AS: China gunakan milisi maritim di Laut China Selatan untuk mengancam negara lain



KONTAN.CO.ID - MANILA. Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (23 Maret), mereka mendukung Filipina dalam perselisihan baru dengan Beijing di Laut China Selatan yang disengketakan, di mana Manila telah meminta ratusan kapal penangkap ikan China untuk meninggalkan terumbu karang.

China mengabaikan seruan itu, bersikeras bahwa mereka memiliki wilayah lepas pantai tersebut.

Kedutaan Besar AS untuk Filipina menyatakan, Washington berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan "milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan".


"Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Filipina: Ratusan kapal nelayan China yang berlabuh merupakan tindakan provokatif

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Minggu (21 Maret) menuntut sekitar 200 kapal China, yang dia sebut sebagai kapal milisi maritim, meninggalkan Whitsun Reef, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza di Provinsi Palawan, Filipina Barat.

Pejabat Filipina mengatakan, terumbu karang, yang mereka sebut Julian Felipe, berada dalam zona ekonomi eksklusif yang diakui secara internasional di negara mereka, di mana Filipina “menikmati hak eksklusif untuk mengeksploitasi atau melestarikan sumber daya apa pun”.

Penjaga Pantai Filipina melihat sekitar 220 kapal nelayan China berlabuh di terumbu karang, yang juga diklaim oleh Beijing dan Vietnam, pada 7 Maret lalu.

Ratusan kapal China masih berlabuh

Pada Senin (22 Maret), sebuah pesawat pengintai melihat 183 kapal nelayan China masih berada di terumbu karang, Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengungkapkan, seperti dilansir Channel News Asia.

Dia merilis foto udara yang menunjukkan kapal-kapal nelayan China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di jalur perairan strategis itu.

Baca Juga: Filipina protes, China bantah ratusan kapal nelayan berlabuh sebagai militerisasi

Editor: S.S. Kurniawan