Antrian di sejumlah rumah sakit China mengular, banyak warga yang panik



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemandangan di Rumah Sakit Xiehe di pusat kota Wuhan China pada hari Rabu (22/1/2020) sore tampak ramai. Melansir South China Morning Post, ratusan pasien menunggu di bangsal demam ingin menemui dokter.

Banyak dari mereka memiliki gejala pneumonia, tetapi hanya sedikit yang mendapatkan apa yang mereka inginkan: berobat dan mendapatkan perawatan gratis di lingkungan yang dikarantina.

Xiehe adalah satu dari selusin rumah sakit di kota yang ditunjuk untuk merawat pasien yang mungkin telah terjangkit virus corona. Virus tersebut telah menewaskan 17 orang dan membuat ratusan pasien lainnya jatuh sakit.


Para pejabat China mengatakan, mereka telah meningkatkan karantina pasien, termasuk mereka yang dicurigai terinfeksi, hingga demam yang terlalu tinggi. RS Xiehe kini tengah berjibaku untuk mengatasi gelombang warga yang datang dengan gejala pneumonia.

Baca Juga: Tujuh hal yang perlu Anda ketahui tentang virus corona baru

Di satu sisi bangsal demam, seorang kerabat lelaki berusia 55 tahun bercerita, seorang dokter mengatakan kepadanya bahwa rumah sakit penuh dan dia harus membawa pulang lelaki itu meskipun ia menderita demam dan gejala lainnya.

"Saya hampir berlutut untuk memohon dokter untuk menerimanya agar ia bisa tinggal di rumah sakit tetapi dokter mengatakan tidak ada ruang," katanya.

Laki-laki itu adalah satu dari sekitar 100 pasien yang memenuhi ruang tunggu bangsal, membentuk antrian panjang hingga ke luar tiga ruang konsultasi. Saat para dokter dan perawat dilengkapi dengan pakaian pelindung lengkap, banyak pasien yang hanya menggunakan masker karena mereka terhubung ke infus. Beberapa pasien batuk dan meludah sembarangan di lorong.

Baca Juga: Larangan perjalanan total warga Wuhan, transportasi publik tak beroperasi

Seorang wanita muda yang menyebut namanya Luo mengatakan, ayahnya yang berusia 48 tahun menderita demam selama lebih dari seminggu dan dipindahkan ke Xiehe pada hari Selasa. X-ray menunjukkan ada flek di paru-parunya, tetapi ia belum secara resmi didiagnosis dengan coronavirus.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie