Bangun empat kilang senilai US$ 48 miliar, Pertamina tak kuat mendanai sendirian



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) yang kini tengah menggarap empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan dua Grass Root Refinery (GRR) dengan total investasi mencapai US$ 48 miliar mengakui kesulitan jika harus mendanai sendiri.

CEO Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional) Ignatius Tallulembang menjelaskan ada sejumlah alasan yang membuat Pertamina harus menggandeng partner dalam pelaksanaan proyek.

"Bisnis kilang dan petrokimia sangat unik dan spesifik serta beresiko tinggi. Ada kemungkinan investasi membengkak, keterlambatan proyek yang berujung kerugian dan insiden seperti ledakan dan sebagainya," ujar Ignatius dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6).


Ignatius menambahkan, dari sisi operasional misalnya, pihaknya mengantisipasi tantangan yang mungkin dihadapi misalnya unplanned shutdown, ataupun insiden ledakan yang berpotensi menambah beban biaya.

Baca Juga: Ingat! Jika proyek kilang rampung, tahun 2026 Indonesia tidak lagi impor BBM Ingat! Jika proyek kilang rampung, tahun 2026 Indonesia tidak lagi impor BBM

Atas sejumlah pertimbangan tersebut, Ignatius menekankan diperlukan strategi parnertship dalam pengerjaan kilang minyak.

Tak hanya itu, Ia menambahkan dalam proyek kilang investasi tergolong fleksibel dimana total biaya kilang sekitar US$ 20 miliar per tahun yang meliputi biaya crude dan operasi. Demi mengatasi tantangan tersebut, Pertamina menerapkan multiple funding optimization yakni dengan pencarian mitra strategis dan opsi skema pendanaan baik pinjaman komersil maupun utang.

Baca Juga: Bakal garap 8 proyek kilang mini, Aspermigas harapkan jaminan pemerintah Bakal garap 8 proyek kilang mini, Aspermigas harapkan jaminan pemerintah

"Lalu juga ada tantangan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan dan bernilai tinggi, untuk itu butuh adopsi teknologi," jelas Ignatius.

Ignatius bilang jika pendanaan tergolong kecil maka hal itu dimungkinkan untuk dilakukan sendiri oleh Pertamina. Namun untuk prpyek dengan skala investasi jumbo maka akan sulit untuk dilakukan sendirian.

"Dalam konteks pendanaan besar pertamina tdk akan mampu, jadi dicari lewat partnership," kata Ignatius.

Editor: Pratama Guitarra