Bank Tabungan Negara (BBTN) Fokus Menjaga Biaya Dana pada 2022



KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan kebijakan suku bunga BI-7Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) sebesar 3,5%, atau tidak berubah selama 15 bulan secara beruntun.

Bank sentral memilih menjaga momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar. BI diprediksi akan mengubah kebijakan suku bunga acuannya setelah melihat angka inflasi dalam beberapa bulan ke depan. 

Pertimbangan lainnya adalah pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dollar, seiring rencana The Fed menaikkan lagi suku bunga acuan. Kebijakan moneter bank sentral negeri Paman Sam diyakini akan menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk rupiah.


Industri jasa keuangan sejatinya telah mengantisipasi kondisi global yang penuh ketidakpastian ini. Salah satunya mengamankan sumber pendanaan (funding) berbiaya murah sebelum era likuiditas ketat tiba. Langkah antisipatif ini akan menghindarkan bank dari praktik perang bunga dalam mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK). 

Baca Juga: Catat! Berikut 52 Bank Peserta BI Fast dengan Biaya Transfer Antar Bank Rp 2.500

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya baru-baru mendapatkan pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA), Citibank dan BCA sebesar Rp 1,4 triliun. 

Sejumlah analis menilai positif fasilitas pinjaman yang diraih  bank berkode saham BBTN ini. Biaya dana bisa semakin murah karena fasilitas ini masuk dalam program pendanaan JICA yang memang disalurkan untuk segmen dan target nasabah tertentu.

Ketika suku bunga ke depan diperkirakan akan meningkat, BBTN sejak awal berhasil mengamankan sumber pendanaan untuk membiayai ekspansi kredit. Artinya, saat likuiditas perbankan mengetat karena perubahan suku bunga, BBTN tidak perlu repot perang bunga deposito untuk mempertebal dana pihak ketiga.

Ini sangat positif. Karena pembiayaan ini boleh dibilang sebagai alternatif buat BTN dalam menjaga likuiditasnya. Sehingga ke depan NIM diharapkan bisa lebih optimal dan dapat meningkatkan kepercayaan investor,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta, Rabu (25/5).

Baca Juga: BTN Catat Pertumbuhan Transaksi BI Fast Hingga 30% Tiap Bulan

Fasilitas pembiayaan ini memiliki tenor selama 5 tahun, sejalan dengan karakter kredit pemilikan rumah (KPR) yang mayoritas berdurasi panjang. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan BBTN terhadap sumber dana jangka pendek seperti tabungan dan deposito.

Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) William Wibowo mengatakan, pendaan itu bahkan bisa lebih murah ketimbang obligasi. Di saat yield US Tresury naik, dan dolar terus menguat, investor tentu akan meminta imbal hasil lebih tinggi. BBTN berhasil mengamankan sumber pendanaan di saat yang tepat.

“Bila BTN mendapatkan bunga pinjaman yang cukup rendah di bawah bunga Obligasi Bank BTN kami pikir hal itu bisa menguntungkan untuk BTN,” kata William.

Strategi BBTN memupuk likuiditas sebelum musim dingin tiba menjadi katalis positif terhadap pergerakan saham ini. Bagaimanapun, bagi bisnis bank, ketersediaan funding dengan biaya dana yang rendah akan menentukan profitabilitas.

Dan, faktanya, sejak setahun terakhir, BBTN berhasil meningkatkan net interest margin (NIM) berkat kenaikan porsi dana murah. Pada kuartal I-2022, NIM tercatat 4,29%, tertinggi sejak 2019. Pencapaian ini jauh membaik dari NIM kuartal I-2021 yang sebesar 3,31%.

Berbagai improvement ini tentu menjadi kabar baik dalam konteks rencana BBTN melakukan rights issue. Investor akan melihat kesungguhan BBTN menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumahnya sebelum menerbitkan saham baru.

Editor: Noverius Laoli