KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten
holding multi sektor industri dan investasi membukukan kinerja bervariasi. Sebagian mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan, sejalan dengan pemulihan ekonomi dan momentum
booming batubara. Tengok saja PT ABM Investama Tbk (
ABMM) dengan lonjakan pendapatan 41,17% secara tahunan menjadi US$ 1,44 miliar. Hasil ini membuat laba bersih ABMM melejit 82,36% menjadi US$ 269,9 juta sepanjang tahun 2022. Bisnis tambang juga memoles kinerja PT MNC Asia Holding Tbk (
BHIT). Konsolidasi PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mendongkrak top line holding Grup MNC tersebut.
BHIT mengantongi pendapatan Rp 18,08 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 730,28 miliar. Segmen bisnis pertambangan menyumbang sekitar 15% terhadap total pendapatan BHIT tahun lalu.
Baca Juga: Emiten Jasa Tambang Kecipratan Berkah Booming Komoditas, Intip Rekomendasi Sahamnya Meski begitu, pendapatan dari bisnis pertambangan MNC Grup mampu melejit 154,71% menjadi Rp 2,70 triliun. Lonjakan itu terjadi ketika segmen media sebagai lini bisnis utama MNC Grup mengalami penurunan pendapatan 12%. Kinerja holding dari Grup Bakrie juga tak kalah mentereng. PT Bakrie & Brothers Tbk (
BNBR) mencetak pendapatan Rp 3,62 triliun dan laba bersih sebesar Rp 266,13 miliar. Masing-masing melejit 51,46% dan 318%. Emiten holding dengan kinerja paling mentereng masih dipegang oleh PT Astra International Tbk (
ASII). Pada tahun lalu, ASII meraup pendapatan Rp 301,38 triliun dengan laba bersih Rp 28,94 triliun.
ASII mampu melanjutkan pertumbuhan kinerja pada kuartal pertama 2023. ASII mengantongi pendapatan Rp 82,98 triliun dan laba bersih Rp 8,72 triliun. Tumbuh masing-masing 15,45% dan 27,11% secara tahunan. Nasib berbeda dialami oleh emiten holding multi sektor industri dan investasi lainnya. Seperti yang menimpa PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (
SRTG) yang laba bersihnya anjlok 81,4% menjadi tinggal Rp 4,61 triliun dalam tahun buku 2022.
Baca Juga: ABM Investama (ABMM) Fokus Pengembangan Bisnis Usai Akuisisi Golden Energy (GEMS) Keuntungan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) juga tergerus, turun 3,88% menjadi Rp 5,44 triliun. Meskipun pada tahun lalu pendapatan EMTK sebenarnya mengalami lonjakan 20,87% ke level Rp 15,52 triliun. Tahun 2023 ditaksir masih menyimpan katalis positif bagi sejumlah emiten holding. Optimisme itu juga dirasakan oleh Direktur ABM Investama, Adrian Erlangga. Meski dia mengamini kinerja ABMM akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga batubara.
Di tengah harga batubara global yang melandai, ABMM akan meningkatkan pertumbuhan dari sektor kontraktor pertambangan. "Kami masih di batubara. Kami akan cari pelanggan baru. Insyaa Allah kami tetap tumbuh dan lebih baik setiap tahun," kata Adrian kepada Kontan.co.id, Rabu (26/4). Research Analyst Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, menimpali kinerja holding akan bergantung dengan bisnis anak-anak usahanya. Sehingga tak heran tahun lalu emiten holding yang memiliki bisnis terkait komoditas dan batubara punya laba yang lebih tebal, sesuai ekspektasi pasar. Hanya saja, Aqil punya catatan. Dengan harga komoditas terutama batubara yang sudah melandai, Aqil memprediksi kinerja emiten holding yang tahun lalu bertumpu pada komoditas ini akan mengalami penurunan. "Maka, ketika memang terjadi rotasi sektor, emiten yang memiliki diversifikasi bisnis yang relatif defensif atau stabil akan cukup bertahan dengan siklus yang ada," kata Aqil.
Editor: Noverius Laoli