannya, Selasa (6/6).
Menurutnya, langkah pemerintah dengan pelarangan ekspor sudah menjadi awal, kemudian hilirisasi yang berarti di dalam negeri harus bisa menghasilkan produk turunan. Dia memprediksi hal ini akan terjadi dalam dua tahun dan bukan tidak mungkin dalam lima tahun ekosistem akan terbentuk sempurna. Dalam proses inilah, Antam juga sudah harus mengambil peran dan menyiapkan strategi sebagai pemimpin di pasar nikel maupun sumber daya mineral lainnya, baik menggandeng investor dalam negeri maupun luar negeri.
Baca Juga: Harga Saham ANTM Awal Juni 2023 Naik Tinggi, Cek Prospeknya Ke Depan "Proses bisnisnya bisa dilakukan Antam, namun jangan lupa tugas pemerintah pula untuk membuat kebijakan yang membuat ekosistem ini bisa cepat terbangun dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia," kata Fahmy. Fahmy memprediksi, saat ekspor dilarang, maka akan bermunculanlah pengusaha atau investor yang bergerak di bidang hilirisasi. Karena kalau larangan diterapkan, mereka pasti tidak mau rugi, mau tidak mau dipaksa untuk mengusahakan smelter
Fahmy mengungkapkan, keyakinan tersebut didasarkan pada kasus larangan ekspor bijih nikel yang diterapkan sejak awal 2020. Bahkan, melalui kebijakan hilirisasi, nilai ekspor nikel tumbuh berkali lipat dari hanya sekitar tiga miliar dolar AS atau Rp 46,5 triliun (kurs Rp 15.500 per dolar AS) pada 2017-2018 menjadi 20,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 323 triliun pada 2021. Untuk diketahui, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai salah satu anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID menyatakan kesiapannya untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia dan tengah mempersiapkan berbagai strategi dalam membangun ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Seperti diketahui, Antam telah menandatangani kerja sama dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik bersama Hong Kong CBL Limited (HKCBL) pada Senin (16/1/2023).
Kerja sama ini ditandai Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (
Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) sebagian kepemilikan saham Antam dalam PT Sumber Daya Arindo (SDA).
Baca Juga: Tinggalkan Saham dan Kripto, Investor Beralih Ke Aset Safe Haven Selama Mei 2023 PT SDA menjadi entitas anak usaha Antam yang melakukan aktivitas pertambangan bijih nikel. Pertambangan ini dilakukan di Halmahera Timur, Maluku Utara. Penandatanganan ini merupakan aksi lanjutan dari pelaksanaan Framework Agreement dalam proyek ekosistem Kendaraan listrik antara ANTM, CBL dan PT Industri Baterai Indonesia yang diteken pada 14 April 2022.
Editor: Yudho Winarto