Banten Tertinggi, Ini 8 Provinsi yang Tingkat Pengangguran di Atas Rata-Rata Nasional



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kondisi ketenagakerjaan Indonesia belum berhasil kembali ke level sebelum pandemi Covid-19, meski pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 ini cukup tinggi. Pekerjaan rumah pemerintah pun tak ringan lantaran masih ada wilayah dengan tingkat pengangguran tinggi, melampaui angka nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta orang per Februari 2022, turun sekitar 350.000 orang dari posisi Februari 2021 yang mencapai 8,75 juta orang. Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional tercatat 5,83% pada Februari 2022, turun dari 6,26% pada Februari 2021.

Dari data BPS juga, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan di seluruh provinsi di Indonesia, dengan penurunan tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 2,10% poin. Sayangnya, masih ada delapan provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka lebih tinggi dibanding rata-rata TPT nasional.


Baca Juga: Pengangguran di Indonesia Masih Tinggi, Pemerintah Perlu Lakukan Ini

Sebanyak delapan provinsi tersebut, yaitu Aceh sebesar 5,97%, Sumatra Barat 6,17%, Kepulauan Riau 8,02, dan DKI Jakarta 8%. Selain itu, Jawa Barat 8,35%, Banten 8,53%, Kalimantan Timur 6,77%, dan Maluku 6,44%. "TPT tertinggi tercatat di Provinsi Banten, yaitu sebesar 8,53% dan terendah ada di Sulawesi Barat sebesar 3,11%," kata Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (9/5).

Tinggi sejak 3 tahun

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, delapan provinsi tersebut merupakan provinsi dengan angka TPT yang relatif tinggi dibanding rata-rata nasional setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Misalnya Banten, pada Agustus 2019 dengan angka TPT 8,11%. Padahal angka TPT nasional pada saat itu mencapai 5,23%.

Salah satu persoalan tingkat pengangguran di Banten, yakni banyaknya relokasi pabrik secara bertahap ke daerah lain. Sementara untuk kasus DKI Jakarta, tingginya tingkat pengangguran sejalan dengan tingginya arus urbanisasi masyarakat.

Baca Juga: Tingkat Pengangguran di Indonesia Masih Tinggi, Ini Saran Ekonom

Editor: Noverius Laoli