Begini realisasi volume penjualan dan produksi Adaro Energy (ADRO) sepanjang 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)  melaporkan realisasi kinerja operasional pada 2020. Hasilnya, volume penjualan dan produksi emiten batubara ini mengalami penurunan sepanjang 2020.

Dalam laporan resminya, ADRO memproduksi 54,53 juta ton batubara pada tahun 2020, turun 6% secara year-on-year (yoy) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan sebesar 52 juta ton-54 juta ton. Adapun volume penjualan batubara pada tahun lalu tercatat mencapai 54,14 juta ton, atau menurun 9% yoy.

Adapun volume pengupasan lapisan penutup sepanjang 2020 sebesar 209,48 juta bank cubic meter (bcm), menurun 23% dari realisasi 2019 yakni sebesar 272,09 juta bcm.


Pada kuartal IV-2020, ADRO memproduksi 13,43 juta ton dan menjual 13,39 juta ton batubara, atau masing-masing turun 3% dan 8% dibandingkan kuartal keempat 2019. Sementara volume pengupasan lapisan penutup sebesar 62,07 juta bcm atau menurun 21% secara tahunan.

Dalam keterangannya, Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head Adaro Energy mengatakan, portofolio penjualan pada tahun 2020 didominasi oleh E4700 dan E4900, yang didukung oleh permintaan yang solid bagi kedua jenis batubara ini.

Pasar Asia Tenggara mencakup 49% dari penjualan Adaro tahun 2020, dipimpin oleh Indonesia dan Malaysia. Selain itu, juga terjadi peningkatan permintaan dari Thailand dan Vietnam berkat adanya operasi pembangkit listrik baru.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) dikabarkan tengah mencari pinjaman US$ 400 juta

Sementara itu, sebanyak 25% merupakan penjualan ke wilayah Asia Timur, sebanyak 13% merupakan penjualan ke India, sebanyak 12% ke China, dan 1% merupakan penjualan ke wilayah lainnya meliputi Selandia Baru, Pakistan, dan Eropa.

ADRO menyebut, volume impor batubara seaborne pada kuartal keempat 2020 tercatat lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya, seiring pemulihan kegiatan ekonomi serta meningkatnya penyerapan oleh China untuk kebutuhan musim dingin, di tengah keterbatasan suplai.

China mengalami kekurangan suplai karena aktivitas penambangan domestiknya terkendala oleh serangkaian kecelakaan tambang, pemeriksaan keselamatan, dan investigasi tindak korupsi, yang pada akhirnya menekan output.  

Datangnya musim dingin pada akhir  tahun di Asia Timur juga mendorong peningkatan pembakaran batubara.

Sementara pasar batubara metalurgi dipimpin oleh permintaan China pada kuartal keempat 2020, yang ditunjang oleh produksi baja yang stabil dan ekspansi sektor manufaktur.

Editor: Herlina Kartika Dewi